Tampilkan postingan dengan label THOUGHT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label THOUGHT. Tampilkan semua postingan

21 April 2020

Mendefinisikan ‘Bahagia Dengan Caraku Sendiri’ Adalah Sebuah Hal Yang Membingungkan

April 21, 2020 0
Ketik hapus ketik hapus ketik hapus, itu yang aku lakukan saat memulai tulisan ini. Tenggat waktu untuk ikut serta dalam Lomba Blog Satu Persen tinggal satu hari lagi. OMG, aku bingung mau nulis apa. Mengawali tulisan dalam sebuah blog adalah salah satu hal yang membingungkan, yah seperti ini karena aku bingung makanya kumulai pembukaan tulisan dengan tema “Bahagia Dengan Caraku Sendiri” ini dengan mendefinisikan apa yang aku bingungkan.


Bahagia

Apa itu Bahagia?

Aku jarang memikirkan apa itu bahagia karena lebih sering merasakannya bukan mendefiniskannya. Jadi kalau disuruh mencari tahu arti bahagia secara terminologi atau etimologi bisa temen-temen cari tahu di google yaa.

Menurut Wikipedia, para filsuf dan pemikir agama mengemukakan bahwa kebahagiaan tidak hanya sekadar emosi tapi juga berhubungan dengan teori kebaikan dalam hidup. Yaps, aku setuju.

Menurutku salah satu cara menjadi bahagia adalah dengan berbagi. Berbagi dalam bentuk materi maupun non materi. Yang aku rasaian ketika bisa berbagi dengan orang lain adalah ada perasaan hangat yang didada, kayak hati hati kita tuh jadi penuh gitu, senang lihat orang lain juga senang karena apa yang kita bagi ke mereka.

‘Bahagia dengan caraku sendiri’ yang kedua adalah dengan menjadi simple. Kata guru kelas onlineku, kejujuran adalah kunci untuk menjalani hidup yang simple, no ribet-ribet klub. Menjadi simple dengan cara sesederhana kalo lapar ya makan bukan update status, kalau capek ya istirahat, kalau kesel ya sambat, kalau marah ya dilampiaskan (tapi sewajarnya), kalau iri sama postingan temen ya di skip atau di mute, kalau hati rasanya gondok ya curhat, kalau curhat ya nggak ada temen ya nulis diari, kalau males nulis diari ya ngomong sendiri, kalau sedih ya nangis aja dan lain sebagainya.

Menjadi simple dengan cara menyampaikan secara jujur apa yang kita rasakan, apa yang kita khawatirkan, apa yang kita pikirkan, apa yang  kita takutkan, apa yang kita bingungkan, dan apa-apa yang membuat kita bertanya-tanya. Pun menjadi simple tidak hanya dengan menyampaikan secara lisan tapi bisa dituliskan, dengan mendefinisikan apa yang kita rasakan atau pikirkan tadi.

Intinya menjadi simple untuk bahagia adalah dengan sebuah kejujuran tentang apa yang kita rasakan atau pikirkan jadi hati dan hidup ini lebih nyaman, lebih tenang, dan tidak perang batin. Begitu ferguso ~

Cara terakhir untuk bahagia versi aku adalah dengan menikmati waktu untuk mengerjakan hal-hal yang aku suka. Nonton drama korea, nonton film, nonton video lucu, nonton youtube yang insightful, dengerin musik atau baca buku-buku yang seru.


sumber gambar

Tapi kadang hal-hal yang kulakukan ini juga bisa bikin bosen bahkan kadang bikin merasa “kok aku kayaknya buang-buang waktu ya?” atau “kok kayaknya kegiatan yang aku lakukan ini nggak bermanfaat ya?” Perasaan itu ada ketika aku rasa, aku sudah terlalu lama melakukan hal-hal itu dan terjadi berulang, terus kayak nggak ada sesuatu yang baru walaupun mungkin info yang aku dapat baru tapi kegiatannya itu-itu aja.

Aku jadi ingat salah satu video Satu Persen yang  judulnya “Berhenti Cari-Cari Kebahagiaan” karena divideo itu dijelaskan bahagia hanyalah emosi sesaat. Jadi kalau aku udah merasa useless atau bosan dengan kegiatan yang aku lakukan meskipun aku suka kegiatan itu yaudah terima aja, telan aja, dan nikmati kebosanan-kebosanan itu.

Jadi intinya, cara untuk tetap bahagia meskipun sudah tidak bahagia dengan kegiatan yang kita lakukan karena bosan atau malas adalah dengan menerima ketidak bahagiaan itu menjadi bagian dalam hidup kita.


sumber gambar 

Tidak perlu bingung untuk memikirkan bagaimana cara bahagia, karena pada akhirnya bahagia itu dirasakan bukan didefinisikan.

Semangat pagi !!

Magelang, 21 April 2020 | Keken 

25 Februari 2020

Mendefinisikan Rindu

Februari 25, 2020 0
Memakai ilustrasi dari poster Spring Day BTS karena lirik lagunya ada kata-kata bogoshipda artinya aku rindu


Tulisan ini saya dedikasikan untuk orang –orang baik yang saya temui di tahun dua ribu sembilan belas.

Ohya disclaimer dulu, “kata ganti orang pertama tunggal” di pikiran saya lagi agak roaming, jadi ditulisan ini mungkin bakalan campur aduk antara “saya” dengan “aku”.

Sebuah suara berkata : apakah itu menjadi masalah?
Aku : IYA, Masalah banget, heuheu (-.-)”

Lanjut ~

Kalau salah satu ukuran untuk mengapresiasi sebuah moment pertemuan adalah dengan membagikan foto-foto atau video kebersamaan dengan keluarga, teman, atau orang-orang yang ditemui di lini masa, saya menyadari bahwa saya kurang dalam hal itu. Saya amat menyadari bahwa saya jarang sekali membagikan momen saya dengan keluarga, teman-teman, atau orang-orang yang saya temui. Dan saya juga menyadari bahwa yang seperti saya kayak gini juga gak sedikit, tapi yang berkebalikan juga lebih banyak.

Tadi siang, untuk pertama kalinya saya install aplikasi facebook di hape saya. Install doang karena penasaran dan ada niat pengen promosi gambar disana tapi urung karena berbagai alasan dan saya uninstall lagi, hehe – gak niat –

Waktu scrolling beranda, saya nggak sengaja lihat postingan foto saya dengan Mbak saya di tempat kerja yang dulu, beserta captionnya.  Salah satu kalimatnya bilang “Orang yang nggak pernah kangen ke aku, padahal aku kangen -_-“ dari tulisan itu terus aku jadi mikir, sebenarnya kangen itu yang gimana sih?

Sebenarnya semenjak saya tahu rasanya patah hati (hilih pitih hiti) saya jadi belajar untuk tidak terlalu menggantungkan perasaan saya pada orang lain, termasuk pada keluarga ataupun teman-teman. Sederhananya, saya harus punya cadangan hati buat siap-siap kecewa dalam berhubungan sama orang. Entah itu hubungan pertemanan, perbucinan, bahkan persaudaraan. Terus apa hubungannya sama Kangen?

Kolerasinya sama hal perkangenan, mungkin hal tersebut yang membuat saya jadi jarang kangen sama temen-temen. Saya bukan yang nggak pernah kebayang momen saat bersama mereka, tetap kebayang tapi yaudah. Pengen balik ke masa-masa itu? hmm, mikir dulu kali yaa , hehe

Pernah salah satu sisterfillah saya tanya di chat WhatsApp “Kangen nggak sama aku?” terus saya jawab “Enggak, hehe”. Karena emang nggak ngrasa kangen, tapi kan kenangan bersama sista nggak hilang.

Jadi sampai saya nulis ini pun saya nggak tahu harus mendefiniskan kangen itu seperti apa, yang jelas salah satu tujuan saya menulis ini adalah untuk mengabadikan moment bersama orang-orang yang saya temui di tahun dua ribu sembilan belas. Supaya kelak, ketika saya membaca tulisan ini di kemudian hari, cerita-cerita bersama mereka tetap ada dan abadi. :)   

Mereka adalah rekan kerja saya selama sembilan bulan sampai akhir Desember kemarin. Alhamdulillah pada bulan April 2019 saya mendapat kesempatan untuk bekerja disalah satu instansi yang letaknya tidak jauh dari rumah saya. Untuk pertama kalinya saya kerja dekat dengan rumah. T.T

Pertemuan dengan beliau-beliau ini membuat saya banyak belajar, tidak hanya tentang pekerjaan namun juga tentang sisi lain kehidupan. Jhaaaa ~

Ada salah dua mbak-mbak (eh, yang satunya lebih muda ding, tapi w manggilnya tetep pake mbak, wkwk) yang sering banget jadi temen diskusi. Mulai dari buku, film, webtoon,berita, dan relationship, eyaa ~

Orang-orang baru yang saya temui tidak hanya dari mereka yang bekerja di instansi tersebut, tetapi juga dari masyakakat luar yang menjadi pendamping desa yang menghubungkan dengan instansi tempat saya bekerja. Dari mereka saya juga banyak belajar.

Ada satu momen yang membuat saya bersyukur dan trenyuh atas kebesaranNya, adalah ketika saat pertemuan koordinasi hari terakhir yang ditutup dengan acara karaoke bareng. Saya yang pada saat itu sedang mengalami krisis toleransi karena sebuah "nasihat" terhadap pilihan yang saya sukai dan ingin saya jalani, entah dapat ilham dari mana saya jadi mikir dan trenyuh saat melihat bapak-bapak dan ibu-ibu ini begitu menikmati acara karaoke tersebut. Saya menjadi semakin kagum pada kebesaranNya yang telah menganugrahkan beranekaragam cara untuk menghibur diri.

Saya tidak tahu masalah apa yang mereka hadapi atau kegelisahan apa yang mereka cemaskan. Tapi melihat mimik wajah mereka yang begitu lepas menikmati setiap irama lagu, saya jadi percaya bahwa mungkin ini salah satu cara Tuhan menganugrahkan kesenangan kepada para beliau ini.


Dan untuk momen-momen yang lainnya.

Saya ndak akan lupa bagaimana rasanya gabut di awal-awal masuk kerja.

Saya ndak akan lupa gimana ribetnya bantuin bikin laporan pertanggungjawaban, rasanya kayak mengulang masa-masa waktu ikut PKM, ternyata ribetnya dulu jaman kuliah berguna juga di keribetan yang ini, wkwkw

Saya ndak akan lupa gimana kami sampai malem nungguin orang-orang yang mau ngumpulin laporan, atau nunggu tanda tangan Bapak yang paling berwenang, yang padahal aslinya biasa aja, cuma karena saya gampang cemas jadi mau minta tangan aja drama dulu ~ heuheu

Dan tentu saja momen saat kami piknik bersama ke Klaten atau Pantai, terima kasih akhirnya saya bisa  foto di dalam air, haha

Kata ini akan selalu berulang lagi dan lagi, untuk kerja samanya, untuk suka-dukanya, untuk keribetannya, untuk dramanya, untuk ilmunya, untuk sharing pengalamannya, dan untuk ceritanya TERIMA KASIH banyak.

Big Love.


Kantor baru, 25 Februari 2020 | di luar hujan deras | K

credit photo : google

22 Januari 2020

Married is A Prank

Januari 22, 2020 0
DISCLAIMER : semua yang di tulis disini hanyalah pendapat pribadi, kalau tidak setuju tidak masalah, kalau mau memberi saran dan kritik silakan di kolom komentar, enjoy (^o^)'

Ini menurutku aja sih, pernikahan adalah sebuah prank yang kamu ciptakan sendiri. Kata mbak di tempat kerjaku, meskipun sudah bertahun-tahun pacaran, sifat asli pasangan itu benar-benar akan ketahuan setelah menikah. Ibaratnya waktu pacaran itu 40% yang kelihatan, nah 60% -nya itu waktu udah menikah.


Rencananya mau foto tangan aku sama kamu tapi aku sadar diri kamu-nya belum ada :)


Makanya, seperti yang aku bilang diawal, pernikahan itu ibarat sebuah prank yang kamu ciptakan sendiri, dimana kamu “menjebak” orang untuk ikut masuk dalam permainan itu. Jebakannya seaneka ragam sifat dan perilakumu atau sifat dan perilaku dia yang  tersembunyi.

Pada akhirnya, permainan saling menjebak itu akan berakhir menyenangkan atau mengenaskan, yang bisa merasakan hanya mereka.

Dulu, waktu masih jadi bucin, pengen banget nikah terus merasakan kehidupan pernikahan yang lovely dovey, punya anak yang lucu, gemes, imut-imut. Tapi setelah nggak jadi bucin, mulai banyak cari tahu, banyak baca, dan banyak bertanya, aku penasaran, orang-orang tuh ada ketakutan buat nikah nggak sih? Atau lebih takut kalo nggak nikah? Iya sama sih, aku juga lebih takut yang kedua. Tapi kalo dipikir lagi, lebih horor menikah padahal sadar diri ini belum siap, terus terjebak dalam pernikahan yang bikin hidup nggak tenang, dan malah jadi batin war seumur hidup. Naudzubillah ~

Aku belajar untuk mendefinisikan apa yang membuatku belum siap untuk menikah, ketakutan dan kekhawatiran apa yang aku rasakan kalau mengambil keputusan seumur hidup itu dan bagaimana cara mengatasinya. Dan aku rasa, hal tersebut membantu ku untuk bisa tahu apa yang aku mau.

Baca Q & A  tentang relationship di beberapa KOL instagram  bikin nambah ilmu tentang apa-apa yang harus dipersiapkan dan harus ditanyakan sebelum membangun rumah tangga. Makanya, aku terinspirasi juga buat bikin daftar pertanyaan apa saja yang bakal aku tanyain kalau misal udah ketemu jodoh, muehehe

Kalo dilihat, kayaknya ribet banget ya? Ih, ntar malah bikin ruwet terus nggak jadi nikah gimana? Nah, justru itu, dari pada malah ribet setelah menikah, malah ruwet setelah nikah? Masak mau di CTRL + Z? Aku udah tanya sama beberapa mbak yang sudah menikah, dan memang hal-hal yang mengusik di hati maupun di pikiran tentang pasangan, keluarga pasangan, pendapat pasangan tentang kita kalau kita gini atau gitu, dan lain-lain itu sangat perlu di tanyakan dan didiskusikan dalam proses menuju mahligai pernikahan.

BHAY, dari aku yang belum nikah tapi sotoy ~


Rumah, 21 Januari 2019 | Hujan menjelang ashar | K

credit foto : google

21 Januari 2020

Menggambar, Mental Issue, dan Menikah

Januari 21, 2020 0
Di tahun 2019, persoalan mengenai menggambar, mental issue, dan menikah memberikan cukup banyak ilmu dan sudut pandang baru. Ketiga hal tersebut yang juga kadang menghiasi masa kegalauan ku. Supaya lebih mudah, ku akan menjelaskan kedalam tiga bagian

MENGGAMBAR

Diawali dengan kegalauan perihal menggambar. Sejujurnya, di tahun 2018 aku melihat sebuah postingan “dakwah” yang menurutku menakutkan, membuatkan ku berpikir ulang apakah aku akan meneruskan kegemaranku untuk menggambar. Seiring berjalannya waktu, setelah mencari lebih dalam mengenai “dakwah” tersebut, perasaan ini sedikit lebih lega. Pelan-pelan, ku bangun lagi kepercayaan diri untuk menggambar.

Kemudian di awal tahun 2019, salah seorang teman dekat yang sudah “hijrah” bercerita padaku kalau dia habis mendengarkan ceramah tentang gambar-menggambar. Nasihatnya tak jauh berbeda dengan apa yang pernah aku dengar dulu. Mungkin karena aku belum memiliki pondasi prinsip yang kuat untuk mempertahankan keinginanku untuk tetap menggambar, jadi aku kembali merenungi nasib hobi menggambarku. Galau menggambar istilah untuk diriku saat itu.

Aku pikir aku sudah tidak akan galau lagi, nyatanya  keresahan itu hanya terdistrasi oleh rutinitas, tidak benar-benar menyembuhkan.

Kembali, aku pun mencari tahu lebih banyak lagi kali ini. Yah, bisa dikatakan aku mencari pembenaran, mencari validasi yang mendukung bahwa menggambar apa yang aku ingin gambar adalah tidak apa-apa.

Bagaimana aku tidak galau, nasihat atau ceramah yang disajikan padaku mengenai menggambar apa yang ingin aku , dijelaskan disana ancamannya adalah neraka. Haaahhh ~

Sampai akhirnya, aku memutuskan bahwa yang aku lakukan adalah tidak apa-apa.  Lebih dari menggambar, aku menemukan banyak hal baru mengenai keyakinan yang selama hidup aku anut. Aku mulai lebih menaruh rasa ingin tahu pada agama yang selama ini aku yakini.

Lebih dari menggambar, aku mulai mencari tahu tentang toleransi yang pada saat itu – mungkin hingga saat ini – bahkan masih sering diperdebatkan. Aku mulai mencari tahu tentang apa-apa yang disalahpahami dari agamaku. Aku mulai mencari tahu mengenai keberhijrahan. Aku mulai mencari tahu tentang agamaku yang mudah tapi sangat indah ini.

Sampai pada sebuah kesimpulan. Apa yang disampaikan  kawanku adalah pilihannya untuk menjalani apa yang dia yakini. Apa yang aku kerjakan saat ini adalah pilihanku untuk menjalani apa yang aku yakini. Cheers       ~


Rumah, 19 Januari 2019 | K

11 September 2019

Menjadi Manusia, Menjadikan Sawit yang Baik

September 11, 2019 2
Menjadi manusia tidak lepas dari berbagai macam kontroversi. Banyak permasalahan dalam hidup ini yang membuat kita selalu bertanya apakah yang kita lakukan sudah benar, sudah bisa diterima orang lain dengan baik dan  tidak menyakiti pihak lain, atau malah apa yang kita lakukan adalah salah, mendapat banyak sindiran bahkan sampai menyinggung dan menyakiti orang lain.


sumber gambar

Pun begitu dengan Kelapa Sawit, sudah berapa banyak kasus yang disebabkan oleh tumbuhan industri yang tergolong famili palmae ini. Banyak masalah terkait kelestarian lingkungan hidup yang disebabkan oleh perkebunan Kelapa Sawit. Pembukaan lahan untuk perkebunan Kelapa Sawit dianggap sebagai salah satu penyebab kerusakan hutan. Kebakaran hutan yang menyebabkan beberapa daerah di Pulau Borneo dan Pulau Sumatra terkapar asap yang menghalangi pemandangan.

Penelitian mengatakan bahwa perkebunan sawit bukan penyebab utama deforestasi. Kelapa Sawit hanya menyumbang 8% persen dalam penurunan kualitas hutan, dibawah  perkebunan jagung yaitu 11% dan  perkebunan kedelai 19 %. Namun, nyatanya persentase tersebut tetap saja menyumbang   kerusakan lingkungan. Sayangnya tanpa Kelapa Sawit, hidup kita juga kurang lengkap.  

Dibalik permasalahan yang ditimbulkan, Kelapa Sawit telah menyumbang banyak hal demi kelangsungan hidup manusia. Usaha perkebunan Kelapa Sawit setidaknya menjadi sumber mata pencaharian 21 juta orang , dan secara tidak langsung mengurangi angka kemiskinan hingga 10 juta orang. Industri Kelapa Sawit juga menjadi penyumbang devisa terbesar negara. Indonesia bersama Malaysia menyuplai 85% minyak Kelapa Sawit dunia. Selain itu industri Kelapa Sawit juga mendorong perkembangan UKM, menyalurkan dana CSR ke masyarakat sekitar, dan menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk kawasan pedesaan, hal itu membuat Kelapa Sawit turut serta sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan Indonesia.

Pekerja di Perkebunan Kelapa Sawit (sumber gambar)

Penulis menanalogikan hubungan Kelapa Sawit dengan kelangsungan hidup sepeti hubungan antar manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa manusia yang lain. Meskipun dalam realitanya, hubungan itu tidak terlepas dengan konflik.

Begitu pula dengan hubungan antara Kelapa Sawit dengan kelangsungan hidup di dunia ini. Dalam satu hari saja kita pasti menggunakan produk olahan Sawit. Mulai dari pasta gigi, sabun, sampo, roti dengan margarin, mencuci dengan detergen, sampai memakai alat kosmetik yang mengandung campuran bahan minyak Kelapa Sawit. Benda-benda tersebut sangat dekat dengan kita, jadi apakah kita bisa hidup tanpa Sawit?

Jika pembukaan lahan untuk perkebunan Kelapa Sawit itu memerhatikan komposisi lahan yang digunakan, kerusakan lingkungan dapat dicegah.  Berdasarkan penelitian, perkebunan Kelapa Sawit dilakukan di 43% lahan terlantar atau 27% hutan produksi yang terdegradasi. Bila hal itu dilakukan tentu saja tidak akan mengganggu ekosistem yang lain.

Saat ini pemerintah berupaya untuk menciptakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan dan diharapkan mampu menjadi energi alternatif demi mengurangi emisi gas rumah kaca. B20 adalah bahan bakar hasil pencampuran 80% solar dengan 20% biodiesel berbahan dasar nabati seperti sawit.


Kelapa Sawit untuk Bahan Bakar Ramah Lingkungan (sumber gambar)

Namum, disamping upaya pengembangan energi terbarukan tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa  pembukaan lahan industri perkebunan Kelapa Sawit yang tidak memerhatikan komposisi lahan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan menambah gas efek rumah kaca.

Sebenarnya yang menjadikan kontroversi mengenai lahan Kelapa Sawit dengan isu lingkungan hidup adalah manusia itu sendiri. Ada saja pihak-pihak yang tidak memerhatikan lingkungan demi keuntungan komersial. Padahal sebagai makhluk yang berakal dan berbudaya, hal yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah pengendalian diri.

Pengendalian dalam menggunakan sumber daya alam dalam hal ini adalah Kelapa Sawit, pengendalian dalam membuka lahan untuk perkebunan Kelapa Sawit, pengendalian dalam menggunakan bahan olahan dari Kelapa Sawit,  dan pengendalian diri lainnya yang mendukung pengolahan Kelapa Sawit yang baik dan ramah lingkungan.

Mari menjadi manusia yang baik, manusia yang menjadikan sawit yang baik pula. Sawit yang kuat untuk Indonesia yang Hebat.

Sekian


Magelang | 11 September 2019 | K 

27 Juni 2019

Tulisan Marisa Sugangga di Tumblr

Juni 27, 2019 0

Pasanganmu kelak, bukanlah seseorang yang sempurna. Tidak akan pernah sempurna. Di balik senyumnya yang manis dan tegar, pastilah ia menyimpan raut wajah yang sebenarnya tidak ingin kamu lihat. Di balik pembawaannya yang begitu berwibawa, terkadang ia menyimpan pembawaan yang membuatmu tidak bisa menerima keberadaannya di sisimu. Di balik kepopulerannya, ia menyimpan seribu misteri yang tidak ingin orang lain tahu, bisa jadi walaupun itu untuk berbagi dengan dirimu. Tutur katanya yang manis dan sopan, terkadang ia hanya khilaf untuk berkata kasar ataupun tidak sengaja menyakitimu. Tatapan yang hangat pada nantinya menjadi tatapan kosong yang penuh tanya.

Ya, pasanganmu kelak, bukanlah seseorang yang sempurna. Berekspetasi tinggi hanya akan membunuh hal baik yang telah dilakukan pasanganmu. Sebisa mungkin, ingatlah untuk menyentuh bumi, agar kamu selalu ingat apa hal-hal baik kecil yang telah dilakukan oleh pasanganmu.

Jatuh cinta itu, seperti di tengah samudera. Terpukau, terpana oleh birunya lautan, namun bila kita tidak sadar, sesungguhnya ia menyimpan sejuta misteri yang terpendam di dasar lautannya yang dalam. 

Desember 2013 | © Marisa Sugangga

15 Mei 2019

Kita Yang Baru

Mei 15, 2019 0
Tulisan di Tumblr yang di-reblog kesini karena tumblrnya dihapus. Sebuah tulisan dari masa pencarian jati diri di masa lalu ~


Akhirnyaaa, setelah mendapat stimulus dari hasil stalking beberapa catatan orang orang yg mau bikin revolusi di tahun 2014, menghasilkan respon ini. agak terlambat hampir satu bulan tapi ah sudahlah.

Jadi sudah sejauh mana aku, kamu, dan kita mewujudkan keinginan di tahun kemaren, duh, gegara sering kebanyakan dengerin pandangan orang yg negatif jadi bikin down. Agaknya kita harus menghindar dan menutup telinga dr status2 yg mengeluh, krn seperti semangat, mengeluh jg menular.

Mengingat bagaimana aku, kamu, dan kita kemarin, rasanya lucu bin ajaib. Tugas tugas yg berjibun, dosen yg selalu itu itu saja, kegiatan2 yg harus tepat deadline, surat surat yg sering salah, keinginan untuk selo dan harapan untuk dolan, galau antara semangat dan lelah, keinginan untuk tetap mempertahankan dan memperjuangkan seseorang, seduaorang, setigaorang, dan seberapa byknya orang, campur aduk jadi satu di pikiran dan perasaan yg mungkin dikeluarkan dalam bentuk teriakan bisa mengisi penuh tabung2 yg ada di monster univesity. Sepertinya memang harus ada skala prioritas supaya bisa mewujudkan itu semua. 

Karena aku yakin kita masih bersama di semester ini, di jogja ini, di magelang ini, ato dimanapun aku, kamu, dan kita bertemu, aku yakin, akan ada waktu untuk kita belajar bersama, merefleksi bersama, diskusi hal yg paling penting sampai hal yg paling ga penting, yg bermanfaat sampai yg absurd, berkunjung ke tmpat yg aku, kamu, dan kita inginkan, mungkin dalam perjalanan kita akan dibumbuhi tak sedikit pertarungan, pertengkaran, kesensian, kealayan, kegilaan, ke-iyuh-an, dan ke-ke yang lain. Tapi itulah cara kita untuk belajar. 

Mungkin, ada kalanya aku, kamu, dan kita berpisah, bosan sama aku, bosan sama kita, keluar dari nyamannya kita dan mencoba sesuatu yg baru, jd aku harus siap2 untuk mengucapkan selamat tinggal. Mungkin di saat kita tidak lagi bersama, aku, kamu, dan kita sdg menyusun cerita perjuangan kita, kekonyolan kita, kesusahan dan kesenangan kita, dan usaha kita untuk terus belajar dan memperbaiki diri dari kekalahan dan kemenangan kita. Dan aku juga telah bersiap2 untuk mengucapkan selamat datang pada kalian yg akan mengkisahkan perjuangan kalian padaku.

Selamat datang aku, kamu, dan kita yang baru ~

Lapangan Pondok Tingal, 11.06
26 Januari 2014


13 April 2019

Jejak Digital

April 13, 2019 0

MIKIR EPISODE SATU
Mau cerita panjang lebar dulu sebelum masuk keintinya, karena sejujurnya ini curhat berkedok mikir, haha.

=======

sumber gambar


Cerita pertama datang dari negara yang melahirkan idol-idol, ada sebuah agensi yang akan mendebutkan grup penyanyi beranggotakan laki-laki. Kalau grup ini jadi debut, ini akan menjadi grup laki-laki pertama dari agensi ini.

Pada sekitar akhir bulan Februari, anggota grup pertama dirilis. Seorang anak laki-laki yang sebelumnya sudah terjun didunia idol dan bergabung dengan sebuah grup project yang cukup terkenal namun sudah habis masa kontraknya sehingga dia harus kembali ke agensi asalnya.

Satu minggu kemudian, agensi merilis anggota kedua. Dia seorang anak laki-laki yang sudah bertahun-tahun menjadi traine idol dan mengikuti banyak ajang survival idol tapi belum berkesempatan untuk debut.

Minggu ketiga wajah baru muncul lagi. Dia adalah seorang traine idol di agensi itu, tapi wajahnya sudah dikenal didunia maya karena dia pernah menjadi model untuk salah satu brand pakaian. Agensi ini memperkenalkan anggota baru setiap satu minggu sekali, tepatnya di hari Selasa pukul 12.00 malam.
Diminggu keempat, agensi merilis anggota ketiga yang merupakan anak paling muda diantara yang lain. Saat ini dia masih duduk dibangku kelas tiga sekolah menengah atas. Namun, belum seminggu namanya diperkenalkan ke publik, ada rumor tidak sedap tentang anak laki-laki dengan inisial KS ini didunia maya.

Rumor yang beredar mengatakan, bahwa KS ketika masih sekolah seragam putih biru, perilaku dia kurang baik. Bahkan ada foto yang beredar yang memperlihatkan pose KS sedang selfie di cermin sembari mengacungkan jari tengah. Kemudian ada foto-foto lain yang menunjukkan dia melakukan tindakan anonoh yang mengarah ke perbuatan seksual.

Bahkan ada rumor yang beredar, kalau ada guru yang sampai keluar dari sekolah gara-gara bermasalah dengan KS. Dia juga dikabarkan suka merusak property sekolah seperti meja, kursi, dan atap kelas. Banyak penggemar kemudian mengirim pesan untuk agensi agar segera memberi klarifikasi atas rumor yang beredar.

Minggu kelima, agensi masih merilis wajah baru member, tapi belum ada klarifikasi mengenai masalah yang bersangkutan dengan member keempat. Baru kemudian, diminggu keenam dan merupakan minggu terakhir perilisan wajah baru anggota yang akan debut, agensi memberikan klarifikasi mengenai rumor tersebut.

Agensi membenarkan beberapa rumor yang berkaitan dengan KS, tapi tidak semua benar, ada beberapa yang dilebih-lebihkan. Oleh sebab itu dari agensi meminta maaf atas ketidaktahuan dan ketidaktelitian mereka dalam menyeleksi anggota yang akan debut. Agensi bilang bahwa KS meminta untuk pengunduran dirinya dari debut line, karena dia tidak ingin membebani anggota lain dengan masalahnya, dia tidak ingin anggota lain terkena masalah karenanya. KS juga bilang dia menyesal dan akan merenungkan perbuatannya. Tapi beruntungnya, dari pihak agensi akan tetap memberi perhatian dan pengawasan kepada KS, supaya dia tetap bisa mewujudkan mimpinya.

Seandainya tidak ada rumor dan foto masa lalu KS yang muncul, mungkin wajah dia masih ada di akun official grup itu dan dia bisa debut. Seandaikan foto tersebut tidak beredar, mungkin orang lain juga nggak bakal tahu kalau ternyata si KS ini masa lalunya pernah jadi anak kurang baik. Dan yang paling penting, seandainya KS tidak mengunggah foto “kurang baiknya” di akun facebook, mungkin orang lain tidak akan menyebarkan dan dia tetap bisa debut.

Terus aku jadi mikir, wuaaahh horor sekali jejak digital ini, terutama untuk unggahan-unggahan yang kurang sesuai dengan nilai yang berlaku dilingkungan sekitar. Contohnya kasus di KS ini, gegara postingan foto dia dimasa lalu, dia nggak bisa debut. Gegara postingan masa lalu dia, dia harus menunda mimpinya. Gegara postingan masa lalu dia, dia dibully netizen. Tapi berkat postingan masa lalu dia, KS jadi lebih sadar diri dan merenungi perbuatannya, semoga kedepannya dia jadi pribadi yang lebih baik. Semangat dek ~

Tentang jejak digital ini, lalu aku melihat kasus yang tengah viral didunia nyata maupun maya. Tentang anak yang dibully lalu muncul tagar yang mendukung si anak terbully ini. Tapi berkat tangan lihai para stalker dunia maya, jejak digital akun facebook si anak terbully muncul, yang menyebabkan viralnya tagar yang menyalahkan si anak terbully. Orang-orang yang tadinya mengasihani si anak terbully, jadi mulai ragu untuk percaya.

Yah semoga apapun itu, hasilnya adalah yang terbaik. Si pelaku dan si anak terbully atau si pelaku yang juga terbully dan si terbully yang juga pelaku bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Intinyakan pembullyan di dunia ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Bicara soal jejak digital facebook, pernah nggak sih temen-temen scroll ke bawah sampai ditahun-tahun lalu dan menemukan postingan yang euw? Nggak hanya postingan, tapi termasuk like, comment, share dan lain-lain, pernah nggak sih temen-temen kepikiran buat hapus itu postingan itu satu per satu? Atau pernah nggak sih kepikiran kalau ternyata postingan-postingan itu bikin kita jadi tambah lama waktu hisabnya? Sama malaikat ditanyain, Apa tujuan kamu posting ini pada jam ini, tanggal ini, tahun ini, di akun ini, dan tulisannya kenapa begini? Misal ~

Hmmm.... mari kita merenungi ~


Sabtu Malam, 13 April 2019 | K


Ps. Masih kepikiran banyak, tapi nonton debat capres cawapres lebih seruuuw. Jangan lupa tanggal 17 April  (pre-order album single Jinyoung wkwkw) ke TPS buat nyoblos :”)

05 April 2019

Mukadimah untuk Menu Amor

April 05, 2019 0
Aku kepikiran untuk membuat pages ini setelah baca tulisan Masgun dalam buku Menentukan Arah karya beliau dengan istrinya. Tulisan itu jadi bikin aku sadar diri bahwa untuk menuju fase tersebut diperlukan persiapan fisik dan psikis, dan ilmuku tentang fase itu masih jauh dari kata cukup.  Jadi sembari mengisi hari-hari jombloku supaya lebih berfaedah, pages ini bertujuan sebagai ladang untuk belajar tentang fase dua insan yang menjalin kasih. Mungkin kedepannya akan ada beberapa tulisan yang so uwu dan bikin baper. So, untuk mengawalinya, sebuah tulisan yang aku rewrite dari buku Menentukan Arah karya Kurniawan Gunadi dan Aji Nur Afifah dengan judul Saya.

Pasangan akan menjadi orang yang mengetahui, paling dekat, paling lama bersama, juga paling intim. Pasangan akan menjadi belahan jiwa, menjadi orang pertama yang ditemui setiap hari. Menjadi rekan dalam berjuang, menjadi sahabat, dan mungkin juga menjadi rival. Pasangan adalah orang asing yang dijadikan dekat melalui pernikahan, ditakdirkan menjadi satu keluarga. 

SAYA

Saya mau belajar untuk menjadi orang yang bisa mengendalikan diri, mengendalikan ego. Menjadi orang yang bersedia mendengarkan dan berbagi. Karena pernikahan bukanlah tentang bagaimana saya bisa mendapatkan yang terbaik, melainkan memberi yang terbaik. 

Saya menyaksikan begitu banyak pernikahan di sekitar saya, juga begitu banyak orang yang menikah dan berkeluarga. Sejak kecil, sejak saya belum begitu memahami tentang pernikahan, tujuannya, dan mengapa banyak orang menikah. 

Saya melihat, setiap pasangan itu memberikan makna-makna yang berbeda. Saya memiliki pemaknaan bahwa kita (termasuk saya) tidak pernah menikahi orang yang terbaik, terbaik dalam artian bahwa orang yang dinikahi adalah orang yang telah selesai dengan segalanya, ia bukanlah orang yang telah mencapai titik-titik terbaik dalam hidupnya. Saya berusaha untuk terus memahami dan menyadari itu sehingga apabila nanti saya menemukan ada kekurangan dalam diri pasangan, saya tidak perlu menjadikan kekurangan itu sebagai sesuatu yang membebani atau menjadi masalah dalam rumah tangga. Kesadaran yang benar-benar ingin saya tanamkan bahwa saya menikah bukan dengan orang yang benar-benar sempurna dalam segala hal. Kesadaran  yang semoga bisa membuat ruang penerimaan dan pemaafan saya selalu lapang, selalu demikian hingga kami harus terpisah karena kematian. 

Saya berusaha menanamkan keyakinan dan menjaga keyakinan saya bahwa pasangan saya adalah bentuk nikmat dan karunia Allah yang harus saya syukuri. Rasa syukur yang semoga bisa membuat saya terus menjaga dan merawatnya, mensyukuri segala hal yang ada dalam dirinya, sehingga Allah menambahkan kenikmatan dan karunia itu dalam dirinya. 

Rasa syukur yang semoga selalu menjaga mata saya agar tidak melihat ke yang lain, menjaga hati saya tidak cenderung ke yang lain, membuat kaki saya tidak berjalan ke rumah yang lain. Rasa syukur yang saya yakini bisa membuat saya lebih terang dalam melihat segala kebaikan yang ada dalam dirinya. 

Setelah membaca tulisan ini aku jadi mikir, sebenarnya dalam hal jodoh menjodoh salah satu hal utama yang dibutuhkan adalah penerimaan satu sama lain. Tapi ya nggak hanya stuck disitu saja, dumeh pasangan kita menerima segala kekurangan yang ada dalam diri ini lalu kita jadi enggan belajar. Mari berbenah, beranjak lebih baik bersama-sama ~


Borobudur | Saturdate 30 Maret 2019

Ps. Tulisan diatas murni karya Aji Nur Afifah dan Kurniawan Gunadi yang bisa kamu temukan di buku Menentukan Arah. 

15 Februari 2019

Point of View

Februari 15, 2019 0
Mendapatkan ide untuk menulis ini setelah melihat begitu banyak fancam Konser Wanna One Therefore hari keempat alias hari terakhir, akhirnya masa promosi Wanna One telah selesai, para member kembali ke agensi masing-masing.

Tapi tulisan kali ini nggak akan membahas tentang Wanna One, hanya saja kadang inspirasi itu datangnya nggak diduga-duga. Ini tentang ketakutan dan keresahan saya akan sudut pandang atau asumsi-asumsi yang entah itu nyata atau hanya bayangan semata. 

(Btw di tulisan ini aku pakai kata ganti “SAYA”, udah nulis pakai “Aku” tapi jatohnya kok wagu.)

Pernah tidak? Kalian melihat status, caption, atau story orang lain yang isinya keluhan mereka tentang kerjaan atau makanan atau bahkan tentang hidup , lalu kalian tetiba berpikir “nih orang kok ngeluh sih, pokoknya aku nggak mau ngeluh kayak dia, mengeluh tuh nular, aku kudu lebih semangat dari dia!” begitu kata dalam hati. Pernah nggak? Saya? Pernah. 

Bermula ketika pagi ini saya scrolling story WA di daftar kontak, saya menemukan sebuah status dari seorang kawan dengan  foto dia sedang berkerja lalu diberi gift animasi “Mondays are Hard” tiba-tiba muncul dipikiran saya, “Ini orang pagi-pagi udah ngeluh, masih mending punya kerjaan.” Setelah berpikir seperti itu lalu saya merasa bersalah, kenapa saya harus berpikir seperti itu, saya tahu bagaimana perjalanan hidup dia saja tidak, apa yang menyebabkan saya harus berasumsi seperti itu.

Perasaan bersalah lainnya muncul ketika ada temen yang membuat status tentang keluh kesahnya di WA atau instagram lalu membuat saya berpikir bahwa saya tidak ingin membuat status keluhan seperti mereka, seakan-akan keluhan mereka adalah semangat bagi saya untuk tidak membuat status keluhan. Seakan-akan kalau saya bikin status tentang kesemangatan membuat saya lebih baik dari mereka. Tidak sama sekali. 

Mungkin keresahan ini adalah beberapa persen pengaruh dari buku-buku self improvement yang saya baca. Tadinya saya pikir, buku-buku macam ini akan membuat motivasi hidup saya menjadi lebih baik. Seringkali saya langsung setuju dengan pemaparan-pemaparan penulis tentang pandangan hidup mereka. Sampai akhirnya saya sadar, bahwa jalan hidup yang saya jalani dengan para penulis itu berbeda. Saya jadi makin sadar, sesungguhnya bukan motivasi yang saya dapatkan dari buku self improvement, tapi sudut pandang orang lain yang berbeda dengan sudut pandang kita.

Saya pikir saya dengan mudah berpikir demikian, berasumsi demikian, karena saya kurang dalam memahami sudut pandang hidup orang lain. Saya tidak tahu bagaimana latar belakang mereka, saya tidak tahu bagaimana lingkungan mereka, saya tidak benar-benar mengenal bagaimana hidup mereka, dan lagi saya tidak tahu bagaimana perjalanan hidup mereka. Ketidaktahuan saya membuat saya dengan mudah  berasumsi bahwa keluhan-keluhan yang mereka tuliskan di sosial media adalah sesuatu yang tidak penting. 

Padahal bisa jadi hal itu penting bagi mereka, sekedar menuliskan keluhan di sosial media mungkin bisa memberi kelegaan bagi mereka setelah mengeluarkan unek-unek mereka. Lalu tentang celotehan bahwa “mengeluh itu menular”, menurut saya itu tergantung kepribadian masing-masing orang. Ada orang yang biasa-biasa saja, ada orang yang jadi ikutan mengeluh atau apapun, semua tergantung mindset atau sudut pandang dalam memandang hal itu. 

Terakhir menurut saya, cara agar kita saya tidak mudah berasumsi terhadap hal-hal yang kurang menyenangkan adalah dengan memperkaya sudut pandang. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan cara banyak membaca dan setiap kali tiba-tiba muncul pikiran untuk berasumsi yang tidak-tidak saya memcoba membayangkan bagaimana posisi saya kalau hidup seperti orang lain tersebut. 

Sekian 

29 Januari 2019 | Ulang Tahun Lee Daehwi | 2 hari pasca Wanna One disband | K

14 Januari 2016

Tentang Local Disk D dan Local Disk E

Januari 14, 2016 0
Perkenalkan namaku Local Disk D, anak pertama dari System (C) yang diberi nama Kewajiban (D) oleh pemilikku. Kapasitasku hanya 97,5 GB dengan free space 24,9 GB. Tidak banyak yang menarik dari diriku selain foto-foto majikanku. Mulai foto dari jaman merah putih, jaman cabe-cabean, sampai jaman (mencoba menjadi) anak kekinian tapi nggak pake ngrusak alam (ciyee)
Aku tidak terlalu menarik untuk selalu dibuka  dibandingkan sodaraku Local Disk E. Sesuai dengan namaku, Kewajiban. Aku berisi tugas-tugas kuliah, laporan, makalah, proposal, tugas titipan teman, dan ada satu folder yang saat ini menjadi favorit majikanku untuk dibuka. Namanya “Bismillah Skripsi”.  Sejujurnya aku agak kesal dengan majikanku yang hanya membukaku jikalau butuh saja. Diskriminasi intensitas membukaku juga sangat berbeda dengan sodaraku. Majikanku mudah bosan denganku, padahal sudah kusediakan folder games walaupun isinya hanya the sims 3, kingdom amalur, dan plant vs zombie yang terakhir baru aku tahu, dua games yang disebutkan pertama tidak terinstal dengan benar.
Hallo, aku local disk E. Nama bekenku Hak (E). Aku menarik untuk dibuka karena aku berisi hiburan-hiburan yang menghilangkan penat majikanku. Mulai dari MV, tutorial, video motivasi sampai konyol, animasi, film-film yang terfolder dengan icon naruto yang lucu. Free space ku hanya 61,7 GB dari 146 GB. Yaaaps, aku memang pembawa masalah untuk urusan sampah dan memory. Yaaah, mananya anak bungsu, aku lebih manja daripada kakakku. Aku minta lebih sering untuk dibuka, aku kasian sama majikanku kalo harus mengerjakan yang ada di local diks D . Dia butuh refresing, meskipun aku sering membuatnya lupa waktu. Heheee

PS. Sebuah catatan ketika pikiran sedang embuh

08 Desember 2015

Teman untuk Pulang

Desember 08, 2015 0
Ini bukan tentang teman perjalanan pulang ke kampung halaman, bukan pula teman sekampung halaman, dan bukan pula tentang rumah teman yang dimana kamu pulang. Ini tentang teman yang selalu menjadi tempat berpulang. Berpulangnya segala cerita, berpulangnya segala kenangan, berpulangnya segala keinginan untuk kembali bersama.
Aku heran dengan pertemanan kita. Sebagai manusia yang tidak sempurna kita bukan juga teman yang sempurna. Kadang bahkan sering kali kita datang ketika aku butuh kamu atau kamu butuh aku. Namun ini sudah terjalin cukup lama dan kita nyaman-nyaman saja dengan gaya pertemanan ini. Kita jarang bersua dengan emoticon kiss atau hug di dunia maya, yang memperlihatkan betapa dekatnya kita, aku pun jarang memperhatikanmu bilamana kubaca status facebookmu seperti sedang dirudung masalah. Aku pikir kita sama-sama tahu, bila kamu butuh aku, kamu harus kemana.
Aku heran gaya pertemanan kita, aku heran jenis pertemanan apakah kita? Kita jarang saling sapa di dunia maya, kita jarang memperhatikan status sosmed satu sama lain. Hanya terkadang bila statusmu sudah menyampah di berandamu walaupun itu sudah kebiasaanmu. Aku pikir, gaya pertemanan kita kadang tak jauh dengan gagak dan kerbau. Walau terkadang sisi mutualismenya lebih condong ke satu pihak, tapi tanpa sadar kita juga tepat menjalani gaya pertemanan kita seperti ini. Aku heran saja, kenangan bersama kalian hanya sebatas sampai putih-abu abu itu pun hanya tak lebih dari satu semester. Tapi apa yang membuat kalian mendominasi hal-hal yang ingin aku lakukan adalah bersama kalian. Aku heran saat satu dari kita bertanya, apa yang membuat kita selalu tertawa bahkan saat satu diantara kita terkena musibah. Aku heran, bahkan banyolan kita (mungkin) terasa garing ditelinga orang. Kita seperti orang konyol yang menertawakan satu sama lain, menghina satu sama lain, membanggakan diri satu dengan yang lain, tapi kita nyaman-nyaman saja dengan gaya pertemanan kita. 
Selalu ada teman untuk berpulang, seperti itu yang sering aku katakan pada diriku sendiri. Aku heran dengan pertemanan mereka. Kadang didepan ini seperti itu, didepan itu seperti ini, lalu ini dan itu saling berhadapan dan menganggap tidak ada masalah diantara meraka, padahal di sisi lain, ada hal yang ini dan itu tidak saling mereka sukai, namun mereka nyaman saja dengan gaya pertemanan seperti itu (mungkin saja). Dan pada akhirnya mereka juga tetap bersama, si ini dan si itu juga seperti biasanya. Berdua.
Aku  heran dengan gaya pertemananmu dengannya. Kamu bilang kalau dia ada masalah apa-apa cerita sajalah ke kamu, aku pikir kamu teman yang waah sekali tetapi hanya gegara sekali kejadian  yang membuat aku menjadi ragu padamu, aku takut kalau itu terjadi padaku. Ini bukan berarti aku tak mau berteman denganmu, tapi untuk memberikan porsi yang besar padamu, sepertinya aku perlu hilang ingatan akan kejadian itu. Toh, selama ini kita juga sama-sama nyaman dengan kita yang seperti ini.
Teman untuk berpulang?
Setersesat kita dimanapun, kita akan merindukan rumah, (si)apapun rumah itu, (di)manapun rumah itu. Seseorang yang menjadi “somebody I used to know” yang jadi tempat berpulang segala ketika kita dirundung masalah. Dalam imajinasiku, bahkan teman hidup bukan belum tentu menjadi teman untuk berpulang. Bahkan, saat kita ada masalah dengan teman yang biasanya menjadi tempat sampah  segala cerita juga kita perlu teman berpulang lainnya. Aku sendiri heran dengan apa yang aku tuliskan. Teman untuk berpulang?!

@kekenkade 
Yogyakarta, very late post 2015 

05 April 2014

In Nonfromal Education We Trust

April 05, 2014 0
Hari ini super sekali teman-teman, kita dapat motivasi banyak banget dari orang-orang yang hebat. Dari tadi setelah selesai kuliah keaksaraan, aku dan teman-teman yang ikut dalam pendampingan belajar mandiri di kali code, mengadakan rapat guna membahas komitmen kita dan ketepatan waktu untuk datang mendidik anak-anak di kali code.
Yah, pertama ditanya dulu kesan-pesan pertama, dan tanggapannya positif semua. Sebagian ada yang prihatin dengan kondisi nilai pelajaran anak-anak yang jauh dari kata memuaskan, kalo aku sih alasanya supaya dapat pengalaman ngajar dan biar nggak selo. Sungguh, selo itu membosankan kalo cuma glundang-glundung di kamar nggak jelas, nggak punya kerjaan. Hehe
Nah, dari situ kita punya tekad buat menjadikan anak-anak di kali code itu menjadi anak yang semangat belajar, masyarakat di dusun parakan itu sudah percaya banget sama kita. Kalo denger ceritanya dari temen-temen yang ikut pada saat pembukaan pendampingan belajar mandiri itu, masyarakat disana antusias banget. Masyarakat disana menyiapkan tratak semacam tenda, salon, kursi-kursi tamu, padahal temen-temenku kira pembukaan hanya sesederhana duduk bersama dan memanjatkan doa, ternyata masyarakat lebih menyiapkan sesuatu yang wah, yang membuat hujan di mata karena terharu.
Itu artinya masyarakat di sana menaruh harapan besar kepada kita, Mahasiswa PLS yang mengadakan kegiatan pendampingan belajar disana. Pesan dari ayah salah satu temenku, dalam bahasa jawa yang artinya kira-kira begini “Kalo misalnya dedikasi kita belum bisa diakui sekarang, pasti suatu saat akan ada waktunya mereka akan mengakui kerja keras kita”. Jadi jangan jadikan kegiatan pendampingan belajar ini sebagai sebuah pekerjaan atau beban, tapi jadikan saja hanya sebagai pengalaman.
Ohya satu lagi pengalaman yang berhubungan sama pendampingan belajar ini. Berempat dari kita di minta untuk menbantu day care  yang ada di Olifant Preschool and Elementary School. Asal tahu saja, sekolah ini bisa dibilang bertaraf internasional, soalnya kebanyakan orang-orang yang menyekolahkan anak-anaknya disini adalah kaum-kaum blasteran dan borjuis. Sekiranya kita diminta untuk menemani, mengajak, dan bermain bersama anak-anak yang super unyu dan kece. Haha
Satu cerita lagi dan ini benar-benar menggugah hati dan perasaan supaya lebih mantap lagi di PLS. Tadi sewaktu berkunjung ke PKBM Griya Mandiri, kita ketemu lagi sama Mbak Novi. Mbak Novi ini mahasiswa PLS pasca sarjana yang juga sedang mencari pengalaman di PKBM ini. Dari cerita beliau, bisa aku katakan kalo aku ketemu langsung sama orang yang benar-benar melakukan teaching and traveling  yang biasanya Cuma bisa aku baca cerita-ceritanya di twitter dan buku. Beliau ini dulunya adalah mahasiswa Administrasi perkantoran UNJ yang bekerja di salah satu LSM di papua yang sekarang sedang menempuh S2 di UNY. Nah selama di papua ini mbak novi baru sadar kalo selama ini, yang dia lakukan di LSM itu merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah. Dia fokus pada pendampingan anak-anak dan sekarang sedang tertarik untuk mengembangkan PKBM di papua. Selain anak-anak, dia juga tertarik pada isu HIV/AIDS dan pemberdayaan wanita.
Kata mbak novi, kalo saja dia belum menikah dia masih pengen keliling indonesia untuk nyari pengalaman ini dan itu. Wanita keturunan maluku ini mengaku kalo kakinya masih pengen melalang buana ke pelosok negeri. Pokoknya kereeen. Kata mbak novi, dia bilang kalo kita ini nggak salah PLS.
Ohya, satu lagi alasan mbak novi memilih PKBM Griya Mandiri yang kabarnya baru dalam masa yang kritis karena dia tertarik dengan bagaimana Bu Endang akan terus bertahan di masa-masa sulitnya PKBM, karena kalau bisa bertahan, bukankah itu sesuatu yang patut diacungi jempol.
Ohya, bu Endang ini adalah pengelola utama atau ketua PKBM Griya Mandiri ini. Beliau sangat menjunjung tinggi komitmen dan seorang pekerja keras yang sedang memperjuangkan nasib-nasib PKBM yang saat ini banyak yang mati. Tadi juga dapat pesan dari beliau dan mba novi, “itulah bedanya praktisi dan akademisi, terkadang sebagai seoarang akademisi yang lebih sering berbicara tentang teori dan mencetuskan ide ini dan itu, tidak tahu kondisi lapangan yang sebenarnya, yang lebih tahu kondisi sebenarnya adalah praktisinya”. Prihatin juga dengan bu Endang yang berjuang untuk memecahkan masalah PKBM sementara di pencetus PKBM yang duduk di bangku akademisi pas ditanya gimana cara menyelesaikan masalah tersebut hanya bisa menjawab dengan senyuman.
Hmmm, jadi teman-teman dan khusunya buat aku sendiri, mulai dari detik ini lebih ditingkatkan keyakinan kalau kita akan sukses di PLS. Cari pengalaman bersama orang-orang baru, kepolah. :D

Kamar paling pojok Karangmalang E6, 20 Maret 2014

20 April 2013

5 Centimeter

April 20, 2013 2
Ditulis pada hari Selasa, 13 Desember 2012 pukul 12:11. Kemudian ku edit pada hari ini tanggal 30 September 2020, karena ditampilan blog depan tulisan deskripsinya tidak muncul, dan ngedit HTMLnya bikin saya bingung, so yaa. Happy Reading ~

satu hari setelah premiere  5 CM, 
satu jam setelah ujian 
dua jam setelah ngantri :D 



hari ini untuk pertma kalinya gue ngantri buat nonton dibioskop. Gue ngantri dari jam 11.30 sampe sekarang jam 12.13 masih diluar studio. Panjang banget neh antrian. Yah, namanya jg film baru premier. Gue mau nonton 5cm neh.

Waktu menunjukkan pukul 12.49, ceritanya gantian ma temen gue neh buat ngantri. Perjuangan buat nonton 5cm neh.
Buagusss :-D

Nggak nyesel gue ngantri selama 2 jam dg cara gantian ma temen2 gue. Filmnya keren abis, menurut gue film itu cocok kalo dtayangin pas 17 agustus. Soalnya dlm film itu, dkisahkan perjuangan 5 orang sahabat dengan cinta segi 4 yang berjuang mendaki puncak tertinggi di Jawa, Mahameru. Dan setelah mereka sampai di puncak, mereka berkata bahwa 'dengan sepenuh hati mencintai tanah air ini'.  Pemandangannya amazing bgt. Gue baru tau kalo di Indonesia juga punya hutan yg kyk di film Twilight. Terus, ada samudra di atas awan, awan2 it berriak seperti air, membentuk lautan awan. Pokoknya keren bgt, gue jd pengen mendaki ke gunung Mahameru nih.
Dasar korban film :-|
film 5 cm joss bgt dahh. . . ;-)