Tampilkan postingan dengan label TRAVEL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TRAVEL. Tampilkan semua postingan

05 Desember 2024

Sore Itu Menuju Senja di Dua Ribu Dua Puluh Empat

Desember 05, 2024 0

Sore itu menuju senja di perjalanan pulang dari tanah timur Pulau Jawa. Kami baru saja mencoret salah satu wishlist perjalanan pelesir ke Taman Nasional Gunung Bromo. Senja cantik ini dipotret dari Kereta Malabar yang melaju dari Malang ke Yogyakarta. 

Seperti manusia, tidak ada wisata yang sempurna. Meski malamnya kami sempat luntang-lantung di jalan mencari penginapan, meski di gunung kami bertemu hujan deras dan kabut tebal, meski tidak semua spot wisata kami datangi, tapi tetap pantas disyukuri, karena ada kamu yang selalu disisi :3


Sore itu menuju senja di New Sopel, dekat sekolah kami dulu. Semenjak ada menu selain soto ayam, soto ceker, dan persotoan dunia, aku lebih sering memesan Nasi Telur paket satu atau paket dua. Bedanya ada di tambahan tahu dan tempe. Sebagai bahan cemilan aku suka sate kulit, kadang sate usus, pernah nyoba sate keong tapi kuminta suamiku untuk lebih banyak menghabiskannya, pernah nyoba sate krispi tapi cukup sekali saja. 


Sore itu menuju senja pada perjalanan pulang dari diklat di Ambarawa. Diklat pertama kaliku yang tidak daring, diklat pertama kaliku yang bertemu langsung dengan para guru, diklat pertama kaliku ke balai diklat yang biasanya hanya kulihat dari layar komputer. 

Perjalanan nglaju dari Kantor Kabupaten ke Balai Diklat dan dari Balai Diklat ke Kantor Kabupaten. Berangkatnya kami beramai-ramai, pulangnya satu per satu turun di jalan yang dekat jalur rumah masing-masing. Menyisakan aku dan satu dua yang tetap turun di titik awal. 



Sore itu menuju senja di Pantai Cemoro Sewu, Kabupaten Kebumen. Merayakan lebaran hari kesekian ke kampung halaman anak mertua. Seingatku dulu tentang pantai di Kebumen, aku hanya punya memori ketika darmawisata sekolah dasar. Kalau tidak salah, kala itu kami naik perahu berkeliling di Pantai Ayah. 
Sore itu masih ramai sekali, kata suamiku main ke pantai adalah salah satu rutinitas untuk merayakan lebaran, terutama di desa mertuaku karena jarak dari rumah ke pantai hanya beberapa menit. Di pantai ini kami menggali pasir, membuat gorong-gorong, menemukan kepiting kecil, mengambil video pun foto untuk publikasi sosial media, dan tentu saja rebahan di pasir. 


"Sore itu menuju senja" di instagramku aku punya highlight sendiri untuk pemandangan sore hari, yang di tulis disini cukup beberapa saja yang penting tahun dua ribu dua puluh empat itu ada jejak tulisannya disini, hehe 


5 Desember 2024 | di Kantor Balai, menjelang sore ditemani hujan | K
ps. semua foto adalah dokumen pribadi 

10 Oktober 2020

PIKNIK DUA RIBU SEMBILAN BELAS

Oktober 10, 2020 0

Salah satu hal yang dirindukan selama pandemi adalah bisa bebas berpergian tanpa khawatir akan tertular fairus korona. Saya pribadi bukan tipe orang yang sering jalan-jalan. Kalau ada kesempatan dan ada yang ngajak piknik ya ayo aja. 

Pandemi ini mengingatkan saya bahwa waktu yang saya habiskan di tahun lalu ketika bisa bebas pergi kemana saja adalah suatu hal yang berharga. Di tahun lalu saya berkesempatan piknik ke beberapa tempat. Tidak terlalu jauh hanya sekitaran Yogyakarta dan Jawa Tengah. 

Mengawali tahun dua ribu sembilan belas, saya ikut rombongan tamasya teman-teman ibuk. Sudah lebih dari satu kali saya ikut rombongan para sepuh ini. Rasanya ikut rombongan piknik bapak-ibu yang telah purna tugas ini senang sekaligus trenyuh. Senengnya karena bisa jalan-jalan dan menikmati pemandangan. Trenyuhnya karena melihat wajah mereka yang tak lagi muda, melihat guratan keriput tanda dimakan usia, membuat saya membayangkan kelak bagaimana saya diposisi mereka. 

Perpaduan tebing dengan langit biru (dok pribadi)

Melihat bagaimana mereka menikmati perjalanan tapi juga kerepotan ketika naik-turun tangga, atau ribet dengan barang sendiri, atau riweh karena menunggu kawan sesama sepuh yang jalannya lambat atau berlama-lama disuatu tempat, hal ini membuat saya bertanya-tanya kira-kira apa yang ada dibenak para beliau ini ya? Apakah mereka jadi membayangkan masa muda mereka? Apakah mereka menyesali atau mensyukuri pengalaman di masa muda mereka? Hmmm saya tidak pernah tahu. 

Tepatnya bulan Februari tanggal sembilan, rombongan kami menuju ke Tebing Breksi dan Air Terjun Sri Gethuk. Salah satu hal yang saya syukuri bisa ikut piknik bersama mereka adalah bisa mengunjungi tempat yang dulu semasa kuliah belum pernah saya kunjungi, meskipun waktu tempuhnya hanya sekitar 45 menit sampai 1 jam-an saja. 
Hiasan atap Keraton Kasunanan Surakarta yang ngehits (dok pribadi)


Bulan September di tahun yang sama, saya ikut piknik rombongan ini lagi. Kami berkunjung ke Keraton Kasunanan Surakarta. Pertama kali kesini waktu saya masih SMP, saya tidak terlalu menikmati perjalanan dan waktu itu belum mengenal sejarah keraton yang didirikan oleh Susuhan Pakubuwana II ini. Kali kedua kesini, saya lebih menikmati dan mengamati lebih dalam kearifan keraton dan tentu saja mengambil foto lebih banyak. 

Jembatan Kerangka di Musium Sangiran Sragen (dok pribadi)

Dari sekian tempat yang dikunjungi bersama rombongan purna tugas ini, yang paling berkesan adalah perjalanan ke Musium Manusia Purba di Sangiran, Sragen. Berangkat dari Pasar Klewer Solo setelah melaksanakan sholat Dhuhur, kami harus muter-muter dulu dijalanan karena si sopir sepertinya belum berpengalaman dengan arah jalan ke lokasi. Rombongan terdiri atas dua bis, bis pertama sudah sampai ke lokasi lebih dulu. Kami sampai ke lokasi ketika musium sudah tutup, kami tiba sekitar 30 menit setelah jam kunjungan musium berakhir. 

Saya kecewa karena tidak bisa masuk musium. Sebenarnya waktu saya tahu kami akan mengunjungi Musium Sangiran saya heboh sekali, karena sudah sejak saya sekolah pengen kesana. Saya ingat dulu waktu membahas manusia purba ketika pelajaran Sejarah, saya bilang ke diri sendiri, suatu saat pengen ke Musium Sangiran, dan keinginan tersebut terwujud setelah beberapa tahun kemudian. 

Beruntung berkat lobi koordinator rombongan dengan pihak musium, kami diijinkan masuk sebentar. Yeay. Kami masuk dipandu beberapa satpam, mungkin biar kami gak terlalu lama berhenti untuk foto-foto atau baca informasi sejarah tentang manusia purba. Karena kami datang ketika musium sudah tutup, jadi kami menikmati tour dalam musium sekadarnya dan cukup terburu-buru. Yah, setidaknya keinginan saya semasa sekolah bisa tercapai hari itu :) 

Paruh tahun dua ribu sembilan belas, saya bersama keluarga besar dari bapak jalan-jalan ke Ambarawa. Kata bapak, wisata ini sebenarnya untuk melunasi janji kepada orang tua bapak. Sebelum mbah uti dan kakung meninggal, mbah uti pernah bilang kalau beliau pengen jalan-jalan ke tempat wisata yang banyak airnya. Tapi belum kesampean beliau berdua sudah berpulang duluan. Omong-omong kakung dan mbah uti meninggalnya hanya selang tiga hari, bagi saya mereka adalah sosok nyata kisah cinta sejati yang bisa saya saksikan secara langsung :)

Stasiun Ambarawa dan langit biru (dokumen pribadi)

Pertama kami berkunjung ke Musium Kereta Api Ambarawa. Disana kami melihat sejarah perkembangan kereta api, miniatur kereta api, ada juga paket wisata naik kereta api uap dari Ambarawa ke Tuntang/Jambu. Selanjutnya kami menuju ke Rawa Pening, namun karena saat itu sedang direovasi jadi kami balik arah ke daerah wisata Kampung Rawa. Tadinya saya sempat kecewa karena jadi nggak bisa naik perahu di Rawa Pening, tapi bersyukur di Kampung Rawa bisa terobati. 

Siang yang cerah di Empat Agustus Dua Ribu Sembilan Belas (dokumen pribadi)

Satu hal yang saya sukai ketika berwisata dengan perahu adalah bisa melepaskan penat pikir, bisa melamun sepuasnya, mikir sesuatu tapi kayak nggak mikir, tenang aman damai sentosa gitu rasanya. :)

Dua bulan kemudian, bersama teman-teman kantor kami piknik ke Umbul Ponggok, akhirnya keinginan waktu kuliah untuk bisa foto di dalam air kesampaian juga. Tahun 2019 tuh kayaknya banyak banget keinginan waktu kuliah yang belum tercapai akhirnya bisa terwujud. Alhamdulillah yaa ~ 

Itu juga pertama kalinya saya piknik bersama mereka setelah tujuh bulan bekerja disana dan saya mulai merasa nyaman disana. Walaupun pernah ada drama dan kegemeshan yang bikin kesel tapi kejadian itu membuat saya bisa mengenal lebih dekat sisi lain dari beberapa teman saya :)

Ada yang lagi lihat hasil swafoto dalam air, ada yang lagi ketakukan gak bisa renang terus yang satu megangin, dan ada yang entah lagi ngapain XD 

Foto diatas saat kami memcoba berenang dengan pelampung. Saya dan temen saya pernah ditegur gegara ketawa keras saat nontonin foto-foto waktu piknik ini. Aneh banget pake pelampungnya kayak kursi ngambang. wkwkw 

Setelah dari Umbul Ponggok, kami makan-makan rumah salah satu Pak TA yang juga mewawancarai saya saat seleksi kerja. Selanjutnya kami menuju Malioboro sebagai tujuan terakhir sebelum pulang kerumah. Saya dan dua temen terdekat gak ke Malioboro soalnya udah sering (halah) kami hanya foto-foto di sekitar 0 KM dan Bank BI. Sore yang cerah dan langit masih biru membuat saya kagum sama gedung Bank Indonesia yang aesthetic, kolonial vibe-nya terasa dan megah wah ~

De Javasche Bank dan langit biru sore kala itu (dok pribadi)

Salah satu hal yang paling saya syukuri di tahun lalu adalah bertemu dengan orang-orang keren dalam frame dibawah ini. Saya tidak menyangka bisa bekerja di tempat yang pada tahun sebelumnya ketika saya ikut seleksi disini saya tidak diterima. Setahun berselang, pagi menjelang siap, saat saya sedang siap-siap kerja, saya di telpon oleh seorang ibu-ibu yang langsung to do point menanyakan kesanggupan untuk wawancara. 

Foto bersama rombongan wisata dispermades (dok pribadi)

Dari sekian orang keren yang saya temui, ada salah dua yang kalau ketemu masih suka heboh. Cocok aja ngobrol dan main dengan mereka, seru pokoknya XD 

Saya kerja di kantor itu hanya sembilan bulan, setelah itu melahirkan, saya harus cara kerja di tempat lain, karena program kerja yang saya kontraki sudah habis. Kadang kalau udah janjian saya suka mampir, saya merasa agak canggung aja kalau pas main ke sana tapi nggak ada dua orang ini, hehe. Yah, walaupun sekarang saya sudah jarang mampir sih, huhu . . .

Dua orang berbaju ungu yang kalau saya ketemu mereka jadi majelis rasan-rasan, bonus nyempil satu ibu berkerudung oren yang foto dalam airnya selalu bikin ngakak, ampun ya bu, semoga pahalanya ngalir terus :)

Sekian cerita kali ini, see yaaw ~

Borobudur, 10 - 10 - 2020 | Hari sabtu yang kuisi dengan banyak rebahan dan bermalas-malasan | K 

30 Januari 2019

Tamasya ke Lembaga Pemasyarakatan

Januari 30, 2019 1
Before you read this work, please remember that you dont have right to judging the other life ~

Di suatu pagi yang mendung pada hari Rabu, 16 Januari 2019 seorang kerabat mengajakku untuk menengok salah seorang kawan lama yang sedang menginap disuatu pengasingan. Tempatnya tidak jauh dari rumah, hanya  25 sampai 30 menitan dengan kendaraan bermotor. 

Ya, kawanku ini terlibat dalam suatu kasus yang membuatnya terjerat hukum sehingga dia harus menanggung segala perbuatannya. Sebenarnya aku sudah tahu kabar itu dari sejak lama, namun kesempatan untuk mengunjungi dia baru bisa terlaksana pada hari itu. 

Aku tidak akan menceritakan apa dan bagaimana kasus yang dia hadapi karena tujuan tulisan ini sebenarnya hanya ingin menuliskan pengalaman tentang cara atau prosedur kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan ini.  Dan ternyata suasana di dalam kawasan itu membantah penyataan pada paragraf kedua, baris kedua, kata bercetak miring di atas ~ haha

Let’s make it fun yeorobun ~

Lapas II Magelang memiliki jadwal kunjungan tiga kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Selasa, Rabu, dan Jumat mulai pukul 08.00 sampai pukul 10.00 dengan waktu kunjungan selama 30 menit.
Pertama yang harus dilakukan adalah mengambil nomor antrian dan formulir surat iin kunjungan. Isilah Nama Pengunjung, Jenis Kelamin, Alamat, Pengikut yaitu orang yang ikut kunjungan (Laki-laki, Perempuan, Anak-anak) dijumlah berapa, Nama Warga Binaan yang akan dikunjungi, Putusan (Pidana Umum/Khusus), Jenis Kelamin, Dewasa atau Anak-anak. Formulirnya seperti gambar dibawah ini. 

form surat ijin kunjungan (sumber gambar pribadi)


Kedua, nunggu antrian untuk dipanggil ke ruang pendaftaran, ya mungkin semacam verifikasi data pengunjung gitu. Ohya, jangan lupa bawa KTP atau kartu Identitas, setiap pengunjung yang sudah dewasa diwajibkan untuk menyerahkan dan menitipkan kartu identitasnya di ruang pendaftaran. Mungkin kalau terjadi hal-hal semacam penyelundupan yang lolos tahap pemeriksaan barang bisa dilacak data pengunjung itu. 

Ketiga, setelah keluar dari ruang pendaftaran, nunggu lagi untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Di ruang pemeriksaan barang yang dibawa untuk Warga Binaan akan diperiksa secara X-ray. Lalu badan dan raga kita juga di periksa sama petugas kalau-kalau kita menyembunyikan sesuatu dibalik pakaian yang kita kenakan. Tentu saja perempuan sama perempuan, laki-laki sama laki-laki. Untuk barang bawaan seperti HP, Tas, Jaket dan lain-lain yang tidak diperuntukan kepada Warga Binaan  harus dititipkan didalam loker. 

Mungkin gambar dibawah ini akan sedikit membantu untuk prosedur berpakaian dan barang bawaan untuk Warga Binaan ~

prosuder barang bawaan untuk warga binaan dan cara berpakaian pengunjung (sumber gambar pribadi)


Keempat,  setelah pemeriksaan barang dan badan selesai, petugas akan memberikan cap stempel di tangan sebelum masuk bertemu warga binaan. Jadi kayak mau masuk wahana taman bermain atau hall konser gitu dikasih stempel. Baru kemudian petugas membukakan pintu masuk menuju koridor ke ruang kunjungan. 
 
stempel bagi pengunjung (sumber gambar pribadi)


Ruang kunjungannya nggak seperti drama korea yang hanya ruang berhadapan dibatesi kaca yang udah dilubangi sebagai lubang suara atau malah ngobrolnya lewat telfon meskipun udah ketemu langsung. 

Ruang kunjungannya juga nggak seperti yang pernah aku tonton di sinetron yang berupa bangku panjang kayak dikantin sekolah gitu. Atau mungkin ada lapas yang seperti itu kali ya (?) cuma yang di Lapas Magelang ini ruang kunjungannya macam lesehan gitu ~

Setelah masuk ke ruang kunjungan kita nunggu sebentar, soalnya si Warga Binaan (WB) lagi dipanggil dari sel-nya untuk diantar oleh petugas ke ruang kunjungan. Setelah ketemu baru deh bisa cuap-cuap melepas rindu ~

Ohya selain petugas resmi lapas ada juga petugas tambahan yang berasal dari Warga Binaan sebutan untuk mereka adalah Tamping atau Tambahan Pendamping. Katanya mereka yang jadi Tamping adalah warga binaan yang menunjukkan kelakuan baik. Kayak di drama Wise Prison Life, ada tahanan yang jadi tukang pengantar makanan ke tiap-tiap sel atau jadi koordinator tukang kayu yang boleh berkeliaran di luar sel gitu selama nggak keluar dari lapas.

Lalu soal seragam, mungkin yang selama ini aku lihat di berita itu memang ada yang seperti itu, tapi yang aku temui dan lihat di Lapas Magelang ini seragam tahanan mereka lebih mirip seragam petugas minimarket gitu. Ada beberapa warna dengan kombinasi pelet yang berbeda. 

Warga hijau untuk WB dengan masa tahanan kurang dari satu tahun. Warna oranye untuk WB dengan masa tahanan lebih dari satu tahun kurang dari lima tahun. Dan warna biru tua untuk mereka dengan masa tahanan yang lebih dari lima tahun. Kalau kata temenku  vonis masa tahanan yang bisa sampai 15 tahun, 20 tahun, 8 tahun atau yang berat-berat gitu bisa dikurangi tergantung perilaku kita selama di tahanan, eh tapi semua itu bisa dilakukan juga kalau dari pihak tahanan ada yang ngurus, coba bayangin warga binaan yang sama sekali nggak pernah ditengok oleh keluarga, gimana bisa ngurus semua itu, dan disana memang ada yang seperti itu. Terlepas dari kesalahan yang telah mereka lakukan dan hukuman yang mereka dapatkan, tapi kan ? hmmm . . .

Disana kami ngobrol banyak, mulai dari bertukar kabar, kegiatan warga binaan di lapas, makanan di sel, sampai ngobrolin kasus-kasus yang terjadi pada tahanan yang doi kenal di ruang kunjungan itu. Mulai dari soal kasus penipuan, penganiayaan, sampai pada penghilangan hak hidup orang lain, buat aku jadi mikir wuaah kok bisa ya? Kenapa? Bagaimana? Sebab apa? Lalu sampai pada sebuah pemikiran terlepas dari ini benar dan ini salah, bahwa dunia ini butuh keseimbangan. Disatu sisi aku merasa bersyukur, karena bukan aku yang memberi contoh atas perbuatan-perbuatan menyimpang itu untuk pembelajaran bagi orang lain, tapi disisi lain aku juga berpikir, hanya karena mereka disana dan aku bebas keliaran di sini, apa aku lebih suci dari mereka? apa aku lebih bersih dari mereka? 

Kami ngobrol panjang kali lebar sampai nggak terasa waktu kunjungan telah habis. Ohya, waktu kunjungan hanya dibatasi sampai 30 menit. Setelah itu akan ada petugas yang menjemput WB untuk kembali ke ruang tahanan dan pengunjung dipersilakan untuk pulang. 

Selesai ~ 

23 Januari 2019 | K  

31 Juli 2018

Mengejar Matahari Pagi di Punthuk Situmbu

Juli 31, 2018 0








Semua foto adalah hasil jepretan temen sekolah saya, yang minta tolong ditemenin ke sini, pagi-pagi kita gowes kesini. Capek, tapi worth it karena berhasil dapat sunrise, walaupun kita sempet nyasar ke bukit sebelah karena jalur GPS yang nggak pas, udah sempat naik ke puncak bukitnya juga, tinggal nunggu sunrisenya muncul. Tapi karena temen ku pengennya ke Punthuk Situmbu, akhirnya kita turun dan cari lagi jalan kesana, untuk ketemu. Sebagai orang yang dimintai tolong buat nganter dia kesana, aku merasa gagal karena lupa jalan kesana. Ya kali udah berapa tahun nggak kesana, pertama kali aku ke Punthuk Situmbu, waktu tempat itu belum sehits sekarang, jalannya masih tanah, belum banyak warung, belum ada top selfie, belum ada bangku-bangku cantik yang instagramable, belum ada tulisan gedhe landmarknya Punthuk Situmbu, dan belum bisa dapat sunrise juga, soalnya waktu kesana musim hujan dan cuma dapat kabut.
Ohya, beberapa foto tangan itu memang nggak pas bunder tengah-tengahnya matahari ya, hehe
Udah dulu ya, postingan ini mengakhiri tulisan di bulan Juli 2018, rencananya aku pengen aktif nulis blog lagi, doain semoga bukan wacana yaa, See You ~