Setiap tahun akan
selalu ada hal yang membuat hidup semacam roller coaster. Tidak seperti
tahun-tahun sebelumnya, kali ini aku ingin mengabadikan momen ditahun 2020
dalam sebuah tulisan. Tidak semua, hanya beberapa yang menjadi highlight dalam
hidup di dekade kedua ini.
PEKERJAAN
Mengawali dan
mengakhiri tahun 2020 dengan menjadi pengangguran. Semenjak lulus kuliah,
masalah pekerjaan adalah hal yang paling menggalaukan bagiku, karena ini
berhubungan dengan kemerdekaan finansial untuk mencukupi kebutuhan, karena
tidak selama aku akan hidup dengan orang tua.
Karena kegalauan
tersebut, aku memutuskan ikut beberapa kelas online yang berhubungan dengan
pekerjaan dan finansial. Mengikuti kelas online, membuat ku teringat pada mata
kuliah Pendidikan Orang Dewasa oleh (alm) Prof. Sodiq. Orang dewasa itu kalau
belajar yang sesuai sama kebutuhannya, orang dewasa itu kalau belajar yang
sesuai sama masalah yang dihadapinya, kurang lebih intinya begitulah. CMIIW ~
Kebanyakan kelas
online yang aku ikuti adalah Carrer Class-nya Mas Kurniawan Gunadi dan Mba Alia
Aryo, selain itu ada webinarnya Jonathan End tentang karir dan pekerjaan.
Jujur, selama mengikuti kelas online tuh, aku lebih banyak ngantuknya, kamera
sering aku off biar bisa rebahan tapi tetap mendengarkan. Pernah waktu
narasumbernya adalah Bayu Oktara, cuma ikut beberapa menit sisanya aku
ketiduran. Ternyata dengerin orang ngomong tuh butuh tenaga lho yaa, hehe
Di tahun pandemi
ini, aku termasuk beruntung karena tanpa terlalu lama menganggur, satu bulan
setelah tahun baru, aku mendapat pekerjaan di salah satu instansi pemerintahan
sebagai tenaga kontrak supporting staf. Jadi ku mau berterima kasih sama temen
sekaligus (mantan) tetangga (wkwkw) for those information. Thank you Mba Nen ~
Ohya, aku pengen
mengutarakan pendapatku perihal rekrutmen di instansi pemerintah, terutama
untuk yang non asn, terutama untuk di daerah ku. Sependek pengetahuanku,
informasi lowongan pekerjan di instansi pemerintah itu sebenarnya terbuka, tapi
sayangnya publikasinya yang menurutku masih kurang. Ya walaupun ada juga sih
yang dipost di sosmed, tapi ada juga yang hanya dipasang di papan pengumuman.
Jadi yang tahu hanya orang-orang yang bekerja disana atau yang sering kesana,
otomatis yang tahu info tersebut ya relasi atau teman dari orang-orang
tersebut. Nah, yang kayak gini kadang bikin orang lain berpikir, "yha
pantes aja diterima, orang dibawa sama ini kok" atau yang semacam itu deh.
Padahal, kalau yang kujalani, aku juga ikut tes dan rangkaian rekruitmen yang
diadakan oleh instansi tersebut.
Intinya, kalau mau
bekerja di instansi macam tuh ya seringlah main ke kantor tersebut, tanya-tanya
supaya dapat informasi, soalnya temenku ada yang kayak gini juga. Dan satu
lagi, punya temen yang mau membagikan informasi adalah sebuah rejeki.
Di tahun 2020 ini, aku ingin berterima kasih kepada teman-teman di kantor baru yang sebentar lagi menjadi kantor lama. Aku belajar banyak dari mereka, aku merenungi banyak tentang mereka, terima kasih untuk sepuluh bulan pengalaman yang rasanya campur aduk. Semoga sehat selalu, ibu, bapak dan teman-teman sekalian. Luv !!
HOW'S ME?
Tahun 2020, aku
pikir hal-hal yang membuatku cemas dan khawatir pada tahun-tahun sebelumnya
telah sembuh dan selesai, ternyata hal itu kembali berulang. Ada kala dimana
aku merasa tidak berguna dan begini-gini saja. Aku khawatir, apakah aku
benar-benar menginginkan hal tersebut
atau hanya supaya sama seperti orang lain saja. Aku cemas, apakah aku menyukai
hal tersebut atau hanya supaya orang lain senang saja. Aku bingung, apakah aku
benar-benar ingin melakukan hal tersebut atau hanya supaya aku diterima dan
dianggap ada dalam lingkungan tersebut saja.
Pola kekhawatiran
itu seperti berulang, dengan genre masalah yang sama atau mungkin malah
bertambah. Biasanya, hal tersebut muncul karena aku kebanyakan melihat atau
membaca informasi di sosial media. Cuma nonton status orang-orang aja kadang
bisa bikin diri jadi kecil hati, padahal niat orang itu mungkin hanya
membagikan momen bahagianya. Kadang, baca-baca microblog tentang ini dan itu
juga bikin overthinking dan bikin diri jadi merasa nggak ngapa-ngapain.
Kalau udah seperti
itu, biasanya aku berhenti atau istirahat dari sosmed atau kalau enggak ya si
akun yang nggak aku suka itu aku mute atau unfollow. Kalau udah merasa mulai
membanding-bandingkan diri dengan orang
lain, aku stop nonton story atau post orang tersebut.
Setahun belakang aku
suka nulis diary sebelum tidur, aku tulis apa aja yang aku rasakan dan
pikirkan. Aku tulis kalau memang aku merasa iri, dengki, nggak suka, benci,
marah, nggak mau berurusan lagi sama ini, pokoknya hal-hal negatif yang aku
rasakan, aku tuliskan. Mencoba untuk tidak denial dan mengakui kalau diri ini
ya nggak lepas dari sifat-sifat negatif itu. Dan bagiku menulis itu lumayan
membantu untuk melepaskan penat di pikir jadi bisa tidur nyenyak nggak terlalu
overthinking.
Ditahun ini, aku
juga lebih menerima dan mengakukan diri kalau menjadi fangirl dan kpopers itu
emang asik. Sebelumnya kadang merasa nggak pede kalau bahas kpop, karena takut
sama asumsi dan pikiran orang-orang, padahal ya belum tentu juga mereka bakalan
mikiran itu. Aku sangat menyadari kalau lagi ngobrolin perkpopan atau
perkdramaan tuh rasanya bikin mood naik, reaksiku tuh semangat aja kalau bahas
perkoreyaan. Jadi ya gimana ya, menerima jadi diri sendiri yang emang suka sama
perhallyuan ajalah ya ~
Perihal kpop, tahun
ini aku lebih banyak nyari tahu tentang grup asuhan Big Hit Darulsalam (haha).
Bagiku, lagu-lagu bikin semangat dan mood naik. Apalagi yang bertemakan love
yourself, meskipun bukan penggemar kpop pun juga relate-able sama tema ini.
CORONA
sumber gambar |
Tahun ini rasanya
kurang lengkap kalau nggak membahasa perkoronaan. Di Indonesia, korona udah mau
anniversary setahun. Semoga setahun aja ya, tahun-tahun berikutnya recovery.
Aku kangen berpergian dalam tenang dan damai.
Sebagai orang yang
kalau dikantor sering lepas masker dan sering begadang nonton drama, nggak
heran sih bakal menjadi salah satu yang hasil swabnya terkonfirmasi positiv
covid-19. Diakhir bulan, empat hari sebelum tanggal resign, aku mendapat kabar
kalau hasil swabku positif. Niat awal yang tadinya aku mau syukuran diakhir
bulan tersebut, harus tertunda karena aku harus isolasi mandiri.
Kalau mengingat
kembali bagaimana kronologi dan gejala yang aku rasakan begini. Jadi pada
minggu pertama, dapat kabar kalau salah satu ibu senior di kantor ada yang
positif, aku mengingat kembali kapan terakhir kali kontak dengan beliau, aku
ingat waktu itu emang sempat duduk makan bareng. Setelah mendapat kabar itu,
kantor ku segera mendaftarkan karyawannya untuk swab. Dirumah aku juga bilang
sama ibuk, buat nggak deket-deket sama aku, buat jaga-jaga aja.
Seminggu setelah kabar tersebut, aku mendapat
jatah piket posko induk penanggulangan bencana merapi. Sepulang dari piket itu,
badan rasanya nggak enak, seperti masuk angin, tapi kupikir masuk angin biasa.
Besoknya, aku pilek tapi nggak ada umbelnya (bahasa Indonesianya umbel apa yaa,
tolong) rasanya seperti bindeng gitu, tapi aku masih bisa membau walaupun
kadang samar-samar, tapi indera pengecapku masih bisa merasakan enak.
Seminggu setelah
piket, barulah si jadwal swab keluar, kemudian kami diswab. Sayangnya, hasil
swab keluar lama, butuh satu minggu. Jadi hasil swab itu keluar setelah aku
merasa sehat dari gejala-gejala yang kurasakan diatas. Tapi demi keselamatan
bersama, aku harus tetap isolasi mandiri.
Selama isolasi
mandiri, segala perlengkapan makan dan mandiku dipisah. Aku juga dihubungi oleh
puskesmas untuk dimintai keterangan guna tracking. Ibuku diswab dan mengikuti
ajuran untuk isolasi mandiri juga, alhamdulillah hasil swab itu negatif.
Aku terharu dan
berterimakasih, karena selama isolasi mandiri, temen-temen kantor dan
temen-temen yang tahu kalau aku positif covid ngasih doa dan dukungan mereka.
Your kind words mean a lot for me. Sincerely
:)
Untuk membunuh waktu
selama karantira mandiri, aku banyak dengerin lagu-lagu BTS, reality show BTS,
nulis tentang BTS, nulis random di blog,
nerusin kdrama yang masih on going, nonton banyak film, review film di igs,
berjemur sebentar kalau udah jam 10an, streching sebentar biar berasa olahraga
(hehe), dan banyak aktivitas isolasi mandiri yang kulakukan sembari rebahan.
Selama karantina
mandiri, jadi lebih sering berkontemplasi. Memikirkan hal-hal penting dan tidak
penting. Memikirkan masa depan yang masih samar-samar, memikirkan si dia yang
tak kunjung ada hilalnya, memikirkan pekerjaan baru yang yang masih kuraba-raba,
memikirkan masa tua yang belum pasti datangnya, dan lain sebagainya, dan lain
seterusnya.
Sekian.
Sebuah tulisan ngebut, demi deadline akhir tahun 2020
dan awal tahun 2021 |
Selamat Tahun Baru | Rumah diluar gemericik hujan |
Kamis, 31 Desember 2020 | K
Komentar
Posting Komentar