Tampilkan postingan dengan label ARTWORKS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTWORKS. Tampilkan semua postingan

10 September 2021

Doodle - Doodle Pernikahan

September 10, 2021 0

Edited [2024]. Terakhir aku gambar doodle yang proper adalah untuk kado kelahiran anak teman lamaku. Dia adalah salah satu teman yang sering pesan doodle. Awalnya mau kuberikan saat dia menikah, tapi doodlenya belum selesai, alhasil ku revisi lagi dan tambah personil ada anak kecilnya. Contoh doodlenya tidak ada di foto bawah ini, karena tema-nya sudah keluarga. 

Aku lupa, doodle-doodle ini pesanan siapa. Sebagai arsip kalau aku pernah menggambar doodle ini, biasanya setelah selesai, ku fotokopi dulu biar ada kenang-kenangannya. 

Setiap doodle kuusahakan untuk punya dekoratif yang berbeda, walaupun kadang ada bentuk bunga atau hiasan-hiasan yang sama tapi dari sekian doodle yang kugambar pasti tidak ada yang sama. Untuk bisa menentukan dekorasi yang beda, biasanya aku tanya kesukaan yang mau dibuatkan doodle ini apa, atau pekerjaannya atau hobinya apa, begitu ~ 









30 Juli 2021

BUG'S & FLOWER LIFE

Juli 30, 2021 0
Aku bingung mau posting apa, sebenarnya banyak ide dikepala tapi karena saat ini aku juga punya banyak tugas yang masih belum selesai dan yang tertunda, jadi aku belum mood nulis panjang lebar kali tinggi. 

Jadi untuk kali ini aku mau berbagi foto-foto hasil jepretan kamera hp android tentang hewan-hewan kecil terutama serangga dan juga bunga-bunga. Aku foto pakai HP Android Smartfren Andromax Eplus dan Galaxy Samsung A21s. Kalau pake Andromax biasanya aku kirim ke laptop dulu untuk diedit pakai photoscape. Kalau pakai yang Samsung, aku edit langsung digaleri karena hasil kameranya sudah cukup bagus. 

Kalau edit foto aku suka colour tone yang tajam, agak gelap dikit tapi jelas. Seringkali aku suka saturasinya aku naikin, kecerahannya aku turunin, dan kontrasnya kadang aku naikin juga. 

Hasilnya seperti dibawah, kebanyakan hasil kameran dari yang andromax, karena yang samsung masih di hape. 

So, here we go, selamat menikmati pameran diblog ~ 
 
Bunglon di atas daun pandan. Suka banget sama foto ini, karena obyeknya gak banyak gerak terus kayak model hewani gitu, haha


Take fotonya berkali-kali buat dapetin hasil yang gak terlalu blur, sebenarnya dipinggiran sayap itu kalau diperbesar ada yang blur, tapi ini salah satu yang terbaik dari foto-foto yang lainnya, hehe 


Kalau bukan karena ibuk, mungkin momen ini gak kefoto. Ulat diatas mengingatkanku pada karakter ulat di film Bugs Life, sejak foto ulat ini aku jadi ketagihan foto hewan-hewan kecil lainnya


Ini bunga milik tetangga depan rumah, pas masih dirumah yang lama. Salah satu foto favorit, ngambilnya abis hujan reda gitu. Gak perlu dieditpun aku sudah suka perpaduan warnanya, tapi aku edit buat nambah tajam saturasinya, :) 


Ini salah satu favoritku juga, bunga mawar kuning. Tapi sayang, sekarang udah mati, cuma pas beli terus mekar sekali aja. Tapi Alhamdulillah punya foto kenanganya, haha 


Sekian pameran foto ini, emang cuma dikit, demi setor tulisan di bulan Juli, hehe | K

30 Juli 2021 

10 April 2019

Gembel Jadi Presiden Part 3

April 10, 2019 0
sumber gambar google

sebuah kelanjutan cerbung 6 tahun lalu ~


Keesokan harinya Paijo dikawal Pasukan Bhayangkara menuju TPA.
"Wah lihat itu! Ada mobil bagus." Seru Inem pada teman-temannya.
"Eh iyaa.
Eh lihat! Itu bukannya mas Paijo ya? Yang keluar dari mobil itu loo!" Sunarti memberitahu teman-temannya. Salah seorang pengawal menggelar karpet merah di depan pintu mobil. Paijo keluar dan berjalan layaknya seorang Presiden. Memakai kacamata hitam, dia terlihat sangat berwibawa.
Orang-orang di perkumuhan terpesona melihat perubahan Paijo yang drastis.
"Paijo! Ini elo Jo? Weleh-weleh, keren amat lo? Abis dipermak di mana?" Tanya Bokir, salah seorang teman Paijo. Paijo tidak menjawab, dia memberi isyarat pada pengawal.
"Maaf ! Anda menghalangi jalan Presiden Jo. Silakan anda minggir dari karpet ini!" Kata pengawal seraya mendorong Bokir agar menyingkir dari karet. Paijo menuju panggung kecil yang sudah disiapa oleh para pengawalnya. Panggung itu terletak di pinggir jembatan sungai Cikumuh dekat TPA. Dengan memakai megaphone dia berorasi.
"Sodara-sodara, sebangsa dan setanah air, senasib sepenanggungan. Indonesia adalah negara yang kaya raya, negara yang memiliki berbagai jenis kebudayaan yang telah mendunia dan keindahan panorama alam yang sangat mempesona. Tapi mengapa, surga dunia ini harus terkotori oleh jamahan tangan-tangan para tikus pemakan uang . . ."
"Paijo ngomong apaan To? Nggak ngerti gue!" Tanya Bokir pada Karto.
"Elu aja nggak ngerti, apalagi gue!"
"Hoi Jo! Lu ngomong apaan sih? Kita-kita kan nggak ngerti apa yang lu omongin. Bahasa lu tinggi banget, udah deh to njuk point aja!"
Karto menginterupsi orasi Paijo.
"Sstt!! To do point, bukan to njuk!" Bisik Bokir mengoreksi.
Paijo diam sesaat
"Hmm . . . Baiklah, langsung pada pokok persoalan. Semua menteri dan anggota DPR terlibat dalam korupsi besar-besaran. Bahkan, wakil presiden adalah ketua dari OKI alias Organisasi Korup Indonesia. Saya selaku Presiden Republik Indonesia ingin menjadikan kalian, masyarakat perkampungan kumuh ini sebagai Menteri-menteri dan anggota DPR . . ."
"Tunggu Presiden!" Salah seorang pengawal memotong pidato Paijn.
"Mana mungkin, masyarakat kampung kumuh ini menjadi pejabat negara. Mereka tidak memiliki pendidikan, jadi bagaimana mungkin mereka dapat menjalankam manajemen pemerintahan."
Paijo menjawab dengan tengan "Memang mereka tidak berpendidikan, tapi mereka memiliki hati. Hati peduli terhadap sesama. Tidak egois dan tidak akan uang negara maupun rakyat. Ada gunanya mereka tidak berpendidikan, jadi mereka tidak akan tahu cara berkorupsi yang baik dan benar."
Para pengawal terkejut tak dapat berkata apa-apa, sedang para warga kumuh sangat bergembira. Mereka tidak menyangka, akan dijadikan menteri dan anggota DPR. Satu-satu mereka memberi salam pada Paijo dan mencium. Bersorak-sorei mengelu-elukan Paijo.
"Hidup Presiden Paijo!"
"Hidup Presiden Paijo!"
"Hiduupp . . !"
Byuurr!!
Paijo terjatuh ke sungai, dia terdorong orang-orang yang berebutan ingin bersalaman dengannya. Paijo gelagapan, dia tidak bisa berenang.
"Tolong, tolong! Tolong aku!" Teriak Paijo
***
"Jo! Jo! Bangun Jo!" Paijo terbangun, bajunya basah kuyup. Dilihatnya sekeliling.
Sampah! Didepannya ada Emak, yang menatapnya dengan garang, membawa ember kosong.
"Huh bauk!! Emak nih apa-apaan sih. Masak aku disiram air comberan!"
"Kamu itu yang apa-apaan! Disuruh kerja, malah enak-enakan tidur! Mimpi apaan to, sampai susah dibangunin! Tuh lihat, temen-temen kamu udah dapat sampah banyak. Lha kamu, satu sampah aja belum dapet!
Ayo cepet kerja! Anak kalo nggak disuruh nggak mau kerja!" Paijo bangkit berdiri, menuju puncak tumpukan sampah. Dia sadar, ternyata semua itu hanya mimpi. Mimpi setinggi langit. Bagaimana mungkin seorang gembel menjadi Presiden.

THE END






Diedit lagi tanggal 10 April 2019. Cerbung pertama dari enam tahun yang lalu.

23 Desember 2018

Perjalanan Membuat 11 Fanart

Desember 23, 2018 0
Angka 11 “Sebelas” selalu menjadi angka terfavorit. Padahal angka ini sebenarnya tidak ada, hanya gabungan dari angka satu dan satu. Mungkin karena kelahiran dan huruf nama ku berhubungan dengan angka sebelas, jadi terbawa suasana untuk menjadikan angka yang dianggap angka sial oleh suatu negara (aku lihat di on the spot) sebagai kesukaan bagiku.

Bicara soal angka sebelas, dalam blog ini aku punya beberapa tulisan dengan label “kesebelasan favorit”. Label itu ku dedikasikan kepada sebelas anggota idol yang dipilih oleh warga korea. Tidak lain dan tidak bukan adalah Wanna One.

Kata orang “What bad for your he(art) is good for your art”, makanya karena aku merasa “bad” dengan Wanna One yang bentar lagi bubar jadi terbitlah tulisan ini. Sebenarnya aku punya satu dua tulisan yang lebih berfaedah dari pada ini, yang satu masih di word belum selesai karena butuh banyak riset (nggaya) dan ide pendukung untuk mengembangkan diksinya supaya kalimatnya lebih apik gitu, yang kedua sudah ada di draft tinggal dipublish sebenarnya. Tapi seperti kata igs-nya Mas Gun, “Kadang kita tidak sadar bahwa garis hidup kita bersinggungan dengan begitu banyak garis hidup orang lain. Mungkin kita nggak kenal sama orangnya, tapi apa yang kita lakukan menjadi sebab ia kufur nikmat.” Kalimatnya persis seperti itu tidak ada yang aku rubah. Beneran.

Jadi karena tulisan itu sangat berhubungan dengan garis hidup lain selain garis hidupku, sampai saat ini aku masih berpikir keras untuk mempublishnya atau tidak. Karena  sebenarnya tulisan itu bukan untuk mengeluhkan sikap orang lain yang kenapa dia begini kenapa dia begitu,  tulisan itu lebih kepada penyembuhan terhadap  diri sendiri. Kalau kata temenku “cause writing is sometimes healing”. Menulis itu menyembuhkan, biar rada lega gitu pikirannya, hahaha

Lalu saat sedang berpikir keras tentang draft itu, ide untuk tulisan ini muncul. Jadi dengan menjunjung asas “curhat berkedok koreyaan atau koreyaan berkedok curhat” menarilah dengan lincah jari-jari ini diatas keyboard yang sudah rentan dimakan usia.

Eh kok jadi oot sih, aku kan mau ngomongin Wanna One ~ wkwkw

Perjalanan membuat sebelas fanart ini kumulai sekitar bulan Oktober entah November tahun lalu. Saat itu sedang kepo-keponya soal Wanna One. Berhubung saat itu aku berada didalam lingkup pergaulan dengan orang-orang lulusan multimedia dan pekerjaanku saat itu juga nggak jauh-jauh dari aplikasi desain jadi tertularlah aku oleh ilmu nggambar digital mereka ~ uwuuuu XD 

Yoon Jisung (Leader, Mother of Wanna One)
Seingatku ini adalah fanart member Wanna One pertama yang aku buat. Mungkin saat itu aku memang berniat untuk membuat fanart dengan urutan dari member tertua hingga maknae. Fanart Jisung ini kalau dilihat dari jauh kelihatan nggak apa-apa, tapi kalau diperbesar akan banyak ditemukan ketidak rapian dalam pemberian warna. Masih ada beberapa yang lubang yang terlihat belum diwarnai. Well, percobaan pertama yang gagal adalah hal wajar bukan?

Kang Daniel (Center, Kang Choding)

Masih sama tidak rapinya dengan yang diatas. Buat fanartnya nggak jadi aku urutin. Soalnya waktu itu nyari foto yang gampang-gampang dulu pewarnaannya. Soalnya masih awal-awal belajar juga. Jadi kupikir kalau warnanya makin sedikit buatnya semakin mudah, tapi ternyata tak semudah yang dibayangkan juga. Karena ketika dizoom , warna yang kukira sama nyatanya beda. Jadi kalau mau bikin fanart yang persis dengan foto aslinya harus jeli main warna.


Lee Dae Hwi (Lead Vocal, Maknae)


Meskipun sudah beberapa kali coba membuat gambar digital ini, tapi hasilnya masih saja belum rapi. Fanart Daehwi ini ku buat dengan rasa terburu-buru pengen cepet-cepet selesai. Makanya dibagian dahinya dan rambutnya terlihat blur dan tidak rapi soalnya waktu itu aku salah klik yang harusnya pakai hard round malah pakai soft round. Bentuk garis batas tiap warna pun masih banyak lengkung tak rapi disana-sini sama seperti fanart pertama dan kedua. 

Bae Jin Young (Sub Vocal, Visual, Sodu)

Kalau yang ini salah satu fanart yang aku semangat buat nggerjainnya. Buat dedek jinyoung aku pengen hasil fanart yang terbaik, haha. Makanya aku bikin fanartnya Baejin ini nggak hanya satu, tapi ada empat fanart. Aku suka aja sama hasil karya masternim fansite-nya Baejin yang menurutku bagus-bagus. Fansite yang lain juga nggak kalah keren sih ~


Jin Young saat penampilan evaluasi posisi di Produce 101 season 2

Aku bikin yang ini karena waktu diacara produce saat Baejin perform lagu ini ada salah satu trainee yang celetuk, wah keren banget kayak anime. Meskipun ketika balik panggung, penampilan saat dia membawakan lagu BTS Spring Day ini adalah yang dia sesali karena menurutnya tidak bagus. Bener juga sih. Kayak ada nggak PD-nya gitu ~

Jin Young saat menghadiri acara penghargaan MAMA di Hongkong 2017

Forhead Baejin. Salah satu penampilan Baejin yang banyak disukai pengemar adalah ketika model rambut yang memperlihatkan dahinya. Degem rasa Oppa. Boyfriend material. wkwkw

My Favorite Baebae's Fanart

Dari sekian fanart Baejin yang aku buat, aku paling suka yang ini. Karena selain aku suka hasil foto aslinya karya fansite @baebaeyourlove, dibanding fanart yang lain, ini jauh lebih rapi. Mungkin saat itu karena aku lebih bersabar untuk menggambarnya dan selesai juga lebih dari satu hari. 


Park Woojin (Main Rapper, Main Dancer)

Ini mungkin fanart terlama aku buat, karena selain aku bikinnya hanya kalau lagi selo, untuk pewarnaan dibagian rambut ini aku pengen buat yang semirip mungkin dengan aslinya. Hasilnya butuh lebih dari seminggu  untuk menyelesaikan fanart yang satu ini. Dan hasilnya cukup memuaskan bagiku, hehe

Woojin saat menghadiri acara award kalau nggak salah Golden Disk Award 2017

Aku bikin fanart Woojin dua, soalnya selain Baejin aku suka sama kekonyolan manusia kelahiran 99 bermarga Park ini, haha

Lai Guanlin (Maknae, Sub Rapper, Responsible for Fashion-sense)

Fanart yang satu ini aku buat saat Guanlin menghebohkan penggemar dengan tampilan rambut barunya yang berwarna blonde. Yeoksi, maknae gulliver-nya Wanna One emang pantes dapat julukan member terfashion-able. Meskipun member termuda tapi kalau kalian lihat fashion airport-nya Guanlin, wah udah kayak model runaway ~ wkwkwk

Hwang Min Hyun (Lead Vocal, Visual, Father of Wanna One)

Tidak ada deskripsi. Kalau kata Bu Pelatih Kahi, Minhyun hanya dengan berdiri bernapas saja sudah cukup ~

Park Jihoon (Sub Vocal, Sub Rapper, Lead Dancer, Visual, Aegyo Machine)

Pria yang lahir dengan tahun yang sama dengan Park Woojin ini diakui memiliki dua kepribadian ganda. Jeojang Jihoon adalah ketika Jihoon bertingkah lucu dan mengeluarkan aegyo yang satunya adalah Dorm Jihoon adalah ketika Jihoon bersikap manly dan garang, padahal di mata penggemar tetep aja dia kelihatan cute. Kadang ucapan sama kelakuan beda.

Ong Seung Woo (Gagman, Main Dancer, Lead Vocal, Visual)

Idol pertama dengan marga Ong. Penampilan yang mendekati sempurna kadang bisa membuat orang lain tertipu dengan kelakuan aslinya yang jauh dari kata “WARAS”. wkwkwk


Kim Jae Hwan (Main Vocal, Innocent face who has Wild Voice)

Untuk fanart yang satu ini aku merasa agak bersalah kepada Jaehwan (kenal juga enggak). Karena belum selesai aku rapikan untuk  pewarnaanya dan sempat mandeg beberapa bulan hingga akhirnya baru bulan November kuselesaikan. Itupun photoshopku sempat error, alhasil aku hanya menyelesaikan seadanya jadi kelihatan banget banyak nggak rapinya.


Ha Sung Woon (Main Vocal, Aunty of Wanna One, Our Little but Precious Hyung)

Satu-satunya fanart yang aku buat pakai corel, karenya ternyata photoshopku sudah error. Waktu itu pengen coba bikin wpap kalau nggak salah. Setelah coba-coba dengan foto sendiri, eh kok hasilnya lumayan, dan nggak seribet pakai photoshop. Tapi emang hasilnya beda sih, lebih terlihat garis perbedaan warnanya untuk yang satu ini. Warna yang hampir senadapun kalau yang ini dibuat sama beda dengan kalau pakai photoshop meskipun warnanya hampir senada tapi aku warnainnya dengan beda biar ada gradasinya. Dan untuk fanart yang satu inipun bisa selesai hanya dengan satu dua jam dan nggak perlu pakai layer-layer segala.


Sebenarnya alasannya ingin cepet-cepet selesai karena merasa ada tanggungan dan ini adalah bulan terakhir mereka menjadi Wanna One, jadi sebelum mereka mengakhiri kontrak, aku pengen bikin fanart sebelas member ini. Alhamdulillah selesai, sekarang aku (mungkin) bisa berhenti jadi wannable abal-abal dengan tenang ~ 


Gloomy Sunday, 23 Desember 2018 | K






















09 Desember 2018

Petrichor

Desember 09, 2018 0
Sebenarnya ini udah pernah aku posting di wattpad, tapi karena aku baru aja merombak tampilan blog supaya lebih baik dari sebelumnya dan aku juga menambahkan page khusus untuk cerpen dan postinganku yang tentang cerpen juga udah kadaluwarsa soalnya udah tahun tahun dulu banget, jadi ku postinglah cerita ini. Selamat Membaca 

Image result for petrichor wallpaper
credit foto

BGM 
The Rain - Perempuan Hujan


***

"Kau tahu kenapa aku menyukai hujan?"
"Karena kamu suka bau tanah basahnya?"
"Bukaan."
"Karena kamu suka yang sejuk sejuk?"
"No noo.."
"Karena kamu jadi inget aku?"
"...."

***

Aku masih ingat sore itu, bersamamu, di tempat itu. Tempat dimana pertama kali aku bertemu dengan mu dan juga tempat terakhir kali kita bertemu.
Aku masih ingat dengan jelas saat kita berbicara tentang hujan. Tentang kesukaanmu pada hujan. Tentang kesukaanku pada kesukaanmu.
Iya. Aku juga suka hujan. Aku suka hujan karena aku suka kamu. Aku ingin seperti hujan yang bisa disukai kamu. Aku suka hujan karena kamu juga suka hujan. Aku tidak selalu suka pada apa yang kamu suka. Tapi aku suka hujan. Karena hujan selalu mengingatkanku padamu.
Kamu tahu aku suka hujan. Tapi kamu nggak tahu alasan kenapa aku suka hujan. Kamu tahunya aku suka hujan jauh sebelum mengenal kamu. Padahal aku suka hujan ketika aku tahu kamu.
Kamu mungkin nggak tahu. Tapi jauh hari setelah pertemuan pertama kita. Aku mulai menempatkan nama kamu dalam diriku. Aku ingin mengenalmu lebih jauh. Aku ingin tahu tentang kamu. Dan aku berakhir sebagai penguntit nomor satumu.
Kamu mungkin nggak ingat, tapi aku ingat. Saat pertama kali kita bertemu, kita masih sama-sama pakai seragam sekolah. Aku tahu dimana sekolahmu. Lalu pada hari selanjutnya aku datangi sekolahmu. Hanya untuk melihatmu. Hanya untuk memastikan bahwa kamu memang sekolah disitu.
Dan sepertinya semesta mendukungku. Kamu memang bersekolah disitu. Setelah hari itu aku mulai melancarkan aksiku untuk menguntitmu.
Kubuka laman website sekolahmu. Kucari daftar akun siswa siswi sekolahmu. Ternyata mencarimu di dunia maya adalah mudah. Kutemukan akun twittermu. Kutemukan akun facebookmu. Bahkan kutemukan akun blogmu yang sengaja kamu cantumkan di profil twittermu. Dari situ kutemukan tulisan tulisanmu. Dan kebanyakan tentang hujan. Kamu sangat suka hujan.
Karenamu setiap hujan aku jadi ingat kamu. Kini aku percaya dengan pepatah 
"Books influence your thought and friends influence your character"
Mungkin karena aku sering baca tulisan tulisanmu tentang hujan. Aku jadi sering memikirkan tentang hujan dan tentang kamu juga. Aku terpengaruh olehmu. Aku juga jadi suka menulis tentang hujan.
Beruntungnya aku akan alam yang selalu mendukung untuk bisa bertemu denganmu lagi. Aku harap kamu masih ingat. 17 belas hari setelah pertemuan tidak sengaja kita, kita bertemu lagi. Aku yang tadinya sempat marah-marah pada temanku yang sembarangan mendaftarkan namaku untuk kepanitian acara pameran daerah itu akhirnya bersyukur dan berterima kasih padanya telah membuatku mempertemukan denganmu. Aku sempat berpikir bahwa temanku adalah malaikat yang diturunkan Tuhan dari langit untuk memdapatkanmu.
Pada kesempatan itu akhirnya kita bisa berkenalan. Meskipun jauh dibelakang aku sudah mengenalmu. Aku senang kau bisa tahu namaku. Aku senang ketika kita saling bertukar info akun sosial media masing-masing. Dan aku senang ketika kau menanyakan tentang twit-twit-ku yang sering kali puitis tentang hujan. Padahal sebenarnya aku sengaja membuatnya supaya menarik perhatianmu.
Ya. Semenjak mengenalmu secara langsung aku mulai menyusun strategi agar kau tertarik padaku.
Sampai suatu hari, setelah beberapa bulan kedekatan kita ...
"Kamu tahu kenapa aku menyukai hujan?"
"Karena kamu suka bau tanah basahnya?"
"Bukaan."
"Karena kamu suka yang sejuk sejuk?"
"No noo.."
"Karena kamu jadi inget aku?"
"...."
"Karena kamu jadi inget aku?"
"...."
"Kok diem? Jadi karena kamu jadi inget aku, kamu suka hujan?"
"Bukan."
Glek. Menelan ludah.
"Lalu? Karna apa?"
"Karena aku membencinya. Karena aku tidak suka. Karena aku ingin melupakannya."
"Kenapa?"
"Karena kejadian buruk itu."
"Kejadian apa? Kamu nggak ingin cerita sama aku?"
Senyum.
"Kenapa?"
"Aku nggak siap buat cerita. Mungkin nggak akan siap."
"Kenapa?"
"Kamu nggak perlu tahu. Karna sekarang aku udah baik-baik saja. Aku udah bisa menerima itu semua."
"Tapi. Kenapa?"
"Kenapa mulu dari tadi. Haha"
"Iya. Terus apa?"
"Aku suka hujan karena aku membencinya. Aku benci karena kejadian itu saat hujan. Aku nggak suka. Aku ingin melupakannya. Tapi semakin aku ingin lupa semakin pula aku merasa sakit. Lalu aku sadar ..."
"Lalu kamu sadar. Karena?"
"Sadar bahwa semakin aku membencinya semakin aku tidak bisa melupakannya. Semakin aku ingin melupakannya semakin aku sakit didalam sini. Lalu aku sadar, bahwa cara terbaik untuk melupakannya, cara terbaik untuk tidak sakit karenanya adalah dengan menerimanya."
"Maksudmu?"
"Menerimanya bahwa itu semua adalah bagian dari hidupku yang tak bisa dihilangkan. Merelakannya, bahwa kejadian itu adalah satu master piece yang merubah hidupku menjadi seperti sekarang. Dan memeluk semua rasa sakit itu menjadi satu ikatan, menjadi satu bagian bahwa, haaah ini adalah bagian dari hidupku. Jadi aku menerimanya."
"Lalu apakah kau merasa sakit saat melihatku sekarang?"
"Tidak. Hanya saja..."
"Hanya saja kenapa?"
"Hanya saja kadang aku sedikit frustasi karena tulisan tulisanmu itu."
"Frustasi kenapa?"
"Aku bingung menjelaskannya bagaimana. Hal itu membuatku senang tapi sekaligusnya ada sesak didalam sini. Aku tidak tahu kenapa dan jangan tanya kenapa. Hehe"
Glek. Menelan ludah.
"Hey, aku sudah tidak apa-apa sekarang. Dan jangan karena aku cerita ini padamu lalu kamu jadi berhenti menulis tentang hujan. Aku tetap menyukai tulisanmu. Rasa sakit itu tak seberapa sekarang. Kau tenang saja. Aku tetap menyukainya."
Senyum. Sedikit terpaksa.

***

Aku ingat seminggu kemudian setelah cerita itu. Kamu pindah, katamu karena orang tuamu dipindah tugaskan. Kamu mengajakku bertemu untuk terakhir kalinya ditempat favorit kita. Tidak banyak yang kita bicarakan. Kamu hanya bilang agar aku tetap hidup dengan baik dan tetap menulis tentang apa yang aku suka. Dan kamu juga memberikanku sepucuk surat.
Dalam surat itu kamu bilang.
"Mari kita bertemu lagi saat ulang tahunku yang ke 25, ditempat biasa. Kalau saat itu kamu belum memiliki seorang yang mendampingi hidupmu. Aku mau menikah denganmu. Haha"
Dan disinilah aku berdiri sekarang. Aku menunggumu. Aku menagih janjimu. Tapi sejujurnya aku sudah menyiapkan hati untuk kemungkinan terburuk. Aku sadar bahwa surat itu dibuat saat kita masih umur labil. Dan aku tidak yakin bahwa kamu akan menepatinya. Aku akan tetap menerimanya apapun hasil hari ini. Bahkan sampai sekarang aku masih tidak tahu kejadian buruk apa yang telah menimpamu dulu.
Sebenarnya diusia dewasa ini aku bisa saja mencarimu lewat sosial media seperti dulu. Tapi sengaja tidak aku lakukan. Aku hanya tidak ingin mengulang kejadian lalu dimana aku suka menguntitmu yang sampai sekarang kamu mungkin tidak tahu.
Terkadang memang harus ada kejadian-kejadian yang tetap harus menjadi rahasia. Seperti rahasiamu dan rahasiaku. Dan kita menerimanya.
Dan aku akan menerimanya jika kamu memang tidak menepati janji di suratmu. Seperti kamu menerima kejadian buruk yang menimpamu. Aku menerimanya seperti kamu menerima hujan yang kamu membuatmu perih.

The End 

oleh Keken

08 Desember 2015

cerpen : Surat untuk Mbak Risma

Desember 08, 2015 0
Untuk : Mbak Risma

Mbak...
Mbak Risma...
Kalau Mbak Risma sudah baca surat ini mungkin aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Aku sudah pergi jauh mbak.  Mbak, sebenarnya aku kangen banget sama Mbak Risma. Mbak tahu nggak? Mbak itu orang pertama yang bisa bikin aku semangat belajar mbak. Mbak, aku pengen cerita banyak banget ke Mbak Risma.

Mbak Risma inget nggak pertama kali saat Mbak Risma datang sama teman-teman mbak buat acara pembukaan pendampingan belajar di desaku? Mbak inget kan? Tapi mungkin mbak belum kenal aku. Aku pun belum kenal mbak. Aku masih mengganggap Mbak Risma dan teman-temannya itu sebagai sosok asing yang datang ke desaku mbak. Aku heran mbak, kenapa ada mahasiswa yang mau-maunya datang ke tempat kotor ini mbak. Mbak sendiri tahu kan gimana keadaan orang-orang yang ada di desaku, yang kebanyakan orang-orangnya bekerja di dunia prostitusi, tapi aku tidak tahu apa itu prostitusi mbak? Tiap kali aku tanya ke Mbak Risma apa itu prostitusi, Mbak Risma nggak pernah jawab kan? Mbak Risma malah bilang “Suatu hari kamu akan mengerti.” Tapi sampai sekarang aku nggak ngerti mbak. Yang aku tahu kebanyakan orang-orang di sekitar rumahku kerjanya sama seperti ibukku mbak. Iya ibukku, tiap malam pulang diantar laki-laki yang berbeda tiap harinya. Ahh, aku pikir itu teman-teman ibuku. Ibuku kan pandai bergaul, iya kan Mbak?

Mbak Risma, aku pengen bilang makasih banyak, karena Mbak Risma, aku jadi semangat belajar. Mbak Risma adalah satu-satu nya Mbak-mbak dari UNY yang sabar menghadapi aku dan bisa buat aku jadi mau belajar. Aku sudah bisa membaca tanpa mengeja lagi mbak. Aku sudah bisa menulis latin mbak, dan aku juga sudah bisa menghitung mbak. Mbak seneng kan?

Mbak, aku mau cerita. Sejak Mbak Risma jadi pendamping aku buat bantuin aku belajar, aku jadi kepikiran Mbak Risma terus. Mbak Risma inget kan? Saat pertama kali kita belajar bareng dan aku nimpukin buku tebal ke kepala Mbak Risma gara-gara aku nggak mau belajar. Dan Mbak Risma nggak marah, malahan Mbak Risma minjemin HP mbak, buat iming-iming aku supaya mau belajar, dan itu berhasil mbak. Dan semangat aku buat belajar jadi meningkat mbak, kalau aku dikasih HP. Aku jadi nunggu-nunggu buat pendampingan belajar lagi, supaya bisa pinjam HP nya Mbak Risma lagi.

Mbak Risma, aku nakal ya? Iya kan Mbak? Akui sajalah mbak. Aku tahu kok aku nakal. Aku nakal bukan karena aku pengen buat Mbak Risma kesal. Aku pengen selalu dapat perhatian dari Mbak Risma dan mbak-mbak yang lain juga. Aku pengen semuanya memerhatikan aku. Maaf ya Mbak, aku sering buat gaduh di kelas pendampingan. Aku sering teriak-teriak nggak jelas di kelas. Aku sering keluar-masuk kelas seenaknya. Aku sering molesi Mbak Risma. Tapi kok Mbak Risma nggak bales aku sih? Kan nanti kita bisa perang-perangan Mbak? Mbak, dirumah aku jarang diperhatikan mbak. Ibukku sibuk bekerja dan Bapak entah pergi kemana, dan aku dirumah hanya sering bersama kakak perempuanku yang juga lebih sering menghabiskan waktunya diluar. Aku kesepian mbak. Aku nggak punya temen. Temen-temen nggak ada yang mau sama aku, nggak tahu kenapa mbak. Pernah suatu hari ketika aku melihat teman-teman sedang bermain di lapangan. Mereka sedang bermain petak umpet, lalu ada salah satu teman yang ngumpetnya di dekat sungai, aku sudah memperingatkan temanku untuk tidak bersembunyi disitu karena aliran sungainya deras dan nanti dia bisa jatuh. Tapi dia malah mengusirku dan mengata-ngataiku. Katanya aku nggak usah ikut campur, aku kan nggak ikut dalam permainan. Aku marahlah mbak, terus aku dorong dia sampai jatuh ke sungai dan dia hanyut. Dia teriak minta tolong tapi aku pergi berlari meninggalkannya, aku takut mbak. Aku nggak tahu harus berbuat apa, lalu aku ke rumah orang tua temanku itu dan bicara kepada mereka kalau aku tadi mendorong anak mereka kesungai dan sekarang sedang hanyut. Otomatis mereka langsung panik, bahkan Bapaknya temenku sempat menamparku hingga aku jatuh dan tak sengaja kepalaku terbentur batu lalu beliau berkata “Dasar anak pembawa sial”. Aku menangis dan melihat mereka pergi berlari ke arah sungai sembari memanggil para warga untuk meminta bantuan. Mbak, aku salah lagi. Apa aku memang pembawa sial mbak?

Akhirnya temanku itu bisa diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit. Sejak saat itu, semakin banyak teman yang menjauhiku. Ibu dan kakakku seolah tak peduli dengan masalahku mbak. Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka jarang memerhatikan aku. Sampai akhirnya ada Mbak Risma yang tiap hari Rabu dan Minggu datang untuk mengajar. Dan aku senang sekali Mbak Risma selalu perhatian padaku mbak. Mbak Risma selalu mengajaku mengobrol dan bercerita lucu, kalau aku salah Mbak Risma juga tidak terlihat marah kepadaku, malah Mbak Risma menasihatiku dengan suara yang lembut. Dan aku suka itu mbak. Jadi aku sering gaduh di kelas supaya Mbak Risma memerhatikan aku terus mbak.

Mbak Risma, aku pengen cerita. Aku kangen sama bapakku. Aku iri sama teman-teman kalau mereka kesekolah di antar sama bapak mereka. Mbak Risma tahu nggak sih, kemana bapakku pergi? Mbak aku nggak percaya sama cerita orang-orang yang kalau katanya Bapakuku seorang bandar narkoba dan sekarang sedang diburu polisi. Narkoba itu apa sih mbak?

Aku nggak percaya mbak, yang aku tahu malam hari sebelum bapak pergi bapak bilang kalau bapak akan selalu sayang sama aku. Bapak akan pulang. Bapak mau cari kerja. Bapak pergi bawa tas besar mbak, hanya sekelebat aku melihat isinya apa. Bungkusan berwarna coklat yang banyak. Tapi aku tak tahu apa itu.

Mbak Risma harus tahu yaa, kalau sejak ada pendampingan belajar itu aku dirumah jadi sering membaca lho mbak. Soalnya kata Mbak Risma, aku aku bisa baca lancar nanti Mbak Risma bakal kasih aku hadiah, aku suka sekali hadiah mbak. Mbak sering-sering yaa kasih aku hadiah.

Kata Bu Guru di sekolah, aku sudah mulai bisa memerhatikan pelajaran mbak. Dan bisa menjawab soal. Mbak inget kan, waktu aku cerita aku terpilih jadi perwakilan untuk ikut lomba cerdas cermat kelas satu  SD tingkat kecamatan. Aku nggak percaya kalau aku yang terpilih untuk menjadi perwakilan sekolah. Aku merasa kalau selama ini aku anak yang nakal dan bodoh mbak, tapi semuanya berubah saat aku ketemu Mbak Risma. Dan aku masih ingat saat Mbak Risma menangis karena aku nggak mau belajar dan aku malah marah dan nimpukin Mbak Risma dengan buku-buku. Aku jadi tahu kalau Mbak Risma itu sayang banget sama aku dan pengen aku jadi rajin belajar. Sejak saat itu aku bertekad untuk giat belajar. Mbak Risma ingat  juga nggak?Saat Mbak Risma dimarahi ibuku sewaktu Mbak Risma membela aku pas aku sedang belajar malah disuruh ibukku untuk membeli sabun di warung untuk mandi ibukku. Mbak Risma bilang “Alda  sedang belajar bu. Tolong beli sabunnya nanti saja.” Eh tapi malah ibukku marah-marah sama Mbak Risma ngatain kalau Mbak Risma itu bukan siapa-siapa yang berhak ngatur aku. Ngatain Mbak Risma hanya orang asing yang mencoba mengatur kehidupan keluarga kami. Ibukku juga malah memukulku karena tidak mau nurut sama ibu, dan bilang kalau aku anak durhaka. Sebenarnya niat Mbak Risma baik kan mbak? Supaya belajarku tidak terganggu dan di papan pengumuman juga telah bertuliskan kalau anak sedang belajar orang tua harap mendukungnya. Yah, tapi itulah ibuku Mbak, ibukku sibuk mencari uang dan sering pulang malam dan capek. Aku juga tahu ibukku bekerja untuk makan kami sehari-hari, untuk membayar sekolahku dan kakakku juga. Maka sejak itu, aku bertekad untuk jadi anak rajin Mbak, yang giat belajar.

Mbak Risma, Akhirnya aku menang juara umum di lomba cerdas cermat itu lo mbak. Waktu upacara di sekolah aku dipanggil kedepan untuk menerima hadiah berupa buku, sertifikat, dan uang. Aku senang sekali mbak, aku dapat uang banyak. Aku pengen beli sepatu baru mbak. Kemudian uangnya aku kasih ke ibukku mbak. Aku bilang ke ibukku kalau aku pengen beli sepatu eh tapi kata ibuku tidak usah, uangnya disimpan ibu saja untuk kebutuhan sehari-hari. Akhirnya aku tidak jadi beli sepatu mbak. Uangnya ditabung sama Ibuku. Tapi entah kenapa mbak, setelah aku kasih uang itu ke Ibuku, dia malah beli baju untuk dirinya sendiri, banyak lagi mbak, sampai ada tiga tas isinya baju barunya ibuku semua. Bahkan untukku pun tidak ada. Aku takut bertanya mbak, aku takut dipukuli lagi. Mbak, sebenarnya dia ibukku bukan sih mbak?
Mbak, aku mulai capek nulis surat ini. Tapi masih banyak lagi yang ingin aku ceritakan. Mbak, akhir-akhir ini aku sering pusing. Nggak tahu kenapa. Aku juga sering mimisan mbak, ini semua bermula sejak terakhir kali aku dipukuli ibukku sampai aku pingsan. Aku dipukuli karena aku menyemprotkan minuman yang sedang aku minum ke muka teman laki-laki ibuku yang malam itu berkunjung kerumah mbak. Laki-laki itu kurang ajar mbak, aku melihat dari balik pintu kamar. Aku melihat laki-laki itu mencoba membuka baju ibuku mbak, dan herannya ibuku kok tenang-tenang saja ya mbak. Tapi aku ingat bapakku mbak, aku nggak mau ibukku seperti itu dengan laki-laki selain bapakku. Perbuatan ibukku itu tidak boleh kan mbak? Maka aku keluar kamar, mengambil minum dan menyemprotkan ke muka laki-laki itu. Laki-laki itu besar dan hitam, dia marah, ibukku juga kaget dan marah langsung menamparku hingga aku tersungkur jatuh membentur pintu. Aku pingsan dan aku tak tahu apa-apa lagi.

Keesokan harinya aku bangun dan tersadar kalau aku ada ditempat tidur, tapi aku tidak tahu ini di kamar siapa, yang jelas kamar ini lebih bagus dari kamarku. Tiba-tiba seorang lelaki tua masuk, oh ternyata itu tetanggaku. Dan menceritakan kejadian semalam. Kata tetanggaku aku ditemukan tergeletak tak berdaya di belakang pintu, setelah ibuku menamparku, dia tidak menolongku, dia malah pergi meninggalkan aku dengan lelaki itu. Tetanggaku yang mendengar kegaduhan dari rumah berlari kerumahku dan menemukan aku. Mbak, dia ibukku bukan sih?

Mbak, ternyata kamar itu namanya rumah sakit. Sudah seminggu aku disana dan aku sering muntah darah mbak. Aku sering sakit kepala mbak, untungnya aku tidak sendirian mbak. Masih ada nenekku yang datang dari desa tetangga yang mau merawatku. Ibu dan kakakku tak terlihat untuk menengokku mbak. Mbak, kepada nenekku aku sering bercerita tentang Mbak Risma loh. Mbak Risma yang suka membantuku mengerjakan PR, Mbak Risma yang suka bercerita, Mbak Risma yang sabar menghadapi kelakuan nakalku. Aku sayang sama Mbak Risma, tapi maaf ya mbak, aku sering nakal sama Mbak Risma.

Mbak, sakit kepalaku semakin menjadi mbak, sudah tiga minggu semenjak aku pulang dari Rumah Sakit tapi aku masih sering muntah darah. Aku takut mbak. Mbak Risma dimana? Mbak kok nggak jenguk aku?

Sekian dulu surat dari ku yaa mbak, masih banyak cerita yang ingin aku ceritakan sama Mbak Risma, tapi kepalaku mulai sakit lagi ini mbak. Aku mau tidur dulu ya Mbak. J

Alda

***

Aku merenung membaca surat itu, mataku panas dan berkaca-kaca. Dua bulan setelah kepergian Alda  baru kuterima surat itu.  Surat itu kuterima dari tetangga Alda, ketika hari ini aku berkunjung ke  pemukimannya untuk melihat bagaimana kabarnya karena sudah lama kutinggalkan. Tapi yang kudapati hanya sepucuk surat ini dan kabar kalau Alda sudah meninggal. Keluarga Alda pindah entah kemana.
Alda  adalah seorang anak kelas satu SD di suatu pemukiman yang terkenal dengan kehidupan prostitusinya di Kota Yogyakarta. Aku mengenalnya sejak dia menjadi salah satu anak didikku di Rumah Pendampingan Belajar yang didirikan oleh temanku dalam rangka pemberdayaan masyarakat di pemukiman itu. Entah apa alasan temanku memilih tempat itu dan bagaimana dia mendapatkan ijin mendirikan Rumah Belajar di daerah yang kebanyakan orang menganggap tempat itu adalah sumber maksiat karena kebanyakan masyarakat disini bekerja sebagai PSK, mucikari, germo, dan hal lain yang berhubungan dengan keprostitusian.
Pertama kali bertemu dengannya aku harus menahan emosiku karena anak ini susah sekali diatur. Dia tidak mau belajar dan sering mengganggu teman yang lain saat pendampingan belajar. Aku pikir ada yang salah dengan anak ini, dan ternyata dugaanku benar.
Alda , seorang anak yang kurang kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya. Jadi dia sering membuat ulah supaya mendapatkan perhatian. Sejak aku mengetahui bagaimana kondisi keluarganya dan kehidupan yang dia jalani, aku merasa iba dan ingin sekali membantunya. Yah, yang bisa aku lakukan adalah memberikan perhatian terbaikku untuknya. Aku ingin dia menjadi anak yang rajin belajar, bisa membaca lancar dan menulis.
Syukurlah jerih payah usahaku dan teman-teman lain, Alda  mulai menunjukkan perubahan belajar yang berbeda, meskipun tetap dengan sifatnya yang sering membuat gaduh di kelas pendampingan, tapi dia menunjukan peningkatan pada pengetahuannya. Dia mulai lancar membaca dan menulis, setiap ada soal yang kulontarkan pada anak-anak, Alda  sering menjawab cepat dan tepat. Aku senang sekali ketika mendengar dirinya mendapat kesempatan untuk mengikuti lomba cerdas cermat untuk mewakili sekolahnya.
Sayangnya, anak sekecil itu harus mengalami kehidupan yang berat jika dibandingkan dengan kehidupan keluargaku. Aku rasa begitu.
Alda , seorang anak dari keluarga yang kurang harmonis. Ibu nya adalah seorang pekerja seks komersial dan Ayahnya adalah buronan polisi karena terlibat sindikat perdagangan narkoba, yang kabarnya tewas tertembak ketika akan kabur dari kejaran polisi. Sampai akhir hidupnya Alda  tidak tahu bagaimana keadaan ayahnya, yang dia tahu ayahnya pergi bekerja dan akan pulang, tapi semua itu hanya impian belaka.
Terakhir kali aku melihat Alda adalah ketika dia bercerita padaku kalau dia terpilih menjadi perwakilan lomba cerdas cermat, dia memintaku datang saat lomba, tapi aku tidak bisa karena aku mendapat tugas dari kampusku yang tak bisa kutinggalkan. Akhirnya aku mengorbankan Alda dan anak-anak yang lain, untuk cuti mendampingi belajar mereka.
Penyesalan kini bertumpuk di dadaku, aku menyesal karena tidak bisa menemani Alda sampai akhir hidupnya. Aku menyesal karena tidak bisa mendampingi saat moment berharganya. Tapi aku juga tidak menyangka bahwa kehadiranku adalah penting baginya. Jadi aku harus tetap bangga padanya, aku turut bahagia karena aku bisa menjadi salah satu yang bermakna dalam kehidupannya. Aku bahagia karena aku menjadi salah satu orang yang bisa membuat Alda senang.
Alda, Mbak Risma selalu sayang sama Alda. Maafkan Mbak Risma sayang, semoga kamu tenang dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. 


Didesikasikan untuk KUS: PLUS , Karisma , dan Aldi 

cerpen : Menunggu Keenan

Desember 08, 2015 0
Seberapa besar rasa ini untukmu dan seberapa lama waktu yang kuhabiskan untuk menunggumu. Sudah setahun sejak kamu meinggalkanku tanpa alasan, dan aku masih menunggumu ditempat pertama kali kita bertemu, berharap kamu akan pulang, merindukanku dan menceritakan semua yang telah kau simpan sejak kau tinggalkan aku.

Entah mengapa aku masih yakin denganmu dan aku yakin kamu akan pulang membawa sejuta kerinduan yang teramat dalam terhadapku, aku disini menunggu kamu pulang, tak peduli hujan turun membasahi tanahku berpijak, aku hanya yakin bahwa kamu akan pulang. Aku sedang menyiapkan rumah ternyaman untukmu, dimana nanti menjadi pesandaran terakhirmu. Aku dan kamu selamanya.

Yogyakarta, 12 Januari 2014

***

“Nisaaa!!” suara seorang wanita paruh baya memanggil gadis yang dari tadi sibuk menulis buku harian yang selalu dibawa kemanapun dia pergi. “Ngapain dari tadi duduk disitu? Nanti kesambet lo. Daripada duduk-duduk nggak ada kerjaan mendingan kamu bantuin Bulek Sumi di dapur, dari tadi kerja sendirian nggak ada yang bantuin.”
“Iya Bu” jawab Nisa singkat, ia sedang malas untuk berdebat dengan ibunya.
“Ibu mau ke warung dulu, mau beli kecap, soalnya didapur tadi kecapnya kurang.” kata Ibu.
“Kalo Nisa saja yang beli gimana bu? Biar ibu yang bantuin Bulek dibelakang? Hehe” kata Nisa mengajak bercanda ibunya. Tapi si Ibu malah sewot menjawab, “Halah, nggak usah, nanti kalo kamu yang beli malah mrepet-mrepet  beli yang lain, sudah Ibu saja. Sana kamu cepetanudah ditungguin bulek dari tadi.” Kata ibu sembari menaiki sepeda onthel tuanya.
“Iya deh, iya. Ibu hati-hati!” seru Nisa sembari melihat punggung ibunya yang beranjak jauh.
Nisa hanya tinggal dengan Ibunya dirumah tua peninggalan kakek Nisa. Ayahnya sudah meninggal sejak Nisa masih kelas 5 SD, dan ibunya memutuskan untuk tidak menikah lagi. Ibu ingin  tetap setia dengan ayah Nisa walau maut telah memisahkan mereka. Hal ini yang membuat Nisa ingin seperti Ibunya yang selalu setia dengan Ayahnya. Nisa juga ingin seperti itu, setia dan menunggu orang yang benar-benar dia cintai. Orang yang pertama kali bisa membuat Nisa nyaman dan banyak bercerita tentang dia dan keluarganya. Nisa bukanlah orang yang banyak bicara, dia lebih sering menjadi pendengar setia saat bermain dan bercerita dengan teman-temannya. Namun, pada pemuda ini Nisa berbeda, dia bisa sangat terbuka sekali, dan pemuda itu juga banyak bercerita tentang dirinya. Nisa merasa nyaman saat berdua dengan pemuda ini, dan dia merasa pemuda ini juga merasakan hal yang sama.
Perkenalkan nama pemuda itu adalah  Nata Atmaja. Dia keponakan Pak Bejo yang menjabat sebagai Lurah di desa Nisa. Dia datang ke desa dalam rangka KKN, kebetulan sekali Nata ditempatkan di desa Pakdenya sehingga dia tidak perlu kerepotan mencari tempat untuk menginap, dia datang bersama 15 kawannya dari Universitas ternama di Jakarta.
Nisa dan Nata bertemu pertama kali dibaah pohon rambutan depan rumah Nisa, saat itu Nata dan dua orang temannya sedang kebingungan mencari alamat rumah warga. Saat itu Nisa sedang menyapu halaman dan melihat tiga pemuda yang sedang kebingungan. Nata dan kedua temannya bertanya pada Nisa dimana rumah Pak Sobirun, ternyata rumahnya hanya dua blok dari rumah Nisa. Nata tersenyum pada Nisa, manis sekali. Membuat jantung Nisa untuk sepersekian detik berhenti berdetak.
Semenjak pertemuan pertama mereka, Nisa dan Nata jadi sering ketemu. Karena Nata sering datang ke rumah Pak Sobirun untuk melakukan observasi, dan sepulangnya dia mampir ke rumah Nisa hanya sekedar untuk menyapa.
Nata banyak bercerita tentang keluarganya yang saat ini dilanda ketidakharmonisan. Hubungan Mama dan Papa sedang tidak sehat. Mama Nata minta cerai karena Papanya ketahuan mesra-mesraan dengan wanita lain. Nata sering tidak betah dirumah, sehingga dia sering menginap di kos temannya. Untungnya dia sudah semester 6 sehingga dia bisa pergi sementara dari rumah selama 6 bulan untuk menjalankan tugas kuliahnya. Dia nggak mau kalau masalah keluarganya jadi mengganggu kuliahnya. Dari yang Nisa lihat, Nata adalah seorang yang bersemangat dalam pendidikannya dan bercita-cita untuk mengabdi pada masyarakat. Nisa kagum pada Nata.
Nisa juga bercerita banyak tentang kehidupannya. Sehari-hari dia hanya menjadi pembuat kue kemudian dititipkan ke warung-warung disekitar rumahnya. Nisa tidak melanjutkan kuliah, dia hanya lulus SMA. Sebenarnya Nisa ingin sekali melanjutkan kuliah, namun dia tahu bagaimana kondisi keuangan keluarganya. Untuk menghidupi biaya sehari-hari selain mengandalkan uang pensiunan ayah, ibu Nisa berjualan makan dipinggir desa, dekat dengan tempat wisata didesa itu. Ibu Nisa tidak mengijinkan Nisa untuk pergi berjualan juga, Ibu menyuruh Nisa untuk mengikuti kursus yang ada di desanya kelak, Nisa bisa kerja di kota dengan layak. Nisa tidak mau membantah ibunya, karena dia tahu perjuangan ibunya sudah berat. Saat ini Nisa sedang menjalani kurus menjahit, kelak dia ingin jadi desaigner dan memiliki butik di kota.
Tapi sayang, semua itu kini hanya ada didalam kenangan Nisa, Nisa hanya bisa tersenyum saat mengingat itu semua. Nata pergi tanpa pamit dan hanya meninggalkan sepucuk surat berisikan “aku akan pulang” . Hanya tiga kata yang dituliskan, tapi itu sangat berarti bagi Nisa. Nisa masih yakin kalau Nata akan kembali padanya. Nisa hanya perlu untuk menunggu.
Kini genap dua tahun Nisa menunggu Nata. Ibunya kini memiliki usaha catering kecil-kecilan. Nisa kini bekerja di sebuah Butik di pinggir kota. Kadang dia juga menjahit baju untuk tetangga. Surat pemberian Nata masih terlipat rapi terselip dibalik lembaran-lembaran kertas diarynya.
‘Nata, entah sampai kapan aku harus menunggumu. Aku akan tetap setia menunggumu pulang. Sudah kusiapkan tempat terbaik untukmu di hatiku dan dihidupku. Atau kamu telah menemukan rumah yang nyaman sekarang? Dan enggan untuk keluar.  Aku harap ketika kamu beranjak dari tempat ternyamanmu, dan telah lelah mencari rumah yang baru, aku tetap disini untukmu. Kau bisa menggunakan kompas yang kuberikan untuk menuntunmu padaku. Aku akan tetap menunggumu Nata.’ – Nisa

@kekenkade – Yogyakarta, 17 Januari 2014

28 September 2014

cerpen : Anak-Anak Alam

September 28, 2014 0
Aku diciptakan bahkan sebelum kamu direncanakan. Aku diciptakan oleh sang Pencipta bahkan sebelum  kamu menginjakan kakimu di tubuhku. Perkenalkan namaku Alam, aku tidak beristri maupun tidak bersuami, aku pun tak tahu aku lelaki ataupun perempuan, namun satu hal yang harus kamu tahu, aku mempunyai banyak anak. Jangan kau tanya aku bagaimana aku memilikinya, karena aku tak akan memberitahumu. Cukup dengarkan saja kisahku, namun aku bukan akan bercerita tentang diriku, akan kuceritakan kau tentang anak-anakku yang menjadikan aku ini ada adalah mereka-meraka ini. perkenalkan mereka, meraka adalah Anak-anak Alam.

Oh ya, ini bukan kisah romantis ataupun kisah sedih. Ini hanya semacam autobiografi dari anak-anakku saja. Banyak yang bisa kamu pelajari dari mereka.

***

Perkenalkan namaku Hujan. Aku anak pertama dari alam. Aku dingin dan bisa membuatmu basah. Aku berteman baik dengan samudra dan awan, karena bersama mereka, aku ini ada. Aku bisa membuatmu senang dan aku juga bisa membuatmu sedih. Beberapa orang suka padaku tapi mereka enggan berada dibawahku, beberapa orang yang menikmatiku membuatkanku berbait-bait puisi maupun lagu menyerukan kata sendu, beberapa orang selalu menggerutu bila aku datang, dan beberapa orang bahagia karenaku.

Keahlianku adalah membawa mesin masa lalu, jika aku datang tanpa sadar mungkin kamu akan hanyut dalam sebuah memori yang lampau. Memori yang menyenangkan dan memori yang menyedihkan. Keahlianku yang lain adalah aku bisa membuatmu rindu pada sebuah kenangan. Iya aku ini memory machine. Aku bisa membuatmu merasakan sebuah rasa yang menyiksamu dengan nikmat yaitu rindu. Dan mungkin rindu itu bisa membuat hujan dimatamu, karena rasa-rasanya kamu ingin mengulang kembali kenangan itu. Sudah kukatakan sejak awal kan? Aku bisa membuatmu senang dan membuatmu sedih.

Beberapa orang menganggapku sebagai lambang kesedihan, aku disimbolkan sebagai suatu keadaan pilu yang bisa menyembabkan kesedihan, dan kebahagian akan datang ketika pelangi mengantikanku. Tapi aku tak marah soal itu, karena aku percaya beberapa orang menganggapkan sebagai anugrah dari pencipta-Ku.

Pernahkah kamu menyadari saat aku datang, saat aku bertemu dengan tanah, tidakkah kamu merasa tenang? Itu keahlianku yang lain. Bersama tanah aku bisa membuatkanmu aroma terapi yang tak kau temukan di apotek manapun. Bersama tanah aku bisa menjadikan sesuatu yang kamu anggap kotor menjadi penenang bagimu. Kuberi tahu apa nama essence itu, Petrichor. Nama yang cantik kan?

Aku tak pernah merencanakan akan jatuh dimana, aku bisa saja jatuh di laut, sungai, hutan, gunung, rumahmu, bahkan di kepalamu. Aku tak pernah bertanya mengapa aku jatuh ditempatku jatuh. Karena aku percaya, Penciptaku memberikan tempat terbaik untukku jatuh. Dan benar saja, lihat kamu tersenyum kan saat aku jatuh di kaca jendelamu.

Sama seperti kamu, kamu juga tak pernah merencanakan lahir dari rahim ibu yang mana kan? Tapi percaya saja, Tuhan tidak menciptakanmu berdasar teori percobaan.

***

Hai, namaku Bintang. Aku adalah sahabat setia dari malam, meskipun bersama siang aku juga ada, tapi aku harus bergantian dengan kawanku sang Matahari. Salah satu keahlianku adalah bisa membuatmu kagum pada sinar yang ku pancarkan dari tubuhku. Aku cantik kan. Aku sering melihat kamu terkagum-kagum padaku saat kamu menengadah melihat malam. Tak jarang aku memergokimu sedang menghitung jumlah kami. Tidakkah kamu menyadari bahwa kita sering bertatap-tatapan? Aku pikir saat kamu melihatku, ibarat kamu melihat impianmu, cita-citamu, atau mungkin mimpimu.  Iya, terkadang kamu ingin menjadi seperti aku kan? Menjadi bintang yang bersinar.

Mungkin ada kalanya kamu melihatku sendirian di malam. Tapi satu hal yang bisa kamu pelajari, aku tetap bersinar kan dan membuat cantik malam meski aku sendiri. Begitu pula kamu, meski kamu sendirian tetaplah tegar yaa. Aku percaya bahwa disudut galaksi ini ada beberapa bintang yang juga kesepian, menunggu bertemu bintang yang lain untuk bersatu menyinari malam. Begitu pula kamu. Kamu lahir di dunia ini juga sendirian kan? Beberapa orang disekitarmu hanyalah perantara yang membantumu supaya kamu bisa menghadapi dunia luar yang kejam yang kelak ketika kamu telah siap kamu akan siap menghadapinya sendirian. Jangan berharap orang lain akan membantumu, kamu harus bisa menolong dirimu sendiri terlebih dahulu. Ah, maafkan kata-kataku, apalah aku ini hanya bintang kesepian yang melakukan penghiburan diri, mungkin saja kata-kataku barusan memprovokasi pikiranmu supaya kamu yang merasa sendiri, tidak merasa kesepian dalam kesendirian. Masih ada aku yang juga sendirian.

Ohya, beberapa orang menganggapku sebagai lambang cita-cita. Beberapa orang menganalogikanku sebagai suatu impian yang tinggi yang harus digapai. Ahh, kadang hal itu membuatku merasa tinggi hati. Tak jarang aku merasa sombong dengan keadaanku sendiri. Jangan kau ikuti sifatku yang satu ini, hanya karena aku tetap bersinar dalam kesendirian bukan berarti aku tak butuh bintang-bintang lain. Aku tetap butuh bintang lain supaya bumi tempatmu berpijak tersinari seluruhnya. Begitu pula kamu, hidup sukses bersama teman-teman lebih menyenangkan dari pada sukses sendirian.

*** 

Ada yang pernah bilang, jika kau ingin mengenal lebih dekat sifat orang-orang terdekatmu ajaklah dia kepadaku. Aku Gunung, aku anak ketiga dari alam. Orang-orang sering datang kepadaku untuk menaklukkanku, ketika berhasil mendapat mahkotaku itu artinya mereka berhasil melewati rintangan dan tantangan yang aku pasang disetiap perjalanan menuju mahkotaku. Iya mahkota itu adalah puncakku. Aku melihat dan mendengar cerita dari banyak orang yang datang padaku. Beberapa di antara mereka terlihat bersemangat berjalan didepan kawan yang lain, membuka jalan menuju mahkotaku. Beberapa diantara mereka diam sepanjang perjalanan, entah mereka takut ketinggian atau mereka terlalu terpesona dengan pemandangan yang aku suguhkan. Beberapa orang menggerutu kenapa tak sampai-sampai di mahkotaku, dan beberapa orang memilih untuk pulang dan turun sebelum mendapat mahkotaku. Kamu bisa mengenal mereka dengan melihat bagaimana sikap mereka terhadapku. Menurutku ada dua tipe orang yang menganggap keberhasilan ketika mencapai mahkotaku. Mereka merasa berhasil jika mahkotaku didapat bersama dengan kawan-kawan yang lain atau mereka yang merasa berhasil jika mahkotaku didapat karena dirinya sendiri. Lalu, bagaimana orang-orang sekitarmu?

Sudah abaikan saja, aku tidak akan membicarakan orang-orang yang disekitarmu. Niatku adalah memperkenalkan diri untukmu. Ada yang bilang bahwa aku adalah simbol kekuasaan. Aku besar, tinggi, dan seperti tak terkalahkan. Haah, padahal sudah banyak orang yang mengalahkanku. Tapi aku heran, apa tujuan mereka untuk mengalahkanku. Semoga saja untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang Dia berikan, bukan hanya sekedar pamer foto di sosial media. Ah, sudahlah itu hak mereka.

Aku memiliki banyak saudara. Diantara kami ada yang pemarah, ada yang berwatak keras, dan ada yang sangat penyabar.

Kamu harus berhati-hati jika berhadapan dengan saudaraku yang pemarah, karena dia tak segan-segan membakar habis tubuhmu dan menjadikanmu abu. Tapi kamu harus tahu, dibalik kemarahnya ada banyak yang bisa kalian manusia ambil darinya. Pasir dan batu-batu besar tidakkah kalian para manusia menjadikannya sebagai alat penunjang kehidupan kalian? Itu salah satu manfaat yang bisa kamu ambil dari saudaraku sang pemarah ini.

Kenalkan saudaraku yang lain yang berwatak keras, kamu perlu berhati-hati dan bersabar jika ingin menaklukkannya. Dia terjal, keras, dan penuh tantangan. Untuk kamu yang berjiwa kecil lebih baik urungkan niatmu untuk meluluhkan hatinya. Dia tak butuh orang yang suka menggerutu ketika kamu mendaginya. Bisa saja dia membuatmu mengeluarkan jus stoberi yang anyir dari tubuhmu bila kamu tak berhati-hati. Tapi tidakkh kau penasaran bagaimana rasa puas dan bangganya jika berhasil menaklukkan saudaraku yang satu ini?

Nah, untuk yang terakhir ini adalah kepribadianku. Aku memang tak sepemarah atau sekeras saudaraku yang lain, tapi bukan berarti aku tak ada tantangan. Aku penyabar bukan berarti kamu bisa segampang itu menaklukkanku.

Akan selalu ada tantangan dalam perjalanan hidupmu, lalu kenapa kamu harus takut keluar dari zona nyamanmu. Bukankah keluar dari zona nyamanmu dan memperluas zona nyaman itu lebih menyenangkan?

***

Hae, aku si bungsu. Aku anak terakhir dari alam tapi badanku paling besar diantara saudara-saudaraku yang lain. Aku adalah matahari, aku paling suka musim kemarau, karena itu adalah musimku. Beberapa orang menyukaiku dan tentu saja beberapa orang tidak menyukaiku. Beberapa orang yang menyukaiku itu menganggapku sebagai simbol kesetiaan, cinta, kekuatan, keikhlasan, dan awal. Aku tidak ingin menceritakan tentang bagaimana anggapan orang-orang yang tidak menyukaiku, karena aku tahu kamu tahu tanpa harus ku beritahu. Mari kita bahas saja orang-orang yang menyukaiku. 

Untuk orang-orang yang menganggapku simbol kesetiaan,  menurut mereka aku telah menyinari bumi tempat mereka tinggal dari triliyun tahun yang lalu dan sampai sekarang aku masih ada untuk mereka. Aku heran, betapa Maha Kuasanya Sang Penciptaku membuatku bertahan untuk tetap menyinari dan memberi kehidupan manusia-manusia ini.

Bagi orang-orang yang menjadikanku simbol cinta, aku tahu bagaimana menjaga kalian. Bila aku terlalu dekat maka aku akan membakarmu, namun bila aku terlalu jauh maka kamu akan kedinginan. Maka aku akan menjaga kamu dari jauh dan mendekat bila kamu butuh. Cinta menurutku bukan dekat dan mendekati, tapi juga tentang jauh dan menjaga dari jauh.

Untuk orang-orang yang menganggapku simbol kekuatan. Entahlah, apalah artinya aku tanpa Kuasa Sang Pencipta. Jujur saja untuk yang satu ini aku bingung bagaimana aku bisa disimbolkan sebagai kekuatan hanya karena aku besar dan bisa menyinari semua permukaan bumi, oh tidak, tidak semua permukaan karena kau juga harus berbagi waktu dengan sang malam.

Beberapa orang ada juga yang menganggapku sebagai simbol keikhlasan. Aku tak tahu bagaimana perasaanku untuk yang satu ini. Aku tak tahu bagaimana merasakan ikhlas, yang aku tahu aku hanya menjalankan tugasku untuk terbit dari timur dan tenggelam di barat, aku juga harus sabar bila manusia mengolok-olokku karena aku membuat mereka kepanasan, dan aku juga harus terima tuntutan mereka bila aku tak kunjung datang menggantikan hujan yang membuat mereka basah kuyup. Aku tak pernah menuntut apa-apa dari mereka, aku hanya ingin mereka menerima, bagaimana aku menjalankan tugasku dengan semestinya.

Nah, ini yang paling aku suka. Beberapa orang menganggapku sebagai simbol awal. Yaah, padahal seperti hari-hari biasa, sinarku menerobos masuk jendela orang-orang untuk membangunkan mereka. Memberi mereka peringatan bahwa hari baru segera dimulai, diiringi kicauan burung diluar jendela kamar mereka. Paling tidak bagi orang-orang yang menggeliat, beranjak dari kasur dan melihat seberkas cahaya sinarku mereka tahu bahwa hari baru, harus segera dimulai. Semoga saja seberkas sinarku cukup memberikan semangat bagi orang-orang ini untuk melangkah menikmati tantangan kehidupan ini.

***

Bagaimana?
Sudah kenal kan kau dengan anak-anakku? Tidakkah kamu bisa belajar banyak dari mereka? Maafkan aku bila aku terlalu sombong membanggakan kelebihan anak-anakku, lalu siapa lagi yang akan membanggakan anak-anaknya kalau bukan orang tuannya.

Kalau merasa belum cukup kenal mungkin kamu harus bertemu denganku lain waktu. Akan kuceritakan lebih tentang mereka. 


(c) kekenkade – 31 Agustus 2014


( selamat untuk sembilan besarnya di Geo Fiksi :) )