28 Juli 2018

Kesebelasan Favorite : Perjalanan Menuju Berhentinya Seorang Fangirl (bagian 1)

Juli 28, 2018 0
Diketika sembari menikmati bubur roti roma favorit ku. Sebenarnya aku udah nulis ini di buku tulis tadi malem pas nemenin ibu jahit baju secara SKS. Tapi karena rencananya aku mau posting tulisan ini di blog jadi ku tulis ulang, eh lebih tepatnya di ketik ulang. 

By the way ini bukan tentang kesebelasan yang suka rebutan bola satu di lapangan hijau ya. Ini tentang  11 anak manusia yang meraih mimpi mereka melalui ajang pencarian bakat di salah satu TV cable di Korea Selatan, Mnet. Sebelum masuk lebih dalam mungkin yang nggak suka dunia per-Kpopan bisa backward dari blog ini, daripada menyita waktu kalian yang berharga, hehe

Jadi kesebelasan ini lahir dari acara bernama Produce 101 season 2 singkatnya PD 101 S2. Setelah tahun 2016 berhasil mendebutkan 11 wanita berbakat yang bernama IOI, kini mereka menghadirkan boys versionnya. Yang PD 101 S1 aku nggak nonton dan nggak tahu pula, tahu tahu IOI udah bubar bulan Januari 2017. Kebelasan ini  dipilih dengan sistem voting dari seluruh lapisan masyarakat atau kalau sebutan mereka produser nasional. Nah mereka ini diberi nama Wanna One. 

ALL I WANNA DO, WANNA ONE . . . Begitu ciri khas greeting mereka, sambil mengacungkan jari telunjuk kedepan. 

Karena tulisan ini sebuah perjalanan, jadi sebelumnya aku akan cerita tentang bagaimana aku bisa ngefans sama mereka bersebelas ini. Ohya, sebutan untuk fandom yang ngefans sama Wanna One adalah WANNABLE, tapi aku ngrasanya sih aku nggak wanna-able-wanna-able banget kok, biasa aja. Aku pengennya sih istri-able (halah)

Pertama kali  itu aku secara sengaja ngopi acara PD 101 S2 di warnet langgananku. Waktu itu aku belum tahu kalau ternyata itu acara udah selesai, soalnya di warnet baru sampe 4 episode (dan sampe sekarang masih segitu juga). Waktu itu aku iseng-iseng ngopi hanya 2 epside buat percobaan bagus atau enggak.
Waktu nonton 2 episode itu ada nama Kang Daniel muncul, terus aku ingat salah satu temen aku pernah bikin status di BBM tentang Kang Daniel, temenku yang lainnya juga pernah pasang DP foto Kang Daniel, maka mulainya rasa penasaran akan siapakah Kang Daniel yang beramput pink bergigi kelinci ini.  

Karena rasa penasaran tidak akan pernah hilang sampai menemukan jawabannya, akhirnya aku tanya ke temen kerja ku pas masih di Jogja, “Kang Daniel ki sopo to?” “Kae lho sik juara pertama PD 101” . Selain itu aku juga pernah baca Headline di idntimes intinya Reality show baru Wanna One, lalu aku tanya juga Wanna One itu siapa, kata temenku mereka itu para pemenang PD 101 S2. Awalnya aku hanya penasaran siapa aja membernya Wanna One itu, aku search deh di google, biodata dan fakta Wanna One. Padahal aku udah pernah bilang sama temenku, aku nggak pengen kepo deh, ntar suka, eh akhirnya suka beneran. Haha 

Nah dari situ aku mulai nonton PD 101 S2 , karena di warnet hanya ada 4 episode  yang lainnya aku minta temen kerja ku, beruntungnya punya temen yang suka Kpop dia punya full versionnya acara PD 101 S2, wah makin semangat keponya nih. Hehe

Ohya, aku mulai per-fangirl-ingan ini pas mereka udah debut ya, kayaknya sekitar bulan September 2017 , satu bulan setelah mereka debut. Jadi kalau dihitung sampai sekarang udah hampir 10 bulan ngefans sama mereka. Itu termasuk lama bagiku untuk ngefans sama satu Boyband (BB) atau Girlband  (GB) Kpop.  Wanna One satu satunya BB yang pure aku ngefans karena aku sendiri, aku cari tahu sendiri, aku kepo-kepo sendiri, bukan karena pengaruh temen pula. 

*Flash back sedikit*
Nggak seperti dulu pas masih SMA aku suka Super Junior (SUJU) gara-garanya ketularan temen, itu pun karena ngejek mereka, apaan ih suju-suju-an akhirnya malah aku yang kena jadi ikutan suka. Trus pas kuliah juga sempet suka sama BTOB, awalnya hanya suka sama Yook Sungjae sih,soalnya waktu itu aku nonton We Got Married (WGM) Sungjae sama Joy Redvelvet, sebutan mereka Bbyu Couple yang menurutku lucu-lucu bikin baper. Lalu dimulailah suka kepo tentang BTOB dan Red Velvet. Mungkin karena mereka lama nggak comeback atau kalaupun comeback lagunya nggak terlalu aku suka makanya rasa suka itu mulai pudar. Seiring berjalannya waktu aku ganti lagi suka sama EXO, itu juga gara-gara nonton drama Missing Nine yang aka EXO Chanyeol, eh kok ganteng, langsung kepo Chanyeolnya, merembes kepo EXO juga. Yang pas suka sama EXO nih, aku sampe punya folder EXO sendiri di Laptop, isinya EXO semua mulai dari variety sampai MV dan segala hal absurd tentang mereka. Beli albumnya nggak? Enggak, aku hanyalah fans yang nggak modal kuota. Hehe
Ngefans sama EXO itu juga termasuk yang lumayan lama sih, soalnya pas cari tahu tentang Wanna One, aku masih suka sama EXO. Jadi pas aku mulai kepo-kepo tentang Wanna One gitu, aku merasa kayak mengkhianati EXO gitu (padahal mereka hidup tenang di korea tanpa tahu bahwa aku ada, emang aku siapa, :) )
*Flash back selesai*

 

Produce 101 season 2 adalah ajang survival dimana ada 101 traine dari berbagai agensi yang nantinya akan dipilih 11 orang untuk debut dibawah naungan CJ entertaiment dengan masa kontrak tertentu. Ohya sebelumnya aku mau kasih tahu dulu para anggota Wanna One yang debut mulai dari urutan paling tua sampai maknae (paling muda). Yoon Jisung, Ha Sungwoon, Hwang Minhyun, Ong Seungwoo, Kim Jaehwan, Kang Daniel, Park Jihoon, Park Woojin, Bae Jinyoung, Lee Daehwi, dan Lai Guanlin. Untuk cerita tentang perorangannya di part selanjutannya (mungkin) yaa, hehe

Back to PD 101 S2. Pada episode pertama dan kedua  PD 101 S2  adalah tentang perkenalan para traine sekaligus evaluasi bakat. Jadi ke 101 traine ini menampilkan dari segi dancing, singing, ataupun rap.
Jisung dan Daniel dari satu agensi yang sama yaitu MMO, mereka perform dengan lagunya GOT7. Traine dari agensi MMO ini dikenal banyak bicara, banyak screentime yang Mnet tampilin saat mereka saling mengomentari peforma dari traine yang lainnya.  Apalagi si Jisung yang ekspresif banget kalau lagi ngomongin orang. Kalau Daniel dia lebih yang banyak ketawanya, rambutnya pink jadi kelihatan atraktif gitu, dia juga skinship sama traine paling muda di PD 101, soalnya kata dia kiyowo. Pada saat pengumuman peringkat Kang Daniel mendapat peringkat A sedangkan Jisung peringkat F.  


Oke next adalah Hwang Minhyun, dia adalah salah satu traine yang sebenarnya sudah debut dulu, dia merupakan anggota band NUE’ST (ini bener nulisnya nggak ya, cmiiw) waktu penampilan bakat ternyata peforma dia dan teman-temannya nggak seperti ekspetasi para traine maupun juri, sangat disayangkan sekali padahal mereka udah pernah debut. Mungkin karena gugup dan tertekan jadi kebanyakan dari mereka dapat peringkat rendah, termasuk Minhyun yang dapat peringkat C. 



Selain traine dari agensi, PD 101 juga memasukan traine individual, yaitu mereka yang bukan berasal dari agensi manapun. Salah satunya Kim Jaehwan, waktu evaluasi bakat bersama para traine individual lain dia menampilkan lagunya EXO CBX judulnya Hey Mama. Suara Jaehwan itu bagus banget dan stabil tapi dancenya yang kurang, dancenya dia kayak ajhusi kalau kata juri, makanya dia dapat peringkat B. Dalam sejarah  perkpop-an yang aku alam, suara Jaehwan ini yang bener-bener aku suka. Selama aku suka sama SUJU, EXO, atau BTOB aku biasa aja kalau sama suara sang main vocal mereka, tapi di Wanna One ini suara Jaehwan yang bener-bener memang aku kasih perhatian sih (ngg bahasanya kok agak gimana ya, hehe) 


Anggota yang dari agensi yang sama lagi yaitu Park Woojin dan Lee Daehwi. Mereka dari Brand New Music (BNM) entertainment, agensi yang banyak menaungi artis-artis hip-hop yang soal Rap udah dijamin oke-nya. Pada evaluasi bakat mereka bawain lagu yang di bikin oleh Daehwi, judulnya Hollywood. Untuk dancenya yang bikin koreonya Woojin. Mungkin karena ini nih, makanya Daehwi dan Woojin masuk ke peringkat A. Waktu perform mereka juga bagus banget soalnya. 


Lanjut ke Lai Gualin, dia adalah traine dari CUBE entertaiment. Agensi yang juga menaungi BB atau GB terkenal seperti BTOB, Apink, atau G(I)DDL E. Dia bersama satu kawannya menampilkan dance dasar yang biasanya dipakai buat traine-traine baru yang masih belajar. Dia satu-satu member Wanna One yang bukan dari Korea dan dia sebelum ikut PD 101 masa traine dia baru sekitar 6 bulan. Makanya banyak yang bilang kalau dia byeonggari (anak ayam) atau traine yang masih baru banget. Dia dapat peringkat D. 

Bae Jin Young. Ini ini bias aku di Wanna One, aku suka dia karena golongan darah kita sama haha (nggak ding) banyak faktor lah yang bikin suka, nanti ada part sendiri yaa. Di awal-awal PD 101 S2, dia ini orangnya pemalu dan nggak pedean. Padahal waktu evaluasi bakat bawain lagu EXO-Growl  dancenya lumayan oke, tapi gara-gara dia narinya lihat kebawah terus, wajahnya ditutupi topi mulu,  dan menunjukkan ketidak percayaan diri makanya dia dimasukkan peringkat C. Dia satu-satunya yang di kirimkan dari agensi C9 enterinment, makanya di awal-awal dia nggak punya temen. 

Lanjut traine dari Fantagio, btw fantagio ini sebenarnya merupakan agensi aktor, nggak heran makanya traine dari agensi ini masuk dalam jajaran visual line di PD 101. Dia adalah Ong Seung Woo, satu satunya traine yang punya nama unik bin langka, Ong. Dia dapat peringkat A karena waktu evaluasi bakat dance dan nyanyian dia bagus. 

Satu lagi traine yang pernah debut adalah Ha Sungwoon, dia adalah member BB Hotshot, aku juga kurang paham tentang BB ini dan nggak mau kepo juga hehe.  Soal vokal dan dance emang dia udah bagus sih, mungkin karena pengalamannya juga. Makanya dia masuk jajaran peringkat A. 



Dan yang terakhir adalah Park Jihoon, si Wink Boy yang selama 3 minggu berturut-turut nangkring di peringkat 1. Tapi waktu penampilan bakat dia dapat peringkat C, karena walaupun dancenya oke tapi nyanyinya dia dirasa masih kurang sama juri. Dia dari Maroo Entertaiment, satu agensi sama Kim Jongkook yang di Running Man. Dia dapat julukan wink boy karena wink-nya yang jadi bikin dia menarik perhatian para Gukmin producer-nim (sebutan untuk masyarakat yang ngevote PD 101). Nanti ada ceritanya sendiri deh, hehe 

Setelah evaluasi bakat sekaligus pengumuman peringkat itu, mulailah kehidupan mereka sebagai traine PD 101. Dengan di bagi kebeberapa peringkat itu, mereka juga dibagi kamar-kamar asrama berdasarkan peringkat itu. Dibagi seragam juga, untuk A warna pink, B warna oranye, C warna kuning, D warna hijau, dan F warna abu-abu. Selanjutnya mereka dapat tugas pertama mereka yaitu perform anthem song-nya PD 101 S2 judulnya It’s Me (Pick Me) killing part dari lagu ini adalah di kalimat Nayana ... nayana ... –nya
Di tugas pertama ini juga para traine bisa menampilkan performa mereka membawakan lagu ini sendiri lalu akan di nilai  juri siapa yang akan naik atau turun peringkatnya. Untuk kelanjutannya aku ceritain di part selanjutnya ya. 

Jujur sejujurnya aku masih dalam perjalanan mencari alasan kenapa nulis tulisan ini. Tapi satu hal yang pasti, tulisan ini lahir karean kegalauan-kegalaun yang melanda, bukan galau karena halu yaa, tapi lebih dari ini. Seperti tulisan tulisan di blog ini juga lahir karena kegalauan dan kegelisahan. Katanya “What bad for your he(art) is good for your art”, makanya aku suka nulisnya pas lagi galau deh (nggak ding), hehe
Sekian terima kasih :) 

Keterangan gambar : 
1. Penampakan para traine dari semua peringkat saat latihan lagu Nayana
2. Traine siswa A
3. Traine siswa B 
4. Traine siswa C
5. Traine siswa D
6. Traine siswa F
ps : semua gambar hasil ss sendiri yaa, credit to Mnet,  hehe 

 
Borobudur | Jumat, 27 Juli 2018 | Malam sabtu yang kabarnya nanti jam 02.00 ada gerhana bulan







08 Juni 2018

Bensin, Aku padamu

Juni 08, 2018 0
Sekarang gue tau, gimana rasanya sakit luka bakar,yang sampe segini parahnya (versi gue). Dulu banget gue inget, gue pengen bisa ngrasain semua sakit yang ada di panca indera. Sakit mata, udah. Sakit bibir, udah. Sakit telinga, udah langganan dua tahun sekali dulu pas masih kecil, dan sekarang alhamdulillah nggak akan kumat lagi. Nah, pas waktu itu secara nggak sengaja pernah mikir, wah yang belum pernah aku rasain itu sakit di kulit. Dan sekarang, alhamdulillah dapet deh sakit di kulitnya. Nggak lagi-lagi deh, cukup sekali ini seumur hidup dan ini udah ngasih banyak pengalaman, dan manfaat pengetahuan tentang bensin terutama.
Yah, sebagai anak  yang dulu SMA nya masuk jurusan IPA, gue merasa gagal gegara nggak ngerti ternyata bensin bisa nyambar. Entah pada saat itu gue lagi khilaf mungkin, atau mata hati dan pengetahuan gue tentang bensin sedang di tertutup, makanya gue dengan sok taunya meng-iya-kan ajakan temen gue buat masak pake bensin, dan alhasil gue jadi aktraksi debus pas siang bolong waktu itu.
Iya, sebagai anak IPA yang dulu suka banget sama pelajaran Kimia dan sempet ikut OSN kimia, gue merasa gagal karena nggak ngerti bahaya bensin. Ya Allah, agaknya keasikan jadi anak sosial bikin gue lupa sama hal-hal kimia kayak gini.
Tapi nggak papalah, kita harus ambil sisi positif dari setiap kejadian yang kita alami, ya nggak gaes? Nah, sisi positif dari kejadian ini adalah sekarang gue paham dan ngerti kenapa di pom bensin nggak boleh mainan hape, soalnya gelombang mikro di hape sangat sensitif sekali dan bensin itu punya nilai oktan yang tinggi yang bisa gampang nyambung kalo ada aliran/ gelombang panas/listrik. Selain itu, gue juga ngerti, bensin gampang banget nyamber kalo di udara terbuka. Pas gue ngetik ini jadi inget pas gue sama temen gue mau ngecek bensin motor temen gue, karena nggak kelihatan temen gue mau nyalain korek buat ngecek isi bensin itu, masih apa enggak, eh Alhamdulillah gue pas itu lagi pinter jadi makanya gue bilang bahaya ke temen gue, kalo-kalo tuh korek jatuh ke lobang bensin trus meledak gimana? Soalnya gue pernah lihat film yang kayak gitu.
Nah tuh kan, mungkin Allah lagi menguji gue yang waktu itu emang lagi males-malesnya deket sama DIA padahal DIA selalu ada buat gue. Mungkin ini balesan buat gue supaya gue lebih inget sama DIA.
Dari tadi ngomongin bensin tapi belum tahu kronologi kejadian aktraksi gue dan menyebabkan luka bakar di kaki kiri gue. Oke, gue ceritain dari awalnya yah.
Siang itu sesampai di Desa Wisata Kembang Arum, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, sekitar 30 menit dari kampus tercinta kami angkatan 2012 atau kloter pertama panitia Makrab PLS 2014 kami berbagi tugas untuk menyiapkan segala perlengkapan dan kebutuhan untuk makrab kali ini. Nah, kebetulan setelah aku selo membereskan tugasku sebagai sie PDD, sembari menunggu baterai handycam penuh aku keluar untuk membantu temen-teman yang lain. (cieee anak baik) 0:-)
Nah, kebetulan pas waktu itu anak-anak cowok lagi mendirikan tenda, dan salah satu temen minta  tolong sama erma buat di bikinin mie. Dnn erma ngajakin aku ke dapur buat masak me. Di dapur ini masih banyak perlengkapan dan barang-barang kami yang belum kami angkut ke basecamp masing-masing, soalnya masih ribet. Nah kebetulan, kita nggak beli minyak tanah yang ada bensin sama solar buat bikin api unggun nanti.
Nah, dengan ketidak tahuan di campur ke sok-tahuan di bumbuhi ketidakhati-hatian kita berinisiatif buat masak pake bensin. Hmm... antimainstream kan? Iya. Antara antimainstream dan bego beda tipis kalo ini.
Percobaan pertama, lancar tanpa halangan. Api bisa menyala, dan air siap direbus, lalu kemudian mati. Hmm... terus si erma minta saran gimana kalo di tambah lagi, tapi dia ragu-ragu, nggak papa kan pake bensin. Lah, terus aku nya bilang , iya nggak papa. Lalu with full on innocent and an idiot confidience I fill that angklo with the Bensin and ten WUUUUUKKK !!! api menyambar tangan gue, gue teriak terus gue jatuhin tuh bensin, eh api nya nyambar kaki gue, gue teriak keluar dapur dan duduk di terasa dapur, bingung gimana cara matiinnya, trus gue sempet masuk lagi buat tanya gimana cara matiin ini api di kaki gue, gue panik, dan nggak kepikiran sama yang namanya air.
Alhamdulillah untung, ada ridwan yang teriak, “mlebu kana, mlebu kana” sambil nunjuk sungai kecil depan dapur, dan byyyuuuuurrr... aku menjeburkan diri dan akhirnya aksi debus ku selesai. Gue lihat temen-temen gue pada ambil air buat madamin api, gue lihat asap hitam mengepul di atas genteng. Ya Allah, gue bisa bikin rumah kebakaran. Ada yang lucu pas waktu itu, Ridwan ambil airny pake caping yang you know who there are many hole, may be he was very panic because the fire more wwwuuuuusss ... huehehee
Beberapa menit setelah kaki bakar gue udah masuk air, gue nggak ngrasain apa-apa, tapi terus rasa perih dan panas itu mulai terasa, temen-temen gue pada bilang, udah cup cup nggak usah nangis. Nah, pas itu gue nggak pengen nangis, tapi nangis juga akhirnya di pelukan erma. Yaa Allah, panas bangeeeet... kaki gue gemetaran. Dan temen-temen mulai menyarankan untuk di bawa ke puskesmas terdekat. Dengan di boncengin adam dan di temani erma kita cus ke puskesmas, di perjalanan menuju puskesmas, sempet ketemu suci yang entah abis dari mana ngelihat kita boncengan bertiga dan nyeletuk kayak cabe-cabean. Ooh meeeen ...
Sesampai di Puskesmas, gue langsung masuk Ruang Tindakan dan beberapa ibu-ibu perawat menangani kaki gue yang udah kayak udang rebus. Pertama-tama, ini kaki di kasih pake cairan semacam Klorin atau entah apalah, ditrus di balut pake kassa sekitar 15 menit. Pada saat itu yang gue rasain adalah panaaaas banget yaa Allah.... mringis-mringis bin mau nangis gue.. huaaaa .... abis itu, di kasih salep entah apa namanya, dan gue di suruh beli Bioplacenton buat di oles-oles ke kaki nih selain minum obat.
Alhamdulillah,
Ohyaa, rasa nya pas perjalanan pulang-pergi ke puskesmas tuh nih kaki kayak kebakar, bahkan gue sempet berpikir kalo panas di dunia aja kayak gini gimana panas di neraka yaa Allah, mungkin ini hanyalah sepersembilangpuluhsembilan sepercik api neraka, huehehee  (aku mulai lebay)
Setelah dari Puskesmas, gue balik ke lokasi makrab lagi. Mau ambil barang-barang dan gue mau pulang, soalnya kalo gue tetep ikut makrab ya gue malah jadi beban buat temen-temen gue, soalnya nih kaki bakal rewel.  Gue juga nggak berusaha buat ngasih tau ibuk gue, soalnya gue tau she is the most panic person if she knew her daugther get injured. Soo, gue Cuma ngasih tau bapak doang. Heheee
Akhirnya, gue di anter pulang Kos sama erma, dian, rani, dan anida. Makasih temann-teman. Maaf untuk kejadian ceroboh ini.
Ini bukan akhir kisah Bensin, Aku padamu. Masih ada kisah yang lain, tunggu part 2 yaah :*

Magelang, 5 oktober 2014


PS. Cerita ini buat yang bertanya-tanya ada apa dengan kaki kiri saya kok ada belang-belangnya. Tidak akan ada part kedua dari cerita di atas, karena kejadian itu sudah sangat lama dan saya enggan untuk meneruskan kembali. Sekarang Alhamdulillah kaki saya sudah sembuh, masih ada bekas lukanya, saya pikir itu cara Allah untuk selalu mengingatkan saya akan kecerobohan saya. Kalau ada yang tanya langsung  kenapa kaki saya, biasanya saya hanya jawab, karena jatuh. Jujur saya trauma, hehe. Kalau mengingat-ingat lagi rasanya hmmm.... nggak enak  Maaf yaa :) 
Bahasanya masih pake Gue-gue-nan. Iya soalnya dulu asik aja gitu nulis pake loe-gue loe gue, wkwkw
Tadinya mau saya kasih gambar, tapi saya malah horor sendiri. (:

And the last, terima kasih sudah membaca tulisan ini.
Diedit tanggal  Juni, 08 2018

Menghidupkan Blog

Juni 08, 2018 0
Bismillahriahmmanirrahim

Kalau tulisan ini jadi saya posting, itu berarti ini adalah tulisan pertama saya di tumblr di tahun 2018 setelah sekian lama vakum karena sudah lama saya tidak galau. Ya, dulu alasan utama saya menulis di tumblr karena saya sedang galau, galau saya tidak jauh-jauh dari yang namanya cinta, harapan yang tidak bisa dimiliki dan lain sebagainya yang kalau saya ingat- ingat kembali rasanya geli-geli hek, hehe. Maka dari itu saya memutuskan untuk menghapus sebagian tulisan galau saya disini yang kurang berfaedah.

Sebenarnya keinginan untuk menghidupkan kembali tumblr sudah sejak lama. Setiap kali saya lihat postingan foto teman instagram saya yang bercaption panjang, atau setiap kali saya melihat seorang teman posting tulisan baru yang di share di instagram, dan setiap kali saya buka tumblr, keinginan untuk menghidupkan hasrat menulis kembali muncul. Tapi saya bingung mau nulis apa dan waktu itu saya kembali beralasan kepada diri saya sendiri, saya kan sedang tidak galau lalu apa yang mau saya tuliskan.

Kalau teman-teman yang dulu pernah baca tulisan-tulisan saya mungkin ada yang sadar ada yang tidak. Iya. Saya menggunakan kata “Saya”. Di tulisan-tulisan saya yang dulu, saya lebih banyak menggunakan kata “Aku” atau “Gue” tapi seiring berjalannya waktu atau mungkin pengaruh buku yang saya baca tulisan saya jadi berubah semoga berubahnya ini ke arah lebih baik ya. 
Jadi sebenarnya inti tulisan ini apa sih Ken?

Jadi sebenarnya saya sedang gelisah, gundah, gulana, galau. Yap, kembali ke alasan utama saya menulis karena saya galau. Galau kali ini bukan lagi tentang galau saya yang dulu-dulu. Saya galau tentang hidup saya, saya gelisah tentang hidup saya, saya galau tentang pekerjaan saya nanti, saya gelisah tentang apakah saya bisa menikah nanti, saya galau apakah esok saya bisa menjadi seperti keingingan saya, saya gelisah tentang banyak hal.

Yang paling saya gelisahkan saat ini adalah tentang pekerjaan. Ohya, sebelumnya saya pengen sedikit bercerita tentang pengalaman kerja saya yang dulu-dulu. Dulu waktu semester delapan saya pernah kerja part time di salah satu perusahaan kaos oblong di Jogja,. Setelah lulus kuliah bulan Juli 2016 saya juga masih bekerja disana karena kontrak kerjanya sampai bulan November 2016. Setidaknya saya punya waktu buat “leyeh-leyeh” sambil nyari kerja yang full. Setelah kontrak habis, saya bertekad nyari kerja yang dekat rumah, sebenarnya  waktu itu saya masih pengen kerja yang jauh dari rumah, tapi waktu itu bulan November sebelum kontrak kerja saya habis, Ibu saya sakit asam urat sampai susah jalan. Yaa, waktu itu saya tidak tahu kalau itu asam urat, saya sampai nangis kalau membayangkan ibu kenapa-kenapa. Yaa, cuma ibu satu-satunya orang yang saya miliki di rumah. Jadi sejak itu saya memutuskan mencari kerja di yang dekat sama rumah.

Tapi ternyata tekad itu pudar karena enam bulan saya mencari kerja yang dekat dengan rumah, tapi hasilnya belum terlihat. Selama mencari itu, saya nyambi ngajar les anak-anak disekitar rumah saya. Sampai akhirnya di bulan Juli 2017 saya coba daftar kerja di Jogja lagi dan Alhamdulillah ada panggilan dan saya bisa bekerja di tempat itu. Saya kembali menjalani kehidupan sebagai anak kos, karena ibu saya tidak mengijinkan saya buat nglaju.

Saya pikir dengan mengingat betapa susahnya saya mencari kerja selama enam bulan di rumah dan belum membuahkan hasil membuat saya betah bekerja di situ, tapi ternyata tidak. Saya memilih resign, dengan penuh banyak pertimbangan. Cukup berat bagi saya untuk memutuskan resign dari tempat itu, karena dari segi jenis pekerjaan itu sesuai dengan passion saya, tapi disisi lain banyak hal yang membuat saya kembali menghidupkan tekad saya mencari pekerjaan di dekat rumah, biar dekat dengan ibu saya.

Sampai akhirnya saat ini saya masih mencari pekerjaan yang dekat dengan rumah atau yang tidak keluar kota. 

Waah, ternyata saya bohong soal “cerita sedikit” tentang pengalaman kerja saya.

Kegelisahan saya tentang pekerjaan itu seperti orang renang yang sedang ambil nafas, timbul tenggelam-timbul tenggelam. Tambah gelisah saat melihat di sosial media terutama instagram, melihat kawan-kawan saya sudah sampai sana-mana dan saya merasa saya masih sini saja. Yaa, saya harus paham bahwa memang seperti itu fungsi sosial media adalah untuk pameran. Maaf yaa.
Ini hanya saya atau teman-teman juga pernah merasakan? 

Meskipun seperti ini saya percaya semua rezeki sudah Allah yang tentukan, jadi sebagai penghiburan diri saya, saya lebih sering buka explore yang banyak info Kpop dari pada harus melihat postingan teman-teman saya. hehe

Belum ada penyelesaian untuk kegelisahan saya saat ini, saya masih keken yang mencari pekerjaan. Saya masih keken yang bertanya-tanya bagaimana hidup saya ini.

Dan tulisan ini saya tulis untuk sedikit membagi kegalauan saya, dengan begitu tumblr saya hidup kembali. 


Magelang, 1 April 2018

PS. Tulisan ini sebenarnya berjudul “Menghidupkan Tumblr”, niatnya mau diposting ke tumblr lagi semangat-semangatnya pengen nulis lagi di tumblr baru tahu kalau ternyata tumblr di blog, lalu patah semangat, akhirnya baru di posting sekarang.
Diedit pada tanggal 28 Mei 2018 

PS. (lagi) Baru di post sekarang. ini tulisan pertama saya di blog tahun 2018. heol daebaak :) 

15 Februari 2016

SEGORO AMARTO PART 2

Februari 15, 2016 0
Jeng jeng, seperti yang udah gue  janjiin pada tulisan lalu, kalo gue lolos seleksi selanjutnya bakal ada part 2. Nah alhamdulillah, gue lolos beberapa seleksi dan ini adalah kumpulan cerita dari setiap seleksi gue. Rencana awalnya gue pengen per kegiatan seleksi gue tulis cerita, tapi berhubung gue sibuk bin lagi males nulis makanya direntet jadi satu. Hehehe . . .
Diawali dengan sebuah kalimat mutiara bahwa “Hasil tidak akan pernah mengkhianati sebuah proses” sore tadi semasa perjalanan pulang setelah user interview dari Jalan Ikip PGRI pikiran gue melayang sepanjang jalan memikirkan kata-kata yang nanti gue tuliskan dalam cerita ini. Iya, gue udah sampai tahap user interview itu artinya gue udah sampai tahap terakhir proses seleksi. Satu setengah jam sebelumnya gue masih galau di kamar kos, deg-degan, dan grogi campur aduk ntar gimana pas wawancara. Sebelumnya gue udah searching-searching tips menjawab pas wawancara gitu di mbah google dan gue juga udah nulis ntar kalo ditanyain ini jawabnya gini, ditanyain itu jawabnya gitu.  30 menit selanjutnya tepat pukul 15.00 tapi kurang beberapa menit dikit gue berangkat dengan segenap kepercayaan diri yang susah payah gue bangun sedari kecil (mulai lebay) untuk ikut seleksi ini. Di luar hujan enggan reda, masih terus menerjunkan paku-paku gerimis nan lembut. Gue jaketan plus mantolan biar anget diperjalanan. Dengan PD nya gue berangkat ke Yogyatorium, tempat (yang gue kira) untuk user interview. 30 menit kurang dikit sampai disana, dan pas banget sama jadwal interview gue 15.30 padahal seharusnya dipengumuman peserta wajib datang 15 menit sebelum interview, tapi gue suka sesuatu yang deadline-deadline gitu (ini alibi). Sampai disana gue lihat tempat yang biasa dulu buat nunggu di seleksi-seleksi sebelumnya kok sepi, nggak ada aktivitas kehidupan mbak-mas OT. Gue cuma ketemu sama  mbak dan mas yang lagi bercakap-cakap. Masnya makan, mbaknya ngliatin masnya makan. Gue tanya ke mbaknya, “mbak mau ikut user interview juga” jawabnya “enggak”. Lhaa terus, kalo mau user interview dimana? Gue bingung, mendadak panik. Gue nggak teliti pas lihat dipengumuman lokasi buat user interview. Gue tanya ke masnya, masnya bilang “Tanya OT nya aja mbak” gue sms OT nya, jawabnya “Di website sudah ada denahnya” . Astagaaa ..... kalo boleh bilang Kampret banget momentnya, gue salah tempat. Gue yang lagi nggak pake smartphone, gue yang lagi nggak bisa internetan, gue yang Cuma punya hape evercr**** yang bisa telpon ama sms doang, bingung mau gimana. Apa gue harus cari warnet atau gue harus pulang dan memutuskan untuk menyerah sampai disini, bahkan gue belum ikut seleksi yang terakhir ini, apa gue harus nyerah?? Ohmaigot  . . .
Gue langsung beranjak dari kursi yang gue duduki, gue ke parkiran, pake mantol lagi, sepatu tetep gue pake nggak pake sendal lagi pas kayak berangkat tadi, helm gue tutp rapat biar nggak malu kalo gue salah tempat, sekarang tujuan pertama gue, gue mau cari warnet buat nyari tahu dimana tempat user interview itu berada, gue masih belum nyerah. Di luar masih hujan, sepanjang jalan gue ngomong sendiri, galau antara nyerah aja atau terus maju. Pas sampai di simpang empat lampu merah gue berhenti, kalo lurus pulang kalo belok kiri jalan terus. Akhirnya gue melihat tanda warna biru dengan tulisan “Belok Kiri jalan terus”, gue memutuskan mengikuti arah itu, siapa tahu ketemu warnet dan akhirnya nggak jauh dari  belokan tadi gue ketemu sama si warnet. Gue sempat berpikir, hmmm ... berarti Allah masih kasih jalan buat gue untuk maju. Waktu itu udah lebih dari pukul 15.30, disepanjang jalan gue juga udah mencari alasan atas keterlambatan gue. Di warnet bilik nomor  10, yang sebelumnya kalo udah internetan bukanya macem-macem gue cuma cari denah lokasi buat interview, ketemu. Hahhh.... JALAN IKIP PGRI, bantul? Dimana itu ? gue nggak tahu, gue juga nggak paham peta digitalnya, gue nggak tahu jalannya dimana, satu satu nya yang gue tahu tentang PGRI adalah simpang empat  yang ada tulisan UPY –nya yang gedhe. Alamatnya udah gue dapet, kalo nggak tahu tanya orang itu yang gue pikirin saat itu. Baru beberapa menit di bilik 10 dan harga di kotak digital penanda harga dan waktu baru menunjukan gue habis 500 rupiah, gue keluar warnet, rencananya mau tanya sama bapak tukang parkir  tentang alamat yang gue tuju ini, tapi gue mengurungkan niat gue berprasangka kalo bapaknya paling nggak tahu. Maafkan aku pak.
Gue memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ditengah hujan yang semakin deras. Dalam diri gue sedang ada pertarungan antara terus maju atau pulang aja, kalo maju gue harus cari alasan kenapa gue terlambat, kenapa gue bisa salah tempat, gue udah menyiapkan hati nanti bakal di maki-maki sama supervisornya, masak mereka yang nunggu gue. Gue udah terlambat banyak menit. Sepatu gue mulai bisa diperes, basah klepes. Sepanjang jalan kusumanegara gue menahan diri supaya nggak nangis, cupu banget kalo gue nangis ditengah hujan begini lagi motoran nangis, tapi akhirnya gue memutuskan untuk mengeluarkan setetes dua tetes hingga bertetes-tetes air mata mengalir di pipi gue, gue nggak peduli bedak gue luntur, lipstik gue pudaaa, gue pengen nangis dan emang udah nangis. Untung orang-orang dijalan nggak pada tahu kalo gue lagi nangis, kaca helm gue item nggak kelihatan. Kalopun ada yang tahu gue nggak peduli, nggak kenal juga, kita bukan siapa-siapa, kita cuma sesama pengguna jalan yang lagi menerjang ujan.
Akhirnya gue sampe di jalan wates entah KM berapa. Gue nyari lampu merah yang ada tulisan PGRI nya gedhe, ternyata gue salah, tulisannya bukan PGRI tapi PKJ (ini juga kalo nggak salah, gue lupa). Tapi jalannya bener, jalan Ikip PGRI. Gue pikir itu udah sampe bantul yang jauh sana ternyata enggak. Insting gue bener tadi. Hihihi tersembul suatu harapan supaya para mereka yang mau menyeleksi gue ngasih gue kesempatan buat diwawancara. gue udah ngebela-belain hujan-hujanan, ini kesempatan terakhir gue. Ini semester terakhir gue, gue belum tahu mesti kemana lagi kalo bukan ikut ini. Gue juga udah menyisihkan waktu yang harusnya buat skripsi gue, gue kasih buat ini. Gue nggak mau nyerah, gue harus coba.  Sampe di jalan ikip PGRI gue nyari nomor rumah yang gue tuju, gue hampir keblablasan kalo nggak lihat lambang rumah yang emang udah ngehits di Jogja ini. Gue mendadak berhenti ditengah jalan, lupa nyalain lampu sen ke kanan, motor-motor dibelakang gue pada teriak tin-tin. Gue nggak terlalu peduli. Pokoknya gue harus ke rumah itu.
Akhirnya gue masuk, ketemu beberapa orang disana. Gue tanya kalo mau user interview dimana, gue disuruh masuk dulu. Gue bilang sepatu gue basah banget, setiap gue jalan dilantai keramik itu gue meninggalkan noda lumpur kotor. Tapi orang-orang disitu bilang nggak papa, masuk aja, yaudah gue masuk dong. Dengan sepatu yang basah sampe bisa diperes, gue ngisi buku tamu dulu. Lalu menunggu seseorang yang akan memberikan kesempatan buat gue jalaninin user interview. Lumayan agak lama. Lalu seseorang muncul, dia adalah mbak-mbak yang dulu mewawancara gue pas di front interview. Gue pikir bakal di kasih wajah masam bin kecut, tapi alhamdulillah mbaknya kelihatan prihatin bin kasihan sama keadaan gue yang basah, tapi apa gue basah semua. Gue jawab “enggak mbak, tapi sepatunya basah semua.” Mbaknya bilang nggak papa, apa mau dicopot aja? Ah enggak, nggak keren aja masa’ gue wawancara sambil nyeker. Gue tetep makai sepatu gue, dan diajak kesebuah ruangan. Disana udah menunggu seorang mas dan seorang mbak dengan PDL yang sama ada bet bertuliskan supervisor di lengan kiri. Gue pikir supervisor yang bakal mewawancara gue udah bapak-bapak atau ibuk-ibuk bahkan om-om yang udah ubanan, ternyata mereka masih muda dan enak dilihat, ramah bin murah senyum. Alhamdulillah ^^
Dan mulailah sesi user interview gue.
Seperti biasa gue disuruh untuk menceritakan tentang diri gue, alasan gue ikut ini. Pertanyaan yang hampir sama dengan seleksi sebelumnya yaitu depth interview, bedanya gue nggak ditanyain kelebihan dan kekurangan gue, padahal gue udah menyiapkan jawaban yang epik kalo ditanyain itu, gue belajar dari depth interview gue yang menurut gue pas waktu itu kurang bisa menyakinkan supervisornya. Gue lebih dikasih tahu tentang hal-hal yang bakal gue hadapi didalam setelah gue diterima jadi bagian dari rumah ini. Gue mengimplementasikan tips-tips wawancara yang gue baca di internet, gue melakukan banyak kontak mata dengan si supervisor, lumayan lah enak dilihat. Semuanya kece-kece. Wkwkwkw
Pertanyaan yang gue tunggu pas ditanyain berapa gaji yang gue pengen. Hmm.... karena ini pengalaman pertama gue jadi gue jawab ngikut standar yang ditetapkan sana,  itu juga gue belajar dari hasil googling kalo yang lagi pertama nyari kerja jawabannya kayak gitu. Hahaha . . .  Tapi kalo ditanyakan nominalnya gue jawabnya setengah UMK Kota Yogya. ^^ terus ditanya juga kalo misalnya nggak segitu gimana. Yaudah si nggak papa, orang ini kan lagi nyari pengalaman , iya nggak??
Gue dijelasin ini itu tentang kegardepan. Tentang jadwal-jadwal yang wajib gue ikuti kalo gue diterima. Shift minimal yang harus gue kerjakan tiap bulan, kegiatan –kegiatan yang ada di gardep dan lainl-lain. Gue mendengarkan dengan baik, sambil kadang mengalihkan pandangan, takut gue baper, wajah masnya kebawa ampe gue pulang, gue lagi nggak mengharapkan hal-hal kayak gitu. wkwkwk
Akhirnya gue sampe dipenghujung interview, karena nggak ada yang ditanyain dan dari mereka juga nggak ada yang nambahin gue suruh pulang dan nunggu penguman tanggal 15 bulan ini by phone jadi kalo gue misalnya diterima bakal ada nomor asing yang nelpon gue ngabari kalo gue jadi bagian dari rumah ini. Haaaah . .   lega rasanya abis ngejalanin itu. Sepanjang perjalanan pulang gue mereview apa aja yang udah gue lakukin selama mengikuti semua seleksi itu. Gue mikirkan rangkaian kata yang nanti bakal gue tuliskan di tulisan ini, gue janji sama diri gue sendiri abis pulang ini gue langsung menuliskan semua kejadian yang gue alami sore itu. Dan sampe di kata-kata ini gue udah menceritakannya.
Sepanjang jalan juga gue inget momet pas gue lolos dari front interview dan gue ikut tes tulis, sebelumnya gue udah googling-googlinh nyari soal yang biasanya ditanyain pas tes tulis nglamar kerja, gue juga cari tahu tentang kegardepan.  Dari tes tulis itu gue baru tahu ada soal-soal tentang PAPIkostik atau tes kepribadian yang pake kotak-kotak trus ada tanda panahnya, terus ada soal tentang hitungan juga dan pengetahuan umum. Tes tulis mengantarkan gue pada sebuah keberhasilan menuju FGD (focus grup discuss) dan dept interview, tahap ketiga dari seleksi. Pas FGD gue bisa lumayan bicara menyampaikan pendapat gue, gue nggak mau jadi anggota yang pasif, gue harus menghilangkan kebiasaan pasif gue yang dulu-dulu gue pengen jadi yang baru. Pad FGD itu kita dsuruh mendiskusikan sebuah masalah dan gimana pemecahannya, mulai dari pemecaham masalah secara individu, lalu kelompok terus dikoreksi sama kakak-kakak OT dan akhirnya sampai kesepakatan bersama sekaligus pemecahan yang terakhir. Seperti yang udah gue baca tentang tips-tips FGD, memang pasti ada yang mendominasi tapi untung nya dikelompok gue nggak terlalu kentara. Emang ada sih yang kekeh mempertahankan pendapatnya tapi nggak sampe yang ngotot banget. Everyone has their own unique. (ini nggak tahu bahasa inggrisnya bener apa kagak yaa .. )
Abis FGD kita lanjut depth interview, kegiatannya sama kayak di front interview tapi ini lebih mendalam. Gue sempet pesimis buat hasil seleksi yang FGD dan depth interview ini, gue jawabnya kebanyakan pake “gitu” dan ngomong yang menurut gue nggak terlalu jelas. Gue udah mulai menyiapkan hati buat kecewa kalo gue nggak lolos ditahap ini. Gue udah pesimis. Tapi cerita sore ini menghantarkan pada kesimpulan kalo gue lolos di tahap FGD dan depth interview, dan gue lanjut ke user interview yang perjalanannya udah  gue ceritain diatas.
Saat ini gue masih menunggu tanggal 15 itu tiba, menunggu telpon berdering dari nomor asing yang memberitahu gue kalo gue lolos dan bisa menjadi bagian dari mereka. Gue masih nunggu. Gue berharap akan cerita ini ada Part 3 –nya sekaligus bagian terakhirnya. Kalo ada part 3 – nya itu artinya gue lolos dan udah menjadi bagian dari mereka. Tapi kalo enggak kisah ini sampe berakhir di part 2 ini aja.
Disepanjang perjalanan gue juga berpikir kata-kata di novel Tere Liye bener, mungkin harapan kita yang terkabul berkat doa-doa dari orang-orang yang tidak kita kenal. J makanya buat kalian yang ikut  baca ini doain gue yaa biar ada part 3 nya. ^^ see yaaaw J J


Yogyakarta, 12 Februari 2016
(c) kekenkade


14 Januari 2016

5E6ORO AMARTO

Januari 14, 2016 0
Its a firts time . . . . Hari ni pertama kalinya gue wawancara buat kerja part time. Sebelum-sebelumnya gue udah pernah daftar sana-sini buat kerja part time tapi nggak pernah satupun yang gue datangi buat wawancara kerja. Pertama kali daftar, gue pengen jadi waiter, nggak tau pengen tau aja gimana rasanya kerja part time jadi waiter. Tapi gegara pas waktu itu masih bimbang bin bingung pas gue disms buat wawancara gue ngebo’ong kalo gue lagi nggak di jogja trus minta ketemuan di lain waktu. Yaa kali sono mau toleransi sama ketidakbisaan gue buat ketemu, yang butuh kerjaan kan gue masak mereka yang nunggu. Akhirnya gue memutuskan untuk merasa gagal pada pendaftaran part time satu ini. Tenang, gue masih punya cadangan, gue udah ngirim lamaran kerja dan CV ke salah satu rumah makan khas susu dan keju namanya tiiiiit. Sampai akhirnya gue dapat sms buat wawancara lagi, gue udah ada niat 50 % mau nyoba kerja yang satu ini, gue juga udah nyari lokasinya pake google maps dan pas hari wawancara malam itu sebelum jam 7 gue udah sampe di lokasinya. Terlihat sepi jarang pembeli, gue masih naek dimotor. Gue nggak berhenti, gue nglewatin aja itu warung, ragu-ragu mulai datang menyelimuti hati gue lagi, pertimbangan-pertimbangan kedepannya bakal gimana gue pikirin  lagi. Sampe akhirnya gue hanya nglewatin tempat itu dua kali tanpa berhenti. Malam itu juga, gue memutuskan untuk gagal sebelum mencoba. Masih ragu-ragu. Sampai di kos gue cuma bisa meratapi nasib kepengecutan gue yang nggak jadi wawancara lagi. gue merasa cupu, tapi mungkin itu memang bukan rejeki gue, atau emang guenya yang nggak mau itu jadi rejeki gue. 

Sampai akhirnya waktu berjalan dan gue dipertemukan dengan pamflet online tentang penerimaan kerja part time di salah satu perusahaan kaos terkenal di Jogja. Gardep 56.

Dulu pas semester 5 gue juga udah pernah daftar gardep 54 tapi lagi-lagi gue nggak serius sama pendaftaran waktu itu, lagi-lagi masih banyak pertimbangan sama kuliah gue yang juga sebenarnya agak selo. Tapi mengingat gue waktu itu bakal ada KKN dan PPL dan gue bersyukur karena nggak jadi nyeriusin pendaftaran itu karena KKN gue emang jauh dan menyita waktu. 

Pertama kali lihat pengumuman itu di twitternya jogja lowker, gue pengen banget ngrasain kerja part time. Penasaran, dan kebetulan Gardep nyari mahasiswa selo yang mau kerja part time. Minimal semester 2 maksimal semester 8, dan gue semeseter 7 kesempatan gue tinggal sekali ini, setelah itu nggak ada lagi kesempatan  buat nyoba lagi gue udah harus memasuki dunianya orang-orang kerja yang fulltime. Ooohhhhh ........
Pengumuman itu masih baru, jadi gue punya banyak persiapan buat nyiapin tetek bengek yang diperluin. Mulai dari CV, surat lamaran pekerjaan, transkrip IPK terakhir, fotokopi KTP/KTM, dan buku tulis buat disumbangin. Untung banget udah jauh-jauh hari gue bikin desain CV kreatif hasil searchingan mbah google, tinggal gue edit-edit ajaaa. Surat lamaran kerja juga tinggal ngedit yang dulu, tinggal diganti HRD sama lampirannya, hehehee ...

Terus gue juga cari-cari di google tentang pengalaman orang yang udah pernah daftar digardep, dari  cerita mereka kayaknya asik-asik dan semakin membuat gue penasaran. Jauh-jauh hari gue udah nyiapin semuanya, disalah satu cerita yang gue baca di blog, ada yang disuruh buat jadi guide pas diwawancara, gue mulai berlajar buat mengenal apa itu dagadu dan sejarahnya, tadu gue juga udah persiapan tulisan kalo-kalo gue disuruh jadi guide buat ngenalin jogja dan dagadu.  Hari ini tanggal 12 Janurasi 2016, adalah hari pengembalian form gue yang udah gue isi online. Gue pikir gue bakal disms dari sono buat diwawancara soalnya yang pas gue daftar yang gardep 54 itu gus disms cuma nggak gue tanggepin, tapi udah nunggu dari pagi sampe sore kok gue nggak disms, akhirnya gue memutuskan buat datang langsung ketempatnya. Sebelumnya gue udah nyari lokasinya, lumayan juga kalo dari kos butuh 20 menitan. 

Sampe di lokasi gue tanya ke pak satpam kalo mau ngembaliin form dimana? Trus ditunjukin ke arah jalan turunan disebelah kanan ada tanda masuk. Gue kesana dengan perasaan campur aduk, deg-degan campur penasaran. 

Disana gue langsung disambut sama dua mas-mas buat diperiksa berkas-berkasnya. Gue dimintain fotokopi KTP , gue lupa nggak fotokopi KTP gue pikir disitu nggak disuruh yang disuruh fotokopi KTM doang, gue nyari –nyari didompet dan menemukan FC KTP yang udah bulukan dengan foto gue yang udah hina tambah nggak bener. Tapi alhamdulillah, fotokopi buluk itu diterima. Dan gue disuruh nunggu buat nanti dipanggil wawancara. Rasa deg-degan gue mulai reda, nggak sesadis yang gue bayangin, gue pikir bakal ketemu sama mas mbak yang maca senior galak -.- 

Pas nunggu gue kenalan sama anak UIN semester 5 yang udah daftar gardep 53, katanya sih asik, nggak ada part time kayak di dagadu. Nggak lama setelah itu gue  dipanggil kedalam. Berhadapan sama seorang mbak yang cantik bernama Mbak Heidi, sebelum diwawancara gue disuruh duduk rileks dulu, gue penasaran gimana muka gue pas itu, apa ketara banget grogi gugupnya (?) 

Pertama-tama gue disuruh memperkenalkan diri gue sekreatif mungkin, (?) gue juga nggak tau itu gimana yang jelas gue biasa aja nyampein gue yang gini gitu, gue yang dari keluarga apa, dari mana, suka apa, dan kepribadian gue yang  kayak gini. Terus gue ditanya , udah pernah ikut recruitmen gardep berapa kali? motivasinya apa? komitemnnya gimana? Ijin dari orang tua gimana? Dan lain sebagainya.
Gue jawab satu persatu dengan lumayan santai walaupun tangan gue rada gemeteran, alhamdulillah Mbaknya ramah 

Yang paling diubek-ubek pas wawancara yaitu soal komitmen, gue ditanya kalo misal gue udah lulus dibulan mei, sedangkan program gardep ini kalo misal gue diterima mulainya bulan april on duty apa gue masih mau berkomitmen setelah gue lulus, sejujurnya gue nggak tau apa yang bakal menanti gue setelah gue lulus nanti, makanya gue ikut ini biar abis lulus gue paling enggak udah ada kerjaan, dan soal dimana  gue kerja nanti bisa dimantepin seiring berjalan waktu gue disana. Intinya adepin dulu yang sekarang, soal komiten gue usahain. (lagi bijak) 

Sebelum daftar ini gue juga udah minta ijin sama ibuk , dan ibuk gue setuju selama nggak ngganggu skripsi gue. Gue lagi skripsi dan waktu gue banyak yang selo. Gue nggak masuk terlalu fokus yang sepaneng sama skripsi yang bisa jadi kalo gue terlalu sepaneng malah gue jadi stres, gue butuh pengalihan biar ada selang –seling kehidupan di akhir kehidupan gue sebagai mahasiswa semester tua 

Intinya, gue sangat berterima kasih banget buat hari ini Ya  Alloh, semesta juga mendukung gue yang pengen daftar kerja part time, tapi selama perjalanan kesana, lampu lalu lintas juga nggak ngejebak terlalu lama, tadi sebelum kesana rasanya masih takut dan  pengen ngulur-ngulur waktu, tapi gue nggak boleh jadi pengecut untuk kesekian kalinya. Ini demi sebuah pengalaman yang berharga buat cerita ke anak-cucu gue nanti

PS : ini cerita part satu , kalo  misal gue lolos lagi, gue pengen ada cerita yang kedua. :)  doain yaa :)
 

Kamar utara nomor 3, 12 Januari 2016



Aku yang akhirnya berani juga, hehe

Tentang Local Disk D dan Local Disk E

Januari 14, 2016 0
Perkenalkan namaku Local Disk D, anak pertama dari System (C) yang diberi nama Kewajiban (D) oleh pemilikku. Kapasitasku hanya 97,5 GB dengan free space 24,9 GB. Tidak banyak yang menarik dari diriku selain foto-foto majikanku. Mulai foto dari jaman merah putih, jaman cabe-cabean, sampai jaman (mencoba menjadi) anak kekinian tapi nggak pake ngrusak alam (ciyee)
Aku tidak terlalu menarik untuk selalu dibuka  dibandingkan sodaraku Local Disk E. Sesuai dengan namaku, Kewajiban. Aku berisi tugas-tugas kuliah, laporan, makalah, proposal, tugas titipan teman, dan ada satu folder yang saat ini menjadi favorit majikanku untuk dibuka. Namanya “Bismillah Skripsi”.  Sejujurnya aku agak kesal dengan majikanku yang hanya membukaku jikalau butuh saja. Diskriminasi intensitas membukaku juga sangat berbeda dengan sodaraku. Majikanku mudah bosan denganku, padahal sudah kusediakan folder games walaupun isinya hanya the sims 3, kingdom amalur, dan plant vs zombie yang terakhir baru aku tahu, dua games yang disebutkan pertama tidak terinstal dengan benar.
Hallo, aku local disk E. Nama bekenku Hak (E). Aku menarik untuk dibuka karena aku berisi hiburan-hiburan yang menghilangkan penat majikanku. Mulai dari MV, tutorial, video motivasi sampai konyol, animasi, film-film yang terfolder dengan icon naruto yang lucu. Free space ku hanya 61,7 GB dari 146 GB. Yaaaps, aku memang pembawa masalah untuk urusan sampah dan memory. Yaaah, mananya anak bungsu, aku lebih manja daripada kakakku. Aku minta lebih sering untuk dibuka, aku kasian sama majikanku kalo harus mengerjakan yang ada di local diks D . Dia butuh refresing, meskipun aku sering membuatnya lupa waktu. Heheee

PS. Sebuah catatan ketika pikiran sedang embuh

Catatan Akhir Kuliah : Kisah Tugas Akhir Skripsi (Bagian 1)

Januari 14, 2016 0
Setiap manusia pasti memperoleh bimbingan, entah bimbingan dari orang tua, sesepuh desa,  kakek nenek, bahkan Tuhan untuk dibimbing kembali ke jalan yang benar. Begitu pula mahasiswa sebagai manusia biasa, sebagai siswa yang di-maha-kan akan memiliki moment bimbingan,  yang memerlukan kesabaran dan ketabahan akan segala cobaan yang dihadapi selama bimbingan SKRIPSI
 
Bicara soal bimbingan gue pengen cerita soal pengalaman gue selama bimbingan hidup. Bermula dari sebuah pesan dari grup kelas di WA yang menginfokan supaya para mahasiswanya meng-input 3 judul skripsi dengan masing-masing dua dosen pembimbing. Saat itu gue belum punya persiapan apa-apa buat skripsi. Gue nggak yakin mau bikin tugas matkul Penelitian Pendidikan gue jadi skripsi. Gue udah ngebayangin bakalan dapat dosen pembimbing Bapak itu, dan sebelumnya gue udah pernah dibimbing sama beliau untuk program yang diadain sama dikti. Bukannya gue nggak suka, tapi gue belum punya hati yang besar buat menerimak bapak itu kembali menjadi dosen pembimbing gue. Setelah dua kali selama gue nyoba-nyoba kegiatan yang berhubungan sama penelitian, duit dan bimbingan yang diadain sama kampus dengan dosen pembimbingnya beliau, gue merasa lelah dan pengen ngrasain dibimbing sama dosen yang lain. Akhirnya dengan niat yang ala kadarnya, gue ngajuin tiga judul (calon) skripsi gue secara cuma-cuma karena gue emang belum mantep sama judul-judul yang gue buat itu. Yang pertama kali gue pikirin buat nngajuin skripsi adalah tempat gue penelitian mau dimana (?) gue belum punya bayangan buat itu. Dosen yang gue ajuin juga berkisar orang-orang itu, nggak ada Bapak itu lagi. Maaf bapak, saya belum punya hati yang besar buat dibimbing sama bapak lagi.
 
Akhirnya tiba saatnya buat nentuin dengan siapa gue akan dibimbing. Soal judul nanti bisa diganti seiring berjalannya waktu dan pikiran. Dan ternyata masing-masing dosen pembimbing yang gue ajuin satupun nggak ada yang jadi dosen pembimbing gue. Mulai dari dosen yang  menurut gue Bapak-able sampai yang paling selalu ada dikampus dan gampang ditemui nggak ada. Ya Alloooooh. . . .  apa salah gue. Apa gue nggak dapat dosen pembimbing? Salah apa gue??? (mulai lebay) sampai tibalah saat sebuah nama dosen pembimbing beserta anak-anak yang akan dibimbingnya disebut. Nama gue ada. Gue dapat dosbing yang bahkan namanya pun nggak gue ajuin. Apa dosbing itu kayak jodoh? Yang nggak disangka-sangka malah jadi. Dosbing gue yang ini beda sama yang sebelumnya (yaiyalaaah) Beliau udah lebih senior, beliau juga salah satu yang duduk sebagai penjabat di fakultas gue dan juga super sibuk dan konon kabarnya (bukan konon lagi) susah (tapi mungkin) ditemui T.T

Gue belum punya bayangan gimana bimbingan sama dosen yang satu itu, beliau baru ngajar dikelas gue  dua kali. Dan menurut gue, selama dia ngajar perasaan gue kayak dibawah tekanan tatapannya yang tajam, walaupun sepertinya beliau nggak pernah marah.
Dan waktu pun bergulir, berjalan, dan ber-ber yang lain yang menggambarkan waktu nggak pernah berhenti, tiba saatnya gue buat merasakan yang namanya Bimbingan Skripsi. Pas pertama kali dikumpulkan jadi satu buat bahas judul yang pernah diinput, dan judul gue yang diterima adalah judul asal-asalan yang inspirasinya datang dengan kekuatan kepepet, gue bener-bener belum sreg sama judul yang gue ajuin pas waktu itu. Untung bapak dosen pembimbing gue mengerti dengan kebingungan yang tergambar jelas diwajah gue, kata bapaknya gue kelihatan banget kalo lagi mikir jero -_- mata gue nggak bisa bo’ong, kita saling bertatapan, tapi untung kita nggak saling jatuh cinta. Bahaya .-.

Pertemuan pertama diakhiri dengan amanah dari sang dosen supaya kita bikin skripsi yang sesuai sama kemampuan kita, tema yang kita senangi dan yang mudah didapatkan. Akhirnya, berhubung waktu itu masih sibuk juga mau PPL gue memutuskan untuk menemukan judul sambil jalan, gue nggak mau kepikiran dulu sama skripsi. 

Beberapa minggu kemudian setelah gue menjalani PPL, KKL, akhirnya muncul juga insiprasi judul skripsi, judul gue ambil dari kegiatan yang pernah gue jalani selama PPL, untung juga bapak ibu angkat gue selama PPL dengan senang hati akan membantu kalo ada yang mau mengadakan penelitian di lembaga itu. Setelah gue baca beberapa skripsi yang berhubungan sama pekerjaan sosial, gue memutuskan untuk mengajukan proposal skripsi dengan judul “Peran Pekerja Sosial dalam Pendampingan Desa Mandiri dan Produktif di Dusun Gamplong, Desa Sumber Rahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta” dan dosbing gue meng-acc judul gue secara online lewat pesan WA. Udah gue screenshoot tapi berhubung hape gue rusak jadi nggak kesimpen dihape. T.T

Bahagia itu sederhana , sesederhana kata “Ya Silakan” buat judul yang udah gue ajuin. Gue jadi semangat menjalani hari-hari gue bersama (calon) skripsi gue. Gue mulai getol nyari buku, jurnal, berita, data statistik buat bahan referensi skripsi gue. gue jadi rajin ke perpus buat sekedar ngadem kalo buku yang gue nggak ada. Gue juga jadi rajin ke warnet buat nyari ide merangkai kata pertama diawalan latar belakang gue. J J
Ini masih awal perjalanan, gue pikir kalo gampang kalo cuma nunggu  dosen berjam-jam, ternyata pas dijalani nggak semudah itu. Akhirnya gue bener-bener ngrasain apa yang selama ini kakak-kakak tingkat gue rasain. Nunggu (?) iya kalo harapan buat ketemu dosen itu ada, kalo misal tipe dosen yang nggak bisa janjian (?) mau gimana lagi kalo selain nunggu. Iya emang gue harus nunggu, walapun nggak seasik itu :”)

Bersambung . . . . . . .


Yogyakarta, 14 Januari 2016

Aku yang sebentar lagi semester 8


MENAPAKI PUNCAK MONGKRONG

Januari 14, 2016 0
Another peak to see  sunrise of Borobudur

Satu lagi setelah puncak, bukit, punthuk atau hal-hal ang berbau ketinggian di Borobudur adalah Puncak Mongkrong. Pagi itu gue dibangunin sama dering hape bertanda ada sms masuk. Kebetulan Allah lagi mendatangkan tamu istimewa buat gue, jadi sambil males-males guling-guling di kasur dengan mata setengah sadar gue buka sms itu yang isinya sebuah ajakan “Ken arep melu ra?”  . Batin gue tumben banget pagi-pagi tetangga masa gitu gue sms ngajakin kemana nggak jelas. Tadinya gue males, masih ngantuk. Eh,  ternyata pas gue mau buka pintu depan serombongan pemuda-pemudi desa Kurahan Cawangsari udah ada didepan rumah gue. Yang gue kenal deket cuma satu orang aja sih, iya itu tetangga let 1 rumah ama gue, yang lainnya udah masuk bagian Kurahan beda RT. Gue tanya “arep nang di eh?” dijawabnya “Mongkrong”. Apaan tuh? Nama yang aneh? Mongkrong gaul (?) batin gue. Tapi berhubung gue lagi jomblo dan ingin menambah pertemanan dengan begitu mungkin bisa saja bertemu jodoh gue, gue mengiyani ajakan tersebut. (abaikan aja tulisan barusan) Setelah gue tahu, gue ternyata tertua kedua dalam perjalanan ke Mongkrong ini, rata-rata ini dedek-dedek gemes yang dulu adek angkatan gue pas SD, ada adek angkatan gue juga pas SMA tapi dia angkatan 2016, dan dia ngira gue kalo gue masih SMP. Betapa Tuhan Maha Asyik menciptakan wajah se Baby face ini J J

Perjalanan kesana kita tempuh dengan menggunakan sepeda motor. Gue nggak mau bonceng depan, gue maunya diboncengin. Soalnya gue udah memperkirakan perjalanan kesana bakal nglewatin jalan yang menanjak menikung tajam. Gue sebagai seorang yang tinggal di Bororbudur agak nggak terlalu merasa gagal karena belum menikmati puncak-puncak yang ada disini. Kayak puncak Sukmojoyo gue belum pernah ,  cuma diceritain sama temen gue kalo jalan kesana itu menajak curam. Gue agak trauma gitu deh kalo sama tanjakan turunan yang curam gitu, mengingatkan pada masa lalu pas KKN yang bikin puasa hari pertama gue gagal. Hehe

Inget kata pepatah “jatuh tikungan jalan bisa menyebabkan patah tulang dan atau kematian, tapi terjebak dalam tikungan teman bisa menyebabkan patah hati dan matinya silaturahmi” ~ keken (2015)

Back to Mongkrong ...
Dan bener kan, perasaan gue kalo jalan kesana emang menanjak curam gitu. Gue yang bonceng temen gue malah parno sendiri, “mbak nen alon-alon wae,” . Jarak ke puncak Mongkong sekitar 3 sampe 4 km dari rumah gue, rumah gue sekitar 0,5 km dari candi Borobudur, rumah gue nggak ada di Google Maps, tapi Toko Rani Jaya yang jaraknya Cuma 50 meter dari rumah gue ada. Lah terus hubungannya sama Mongkrong apa? nggak ada , biar tulisannya banyak ajaa . . .

Oke, jadi waktu yang perlu ditempuh untuk menuju mongkrong adalah sekitar 20 menitan udah sama naek-naeknya juga, sebenernya jaraknya deket kalo kita langsung lewat Desa Tuksongo pas perempatan SD Tuksongo itu kita belok kanan lurus aja sampe ada tanda tulisan Mongkrong arah panah ke Kiri. Lanjut lurus terus ajaaaa melewati jalan lurus yang berkelok dengan tanjakan yang ada polisi tidurnya, (jujur gue nggak ngerti jalan pikiran orang yang bikin polisi tidur di jalan tanjakan yang curma begono), nah sampe dipersimpangan itu ada tanda kalo ke kanan ke Puncak Sukmojoyo kalo ke kiri ke Puncak Mongkrong, pilih aja yang? Kiri ... pinter !! Tanjakan masih berlanjut sampe kita memasuki halaman rumah warga yang dijadikan lahan parkir. FYI, buat parkir kita bayar 2000 ribu aja, dan tiket masuk 8000 aja. Tapi pas waktu itu gue nggak bayar sama sekali, soalnya ada malaikat tanpa sayap yang nggak mau diganti uangnya, udah gitu pas balik dibayarin juga makan bubur ayamnya. Ah, Surat Ar-Rahman ayat 13 kembali terbukti “maka, nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan”

Disana berhubung udah ada yang bawa kamera DSLR, dan yang gue bawa juga bukan smartphone tapi biasa-phone jadi gue nggak bisa kayak anak kekinian update di linimasa deh. wkwkwk. Yang penting paling enggak ada satu aja foto gue disitu, hehe

Kata temen gue, paling enak ke Mongkrong kalo nggak pagi banget ya pas Sunrise, kalo siang udah rame gitu, soalnya kelihatan dari sini kelihatan 4 gunung yang ada di Jateng. Pas gue kesana juga udah agak siangan, kabutnya nggak terlalu tebal, jadi nggak terlalu kayak samudra di atas awan, tapi kelihatan gunung Merapi, Merbabu, Sumbing , dan Sindoro. Dari puncak Mongkrong juga kelihatan puncak Sukmojoyo, dan Gereja Ayam yang dulu pernah jadi tempat favorit gue sama bokap buat sekedar nongkrong atau jalan-jalan sambil cerita kancil versi bokap gue, itu udah satu dekade silam.

Di Puncak ini kita menghabiskan dengan enjoy the view, beberapa ada yang siap eksyen dengan berbagai anak model. Yaps, tentu aja gue juga ikutan lah, mumpung, Heheheehehehehe. Matahari mulai merambah ke atas cakrawala, kami asyik berfoto ria, gaya ala ala candid juga tak lepas dari jepretan lensa kamera. Ada yang beneran candid ada yang beneran enggak. Gue mensyukuri kematian hape gue yang smartphone, gue nggak terlalu banyak nunduk buat sekedar lihat recent update bbm. Gue lebih menikmati alam yang disajikan Tuhan yang Maha Seniman, gue juga seneng bisa jalan sama temen-temen sedesa gue. Walaupun gue semeseter tua tapi tetep ngrasa mudaa :p

Borobudur, 2 Januari 2016

Aku yang kangen nulis dan
aku yang pengen nulis tentang jalan-jalan


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda