Setiap manusia pasti memperoleh bimbingan, entah bimbingan dari orang tua,
sesepuh desa, kakek nenek, bahkan Tuhan
untuk dibimbing kembali ke jalan yang benar. Begitu pula mahasiswa sebagai manusia
biasa, sebagai siswa yang di-maha-kan akan memiliki moment bimbingan, yang memerlukan kesabaran dan ketabahan akan
segala cobaan yang dihadapi selama bimbingan SKRIPSI.
Bicara soal bimbingan gue pengen cerita soal pengalaman gue selama
bimbingan hidup. Bermula dari sebuah pesan dari grup kelas di WA yang
menginfokan supaya para mahasiswanya meng-input 3 judul skripsi dengan
masing-masing dua dosen pembimbing. Saat itu gue belum punya persiapan apa-apa
buat skripsi. Gue nggak yakin mau bikin tugas matkul Penelitian Pendidikan gue
jadi skripsi. Gue udah ngebayangin bakalan dapat dosen pembimbing Bapak itu,
dan sebelumnya gue udah pernah dibimbing sama beliau untuk program yang diadain
sama dikti. Bukannya gue nggak suka, tapi gue belum punya hati yang besar buat
menerimak bapak itu kembali menjadi dosen pembimbing gue. Setelah dua kali
selama gue nyoba-nyoba kegiatan yang berhubungan sama penelitian, duit dan
bimbingan yang diadain sama kampus dengan dosen pembimbingnya beliau, gue
merasa lelah dan pengen ngrasain dibimbing sama dosen yang lain. Akhirnya
dengan niat yang ala kadarnya, gue ngajuin tiga judul (calon) skripsi gue
secara cuma-cuma karena gue emang belum mantep sama judul-judul yang gue buat
itu. Yang pertama kali gue pikirin buat nngajuin skripsi adalah tempat gue
penelitian mau dimana (?) gue belum punya bayangan buat itu. Dosen yang gue
ajuin juga berkisar orang-orang itu, nggak ada Bapak itu lagi. Maaf bapak, saya
belum punya hati yang besar buat dibimbing sama bapak lagi.
Akhirnya tiba saatnya buat nentuin dengan siapa gue akan dibimbing. Soal
judul nanti bisa diganti seiring berjalannya waktu dan pikiran. Dan ternyata
masing-masing dosen pembimbing yang gue ajuin satupun nggak ada yang jadi dosen
pembimbing gue. Mulai dari dosen yang
menurut gue Bapak-able sampai yang paling selalu ada dikampus dan
gampang ditemui nggak ada. Ya Alloooooh. . . .
apa salah gue. Apa gue nggak dapat dosen pembimbing? Salah apa gue???
(mulai lebay) sampai tibalah saat sebuah nama dosen pembimbing beserta
anak-anak yang akan dibimbingnya disebut. Nama gue ada. Gue dapat dosbing yang
bahkan namanya pun nggak gue ajuin. Apa dosbing itu kayak jodoh? Yang nggak
disangka-sangka malah jadi. Dosbing gue yang ini beda sama yang sebelumnya
(yaiyalaaah) Beliau udah lebih senior, beliau juga salah satu yang duduk
sebagai penjabat di fakultas gue dan juga super sibuk dan konon kabarnya (bukan
konon lagi) susah (tapi mungkin) ditemui T.T
Gue belum punya bayangan gimana bimbingan sama dosen yang satu itu, beliau
baru ngajar dikelas gue dua kali. Dan
menurut gue, selama dia ngajar perasaan gue kayak dibawah tekanan tatapannya
yang tajam, walaupun sepertinya beliau nggak pernah marah.
Dan waktu pun bergulir, berjalan, dan ber-ber yang lain yang menggambarkan
waktu nggak pernah berhenti, tiba saatnya gue buat merasakan yang namanya
Bimbingan Skripsi. Pas pertama kali dikumpulkan jadi satu buat bahas judul yang
pernah diinput, dan judul gue yang diterima adalah judul asal-asalan yang
inspirasinya datang dengan kekuatan kepepet, gue bener-bener belum sreg sama
judul yang gue ajuin pas waktu itu. Untung bapak dosen pembimbing gue mengerti
dengan kebingungan yang tergambar jelas diwajah gue, kata bapaknya gue
kelihatan banget kalo lagi mikir jero -_- mata gue nggak bisa bo’ong, kita
saling bertatapan, tapi untung kita nggak saling jatuh cinta. Bahaya .-.
Pertemuan pertama diakhiri dengan amanah dari sang dosen supaya kita bikin
skripsi yang sesuai sama kemampuan kita, tema yang kita senangi dan yang mudah
didapatkan. Akhirnya, berhubung waktu itu masih sibuk juga mau PPL gue
memutuskan untuk menemukan judul sambil jalan, gue nggak mau kepikiran dulu
sama skripsi.
Beberapa minggu kemudian setelah gue menjalani PPL, KKL, akhirnya muncul
juga insiprasi judul skripsi, judul gue ambil dari kegiatan yang pernah gue
jalani selama PPL, untung juga bapak ibu angkat gue selama PPL dengan senang
hati akan membantu kalo ada yang mau mengadakan penelitian di lembaga itu.
Setelah gue baca beberapa skripsi yang berhubungan sama pekerjaan sosial, gue
memutuskan untuk mengajukan proposal skripsi dengan judul “Peran Pekerja Sosial
dalam Pendampingan Desa Mandiri dan Produktif di Dusun Gamplong, Desa Sumber
Rahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta” dan dosbing gue
meng-acc judul gue secara online lewat pesan WA. Udah gue screenshoot tapi
berhubung hape gue rusak jadi nggak kesimpen dihape. T.T
Bahagia itu sederhana , sesederhana kata “Ya Silakan” buat judul yang udah
gue ajuin. Gue jadi semangat menjalani hari-hari gue bersama (calon) skripsi
gue. Gue mulai getol nyari buku, jurnal, berita, data statistik buat bahan
referensi skripsi gue. gue jadi rajin ke perpus buat sekedar ngadem kalo buku
yang gue nggak ada. Gue juga jadi rajin ke warnet buat nyari ide merangkai kata
pertama diawalan latar belakang gue. J J
Ini masih awal perjalanan, gue pikir kalo gampang kalo cuma nunggu dosen berjam-jam, ternyata pas dijalani nggak
semudah itu. Akhirnya gue bener-bener ngrasain apa yang selama ini kakak-kakak
tingkat gue rasain. Nunggu (?) iya kalo harapan buat ketemu dosen itu ada, kalo
misal tipe dosen yang nggak bisa janjian (?) mau gimana lagi kalo selain
nunggu. Iya emang gue harus nunggu, walapun nggak seasik itu :”)
Bersambung . . . . . . .
Yogyakarta, 14 Januari 2016
Aku yang sebentar lagi semester 8
Komentar
Posting Komentar