Langsung ke konten utama

Postingan

Buku : Koala Kumal

Pengarang : Raditya Dika Review : Koala Kumal, salah satu bukunya Raditya Dika yang akhir-akhir ini ngehits di pikiran gue. Seperti biasa kalo abis baca buku apa gitu pasti ada kata-kata dalam buku yang nyantol di pikiran dan jadi pikiran terus dipikirin dan akhirnya kalo dipikir-pikir emmmm bener juga yaa, rasa-rasanya kayak kita pernah ngalamin gitu. Ada beberapa kalimat di buku Koala Kumal ini mengusik hati dan pikiran gue. Salah satunya yang di bagian “ Balada Lelaki Tomboy ” disitu ceritanya Dika deket cewek, temen SMA nya yang tomboy dan suka banget sama club arsenal, suka sama segala hal yang berkaitan sama Jet Lie. Cewek ini juga yang   bikin Dika semangat ngeGym buat ngurusin perut buncitnya. Beberapa bulan deket akhirnya mereka memutuskan pacaran. Tapi emang bener ya, rasanya pas belum jadi apa-apa sama udah jadi apa-apa gegara sebuah status yang namanya pacaran jadi berubah. Setelah mereka pacaran malah banyak yang berubah, si Ceweknya Dika mulai cuek. Dika nya

Teman untuk Pulang

Ini bukan tentang teman perjalanan pulang ke kampung halaman, bukan pula teman sekampung halaman, dan bukan pula tentang rumah teman yang dimana kamu pulang. Ini tentang teman yang selalu menjadi tempat berpulang. Berpulangnya segala cerita, berpulangnya segala kenangan, berpulangnya segala keinginan untuk kembali bersama. Aku heran dengan pertemanan kita. Sebagai manusia yang tidak sempurna kita bukan juga teman yang sempurna. Kadang bahkan sering kali kita datang ketika aku butuh kamu atau kamu butuh aku. Namun ini sudah terjalin cukup lama dan kita nyaman-nyaman saja dengan gaya pertemanan ini. Kita jarang bersua dengan emoticon kiss atau hug di dunia maya, yang memperlihatkan betapa dekatnya kita, aku pun jarang memperhatikanmu bilamana kubaca status facebookmu seperti sedang dirudung masalah. Aku pikir kita sama-sama tahu, bila kamu butuh aku, kamu harus kemana. Aku heran gaya pertemanan kita, aku heran jenis pertemanan apakah kita? Kita jarang saling sapa di dunia maya, kita jara

Catatan Akhir Kuliah : SKB 12

Disuatu kampus yang sedang merangkak menuju World Class University   terdapat sebuah maskapai penerbangan yang setiap awaknya memiliki tujuan dan cita-cita masing- masing.     (zzzzzzz) formal banget. Skip lah pendahuluannya. (-__-) Sebuah karya JAHIL dari kolaborasi 4 tangan anak manusia. Sebelumnya kita mau minta maaf dulu ya teman-teman kalo tulisan disini akan membuat kalian tersinggung maupun tersungging (?). Ini nggak lebih dari hanya sebuah bayolan konyol buat seru-seruan, tapi ini juga bisa lo   buat bekal cerita untuk anak-anak kita nanti. Mbok-mbokan besok mau cerita sama anak tentang temen seperjuangan jaman kuliah kan tinggal buka catetan ini buat contekan. Hahaha Oh ya, ini juga menggambarkan betapa kita (penulis-red) perhatiannya sama kalian gaes, :v  Sampe-sampe kita kudu ngamati kalian satu persatu nih.   1. Keken Yaaa masak aku nulis tentang aku sendiri, kan narsis :p *peace*   2. Ella Perkenalkan anggota maskapai nomer urut 2. Namanya Laila Nur Rosyidah,

Lagu Kenangan

Ada lagu yang selalu mengingatkan pada kenangan yang ingin dilupakan, tapi aku memilih untuk tetap mendengarkannya. Setiap lagu memang punya kenangan. Kenangan bersama keluraga, teman-teman, dan seseorang yang spesial. Ah, lagu, selalu saja ada cerita dibaliknya. Aku masih belum ingin beranjak dari lagu-lagu yang dulu sampai sekarang masih tetap di daftar lagu yang paling sering diputar. Aku masih ingin tinggal dalam kenangan yang tergambar dalam setiap alunan lagu-lagu itu. Ah, ternyata memang benar. Ada lagu yang selalu ingin aku hindari, tapi aku tak mau menghapus dari playlist. Lagu   ini semacam kamu. Yah, kamu memang telah pergi. Tapi aku masih saja menulis tentangmu. Meskipun terkadang aku masih berharap padamu, aku masih merasa ada kisah kita yang belum terselesaikan. Tapi entahlah, mungkin kamu sudah bahagia. Atau kamu malah masih merasa seperti aku? Masih teringat padaku? Dan kita hanya saling menunggu, menunggu siapa yang berani untuk memulai? Haruskah aku yang memulainy

cerpen : Surat untuk Mbak Risma

Untuk : Mbak Risma Mbak... Mbak Risma... Kalau Mbak Risma sudah baca surat ini mungkin aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Aku sudah pergi jauh mbak.  Mbak, sebenarnya aku kangen banget sama Mbak Risma. Mbak tahu nggak? Mbak itu orang pertama yang bisa bikin aku semangat belajar mbak. Mbak, aku pengen cerita banyak banget ke Mbak Risma. Mbak Risma inget nggak pertama kali saat Mbak Risma datang sama teman-teman mbak buat acara pembukaan pendampingan belajar di desaku? Mbak inget kan? Tapi mungkin mbak belum kenal aku. Aku pun belum kenal mbak. Aku masih mengganggap Mbak Risma dan teman-temannya itu sebagai sosok asing yang datang ke desaku mbak. Aku heran mbak, kenapa ada mahasiswa yang mau-maunya datang ke tempat kotor ini mbak. Mbak sendiri tahu kan gimana keadaan orang-orang yang ada di desaku, yang kebanyakan orang-orangnya bekerja di dunia prostitusi, tapi aku tidak tahu apa itu prostitusi mbak? Tiap kali aku tanya ke Mbak Risma apa itu prostitusi, Mbak Risma nggak pernah jawab