Langsung ke konten utama

How Reality Hit Us : Susahnya Cari Kerja


Setelah sekian lama akhirnya aku curhat lagi disini. Dari bulan lalu  udah banyak pikiran yang mau disambatin tapi kemageranku buat buka Ms. Word sangat kuat T.T

Tapi kemarin-marin malam ku  dapat ide setelah melalu sesi percakapan dunia maya dengan salah seorang kawan lama.

Seperti judulnya, kalau dipikir-pikir orang lain juga banyak yang mengalami hal ini sih. Setelah lulus sekolah atau kuliah lalu nyari kerja tapi susah dapatnya. Dulu sewaktu masih “masa menunggu” panggilan, masa ngelamar kerja sana-sini, masa mempertanyakan “yakin nih mau kerja (?) atau meneruskan usaha yang belum seberapa dan minim akan dukungan” ini, aku juga galau berbulan-bulan gegara belum dapat kerja. Senengnya ada temen yang juga mengalami hal yang serupa, jadi kita galaunya bareng-bareng, meskipun didepan saling menguatkan dan menyemangati tapi didalam pasti “nggerus ati T.T

sumber gambar : google 



PENGALAMAN BELUM BEKERJA

Dulu ada teman yang pernah cerita, kok susah banget yaa nyari kerja, kalau lihat teman-teman yang udah dapat kerja, rasanya sedih dan iri kenapa kita belum dapat kerjaan. Berbulan kemudian akhirnya dia dapat pekerjaan yang lumayan banget dinginkan orang-orang seantero negeri +62. Waktu masih ngganggur, dia jarang tuh update status, tapi setelah dapat kerjaan dia jadi sering membagikan perikehidupan pekerjaannya. Dari situ jadi mikir, disatu sisi mungkin dia pengen “bales dendam” untuk kepuasan diri sendiri, untuk membuktikan sama orang lain bahwa “ini loh aku udah dapat kerja”.

Tapi disisi lain aku juga mikir, gimana ya kalau ada “dia yang lain” yang lihat postingan dia terus ya merasakan apa yang pernah dia rasakan, perasaan sedih dan iri kenapa belum dapat kerja seperti dia? “Dia yang lain” ini adalah orang-orang yang juga masih menunggu, masih belum punya kerjaan, yang masih mengganggur. Seenggaknya dia yang udah dapat kerja ini berempati sama dia yang belum dapat kerja dengan nggak posting hal-hal yang mungkin bikin iri dan sedih seperti yang pernah dia rasakan dulu.

Bisa dipahami nggak ya tulisan belibetku ini? Kalau engga, berarti nggak sama soalnya aku yang nulis jadinya aku mudeng. Wkwkwk

Yaa~ tapi kan kita nggak punya tanggung jawab buat ngatur perasaan iri dan sedih-nya orang lain kan yaa. Jadi kalau misal postingan orang lain bikin sedih dan iri, bisa tuh mengaktifkan tombol mute story dan post biar nggak lihat postingan orang-orang (aku --> yang pengalaman membisukan post dan story rangorang) xixixi

MILIH-MILIH PEKERJAAN

Mungkin benar tulisan yang bilang “gelar yang menggerogoti mental” di sebuah buku. Salah satu yang bikin susah dapat kerjaan setelah lulus sekolah apalagi dari bangku perkuliahan adalah gelar yang disandang. Berdasarkan hasil dengerin cerita teman, baca, atau pengalaman diri sendiri emang setelah lulus jadi semacam punya “beban” untuk mempertanggung jawabkan gelar yang sudah disandang. Mau kerja juga daftarnya pengennya yang sesuai dengan jurusan kuliah, biar ilmunya juga bermanfaat. Setelah lulus dan menyandang gelar itu kadang jadi punya kriteria ini itu buat nglamar kerja. Huft.

Aku pribadi sebenarnya juga punya kriteria pekerjaan yang aku inginkan. Dari dulu pengennya kerja yang nggak banyak ngomongnya dan nggak berhubungan sama banyak orang. Padahal kalau dipikir, jurusan kuliahku itu fokusnya nanti juga berhubungan sama banyak orang. Membayangkan untuk ngomong didepan orang, bicara yang bisa menginspirasi atau memberdaya seperti itu saja sudah melelahkan T.T

Tapi kalau diinget-inget lagi, alasan dulu milih jurusan ini emang bukan karena ingin kerja tapi karena pengen kuliah aja, yang penting di kuliah di Yogya, jurusan yang nggak terlalu terkenal, yang passing gradenya kira-kira mampu aku capai soalnya aku sadar waktu belajar ngerjain soal-soal SNMPTN itu susah banget sampai bikin males dan pasrah aja, dan satu alasan lagi, soalnya waktu itu ada kesempatan buat ngrasain kuliyah geratis gak bayar. Haha, kasian sekali pemerintah, menghamburkan sepersekian persen dana untuk menyekolahkan orang macam ini, sudah begitu gak tahu malu, malah menuliskan kebobrokannya disini. Heee ~

Kembali ke masalah milih-milih pekerjaan. Rasanya cari kerja waktu masih pelajar atau mahasiswa dibanding rasanya cari kerja pas udah lulus itu beda. Kalau masih menyandang status pelajar atau mahasiswa gitu rasanya gak terlalu salah-salah banget kalau belum bisa ini itu yang sesuai sama pekerjaan, ada title masih pelajar jadi masih belajar, salah ya wajar. Beda sama udah lulus, seolah-olah kita sekolah bertahun-tahun itu udah nyerap semua ilmu dan bisa langsung profesional dalam bidang pekerjaan itu. Padahal belum tentu.

Disclaimer : Ya aku tahu, nggak semua pekerjaan memandang seperti itu, tapi rasa-rasanya lho ya, dan ini cuma sependek perenunganku aja, kalau ada yang lain, just let me know ~ hehe

Kadang aku rindu jadi mahasiswa yang nyambi kerja serabutan, banyak asyik serunya gitu. Dulu pernah dimintai teman buat bantuin disekolah, asli, ini bikin deg-degan, karena harus berhadapan dengan orang tua dan anak-anak, harus bermuka manis didepan mereka dan didepan pemilik sekolahnya. Huft, melelahkan, tapi seenggaknya pernah ngrasain kerja disana. Terus dulu juga pernah dimintai mbak kos buat nulisin tugas laporan temannya yang kuliah di kesehatan. Lumayan, satu laporan 100 ribu, nulis tangan udah ada teks booknya tinggal nyontek. Membantu sekali demi menyambung hidup sebagai anak kontrakan. wkwkw

Intinya, kadang gelar yang telah disandang setelah lulus sekolah, jadi “penghalang” pada diri kita sendiri untuk memilih pekerjaan. Pengennya yang sesuai sama kriteria kita, yang sesuai dengan ilmu perkuliahan yang dipelajari, dan mungkin yang sesuai sama tuntutan orang tua yang udah bayarin kuliyeah, atau lagi yang sesuai sama  tuntutan orang lain yang memandang “loh kamu kan lulusan ini, kerjanya harusnya disini dong”. Ya ya ya ~

Disclaimer : iya, aku sadar, nggak semua orang kayak gitu ~ hehe

Lalu, apakah sekarang aku dapat kerja yang sesuai sama keinginan dan kriteriaku? Enggak juga. But it's okay, that's fine, that's life. :))

ASUMSI TERHADAP PANDANGAN ORANG LAIN

Kalau barusan yang dibahas diatas tentang kemungkinan tuntutan orang lain yang memandang “kamu lulusan kuliah ini, seharusnya kerjanya disini”. Dibagian ini pengen direnungi lagi, sebenarnya orang lain itu beneran memandang kayak gitu nggak ya? Atau itu hanya asumsi kita, kesensitifan kita karena belum dapat kerja, kebaperan kita, dan ke ke yang lain (?)

Contohnya : Waktu liburan lebaran kemarin dimintai tolong sama tetangga buat jadi kasir di toko kerudungnya. Wah, lumayan, pengalaman baru dan pemasukan uang saku selama liburan, haha. Terus ada sodara yang kebetulan beli kerudung disitu lalu ketemu aku dan tanya “sekarang kerja disini”, kubilang iya, terus beliau jawab “oh ya nggak papa”. Terus aku jadi mikir,  ya emang nggak papa, terus kenapa? Asumsiku, seolah-olah beliau ini mikir, “loh nih anak kan lulus kuliah masak kerjanya sekarang disini”. Padahal, aslinya, mana aku tahu beliau mikir seperti itu. Aku kan nggak tahu orang lain ini sebenarnya mikir apa, beneran memandang seperti yang kita asumsikan atau enggak. Kalau bahasa kerennya ZU’UDZON. Sengaja pakai kata asumsi biar nggak kelihatan kalau ke-ber-iman-annya masih kurang. Huehue

Sama kayak waktu mau nyari kerja atau daftar kerja. Ada perasaan resah dan gelisah kalau kerja disini atau disana, yang nggak sesuai sama jurusan kuliah atau malah kerjaan yang kriteria pendidikannya dibawah yang pernah kita jalani, terus kita jadi mikir, nanti kalau kita kerja disini, pandangan orang-orang gimana, masak lulusan ini kerjanya di itu, udah kuliyah mahal-lama lulus kerjanya cuma  jadi itu, dan hal-hal lain yang menurut kita, orang lain memikirkan itu saat memandang pekerjaan kita. Padahal aslinya, semua itu belum tentu.

Bisa jadi dibalik “oh ya nggak papa”-nya beliau ada doa-doa didalamnya,  ada kesan “sip, bagus, buat pengalaman, biar ngrasain kerja disini”, dan ada hal-hal positif lainnya yang bertentangan sama asumsiku.

Emang kadang harus negthink dulu untuk menyadari kalau sebenarnya ada banyak hal positif yang patut direnungi, emang kadang harus sambat dulu, untuk menyadari ada banyak hal yang patut disyukuri ~ eaaaa

Sekian


Magelang, 7 Juli 2019 | 17 hari menuju debut showcase si ai eks seu (tetep ada promosi KPOPnya T.T) | K


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Best Moment 2023

Hai, sebelum dua ribu dua tiga berakhir, dan demi mengisi blog archive agar tahun 2023 tidak kosong, karena tidak ada postingannya. Aku mau cerita sedikit tentang perubahan hidup di tahun 2023. Yaaak, betul~ AKHIRNYA AKU MENIKAAAH ~ Alhamdulillah  Salah satu fase hidup yang pada tahun 2022 belum ada dalam daftar prioritasku, namun selalu membuatku kepikiran, wkwkw. Langsung saja, berikut adalah sepenggal timeline pertemuan aku dan suamiku :  Sukomakmur, 15 Januari 2023  Pertemuan kami untuk yang kesekian kalinya. Pada hari itu untuk menikmati cuti beliau dan kebetulan pas hari minggu aku juga libur. Kami berkunjung ke Negeri Sayur, Sukomakmur, Kajoran. Kami bawa bekal minuman coklat sachet dan gelas plastik. Suami aku (pada saat itu masih temen) bawa tripod untuk mengabadikan moment meracik coklat panas. Di sini kami hanya ngobrol ketawa-ketiwi sembari berkomentar tentang apa saja. Tidak ada pembicaraan yang serius sebenarnya. Kalau berdasarkan cerita beliau, sebenarnya ditempat foto g

DONGENG MULTIFANDOM

Pandemik ini membuat aku jadi nyari tahu lebih dalam perihal grup idol besutan Big Hit Entertaiment. Sudah tahu dari dulu, cuma karena dulu ngefansnya sama yang lain, makanya Bangtan Seonyeondan alias BTS nggak kelihatan. source Pertama kali suka idol grup Korea itu Super Junior (Suju) waktu masih SMA.  Gegara ngejekin temen-temen yang pada saat itu sering nonton Suju akhirnya jadi penasaran terus ikutan nonton dan akhirnya ngefans juga. Itulah awal mula hamba terjun kedunia perkpopan nan fana ini. Waktu kuliah sempat suka sama BTOB gegara nonton We Got Married-nya Sungjae sama Joy Red Velvet. Terus vakum nggak nyari tahu tentang idol grup karena kehidupan di dunia nyata lebih asyik dan lagi suka-sukanya sama kdrama. Lulus kuliah baru suka sama EXO gegara lihat Chanyeol ganteng banget di drama yang ku lupa judulnya. Karena EXO comebacknya lama, terus ada acara Produce 101 yang menghasilkan Wanna One, aku jadi oleng ke mereka. Satu setengah tahun ngikutin perkembangan Wanna One s

BRIGHT TENTANG SARAWAT

2gether The Series adalah serial Boys Love pertama yang aku tonton. Semoga yang terakhir juga sih, Amin. Semua ini bermula ketika aku mulai mengikuti drama F4 Thailand, remake drama legend Boys Over Flower yang diadaptasi dari Manga Jepang karangan Hana Yori Dango. Drama 2gether The Series ini juga diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karangan Jitti Rain, katanya sih novel ini juga laris manis di pasar Thailand.  Sejujurnya aku agak ragu mau nulis tentang ini, soalnya takut dikiranya aku fujoshi atau mendukung LGBT atau sejenisnya. NO IAM NOT.   CHEMISTRY BRIGHT & TINE  Sebagai review singkat, drama 2gether bercerita tentang seorang laki-laki bernama Tine yang diperankan oleh Win Metawin Opas-iamkajorn, dia adalah laki-laki flamboyan pecinta wanita. Kemudian, pada suatu hari ada  laki-laki bernama Green yang bilang kalo dia suka sama Tine, pokoknya si Green suka sampai ngejar-ngejar Tine kemana pun dia pergi. Karena Tine nggak betah, dia minta saran ke teman se genknya sup