10 April 2019

Gembel Jadi Presiden Part 3

sumber gambar google

sebuah kelanjutan cerbung 6 tahun lalu ~


Keesokan harinya Paijo dikawal Pasukan Bhayangkara menuju TPA.
"Wah lihat itu! Ada mobil bagus." Seru Inem pada teman-temannya.
"Eh iyaa.
Eh lihat! Itu bukannya mas Paijo ya? Yang keluar dari mobil itu loo!" Sunarti memberitahu teman-temannya. Salah seorang pengawal menggelar karpet merah di depan pintu mobil. Paijo keluar dan berjalan layaknya seorang Presiden. Memakai kacamata hitam, dia terlihat sangat berwibawa.
Orang-orang di perkumuhan terpesona melihat perubahan Paijo yang drastis.
"Paijo! Ini elo Jo? Weleh-weleh, keren amat lo? Abis dipermak di mana?" Tanya Bokir, salah seorang teman Paijo. Paijo tidak menjawab, dia memberi isyarat pada pengawal.
"Maaf ! Anda menghalangi jalan Presiden Jo. Silakan anda minggir dari karpet ini!" Kata pengawal seraya mendorong Bokir agar menyingkir dari karet. Paijo menuju panggung kecil yang sudah disiapa oleh para pengawalnya. Panggung itu terletak di pinggir jembatan sungai Cikumuh dekat TPA. Dengan memakai megaphone dia berorasi.
"Sodara-sodara, sebangsa dan setanah air, senasib sepenanggungan. Indonesia adalah negara yang kaya raya, negara yang memiliki berbagai jenis kebudayaan yang telah mendunia dan keindahan panorama alam yang sangat mempesona. Tapi mengapa, surga dunia ini harus terkotori oleh jamahan tangan-tangan para tikus pemakan uang . . ."
"Paijo ngomong apaan To? Nggak ngerti gue!" Tanya Bokir pada Karto.
"Elu aja nggak ngerti, apalagi gue!"
"Hoi Jo! Lu ngomong apaan sih? Kita-kita kan nggak ngerti apa yang lu omongin. Bahasa lu tinggi banget, udah deh to njuk point aja!"
Karto menginterupsi orasi Paijo.
"Sstt!! To do point, bukan to njuk!" Bisik Bokir mengoreksi.
Paijo diam sesaat
"Hmm . . . Baiklah, langsung pada pokok persoalan. Semua menteri dan anggota DPR terlibat dalam korupsi besar-besaran. Bahkan, wakil presiden adalah ketua dari OKI alias Organisasi Korup Indonesia. Saya selaku Presiden Republik Indonesia ingin menjadikan kalian, masyarakat perkampungan kumuh ini sebagai Menteri-menteri dan anggota DPR . . ."
"Tunggu Presiden!" Salah seorang pengawal memotong pidato Paijn.
"Mana mungkin, masyarakat kampung kumuh ini menjadi pejabat negara. Mereka tidak memiliki pendidikan, jadi bagaimana mungkin mereka dapat menjalankam manajemen pemerintahan."
Paijo menjawab dengan tengan "Memang mereka tidak berpendidikan, tapi mereka memiliki hati. Hati peduli terhadap sesama. Tidak egois dan tidak akan uang negara maupun rakyat. Ada gunanya mereka tidak berpendidikan, jadi mereka tidak akan tahu cara berkorupsi yang baik dan benar."
Para pengawal terkejut tak dapat berkata apa-apa, sedang para warga kumuh sangat bergembira. Mereka tidak menyangka, akan dijadikan menteri dan anggota DPR. Satu-satu mereka memberi salam pada Paijo dan mencium. Bersorak-sorei mengelu-elukan Paijo.
"Hidup Presiden Paijo!"
"Hidup Presiden Paijo!"
"Hiduupp . . !"
Byuurr!!
Paijo terjatuh ke sungai, dia terdorong orang-orang yang berebutan ingin bersalaman dengannya. Paijo gelagapan, dia tidak bisa berenang.
"Tolong, tolong! Tolong aku!" Teriak Paijo
***
"Jo! Jo! Bangun Jo!" Paijo terbangun, bajunya basah kuyup. Dilihatnya sekeliling.
Sampah! Didepannya ada Emak, yang menatapnya dengan garang, membawa ember kosong.
"Huh bauk!! Emak nih apa-apaan sih. Masak aku disiram air comberan!"
"Kamu itu yang apa-apaan! Disuruh kerja, malah enak-enakan tidur! Mimpi apaan to, sampai susah dibangunin! Tuh lihat, temen-temen kamu udah dapat sampah banyak. Lha kamu, satu sampah aja belum dapet!
Ayo cepet kerja! Anak kalo nggak disuruh nggak mau kerja!" Paijo bangkit berdiri, menuju puncak tumpukan sampah. Dia sadar, ternyata semua itu hanya mimpi. Mimpi setinggi langit. Bagaimana mungkin seorang gembel menjadi Presiden.

THE END






Diedit lagi tanggal 10 April 2019. Cerbung pertama dari enam tahun yang lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar