Untuk : Mbak Risma
Mbak...
Mbak Risma...
Kalau Mbak Risma sudah baca surat ini mungkin aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Aku sudah pergi jauh mbak. Mbak, sebenarnya aku kangen banget sama Mbak Risma. Mbak tahu nggak? Mbak itu orang pertama yang bisa bikin aku semangat belajar mbak. Mbak, aku pengen cerita banyak banget ke Mbak Risma.
Mbak Risma inget nggak pertama kali saat Mbak Risma datang sama teman-teman mbak buat acara pembukaan pendampingan belajar di desaku? Mbak inget kan? Tapi mungkin mbak belum kenal aku. Aku pun belum kenal mbak. Aku masih mengganggap Mbak Risma dan teman-temannya itu sebagai sosok asing yang datang ke desaku mbak. Aku heran mbak, kenapa ada mahasiswa yang mau-maunya datang ke tempat kotor ini mbak. Mbak sendiri tahu kan gimana keadaan orang-orang yang ada di desaku, yang kebanyakan orang-orangnya bekerja di dunia prostitusi, tapi aku tidak tahu apa itu prostitusi mbak? Tiap kali aku tanya ke Mbak Risma apa itu prostitusi, Mbak Risma nggak pernah jawab kan? Mbak Risma malah bilang “Suatu hari kamu akan mengerti.” Tapi sampai sekarang aku nggak ngerti mbak. Yang aku tahu kebanyakan orang-orang di sekitar rumahku kerjanya sama seperti ibukku mbak. Iya ibukku, tiap malam pulang diantar laki-laki yang berbeda tiap harinya. Ahh, aku pikir itu teman-teman ibuku. Ibuku kan pandai bergaul, iya kan Mbak?
Mbak Risma, aku pengen bilang makasih banyak, karena Mbak Risma, aku jadi semangat belajar. Mbak Risma adalah satu-satu nya Mbak-mbak dari UNY yang sabar menghadapi aku dan bisa buat aku jadi mau belajar. Aku sudah bisa membaca tanpa mengeja lagi mbak. Aku sudah bisa menulis latin mbak, dan aku juga sudah bisa menghitung mbak. Mbak seneng kan?
Mbak, aku mau cerita. Sejak Mbak Risma jadi pendamping aku buat bantuin aku belajar, aku jadi kepikiran Mbak Risma terus. Mbak Risma inget kan? Saat pertama kali kita belajar bareng dan aku nimpukin buku tebal ke kepala Mbak Risma gara-gara aku nggak mau belajar. Dan Mbak Risma nggak marah, malahan Mbak Risma minjemin HP mbak, buat iming-iming aku supaya mau belajar, dan itu berhasil mbak. Dan semangat aku buat belajar jadi meningkat mbak, kalau aku dikasih HP. Aku jadi nunggu-nunggu buat pendampingan belajar lagi, supaya bisa pinjam HP nya Mbak Risma lagi.
Mbak Risma, aku nakal ya? Iya kan Mbak? Akui sajalah mbak. Aku tahu kok aku nakal. Aku nakal bukan karena aku pengen buat Mbak Risma kesal. Aku pengen selalu dapat perhatian dari Mbak Risma dan mbak-mbak yang lain juga. Aku pengen semuanya memerhatikan aku. Maaf ya Mbak, aku sering buat gaduh di kelas pendampingan. Aku sering teriak-teriak nggak jelas di kelas. Aku sering keluar-masuk kelas seenaknya. Aku sering molesi Mbak Risma. Tapi kok Mbak Risma nggak bales aku sih? Kan nanti kita bisa perang-perangan Mbak? Mbak, dirumah aku jarang diperhatikan mbak. Ibukku sibuk bekerja dan Bapak entah pergi kemana, dan aku dirumah hanya sering bersama kakak perempuanku yang juga lebih sering menghabiskan waktunya diluar. Aku kesepian mbak. Aku nggak punya temen. Temen-temen nggak ada yang mau sama aku, nggak tahu kenapa mbak. Pernah suatu hari ketika aku melihat teman-teman sedang bermain di lapangan. Mereka sedang bermain petak umpet, lalu ada salah satu teman yang ngumpetnya di dekat sungai, aku sudah memperingatkan temanku untuk tidak bersembunyi disitu karena aliran sungainya deras dan nanti dia bisa jatuh. Tapi dia malah mengusirku dan mengata-ngataiku. Katanya aku nggak usah ikut campur, aku kan nggak ikut dalam permainan. Aku marahlah mbak, terus aku dorong dia sampai jatuh ke sungai dan dia hanyut. Dia teriak minta tolong tapi aku pergi berlari meninggalkannya, aku takut mbak. Aku nggak tahu harus berbuat apa, lalu aku ke rumah orang tua temanku itu dan bicara kepada mereka kalau aku tadi mendorong anak mereka kesungai dan sekarang sedang hanyut. Otomatis mereka langsung panik, bahkan Bapaknya temenku sempat menamparku hingga aku jatuh dan tak sengaja kepalaku terbentur batu lalu beliau berkata “Dasar anak pembawa sial”. Aku menangis dan melihat mereka pergi berlari ke arah sungai sembari memanggil para warga untuk meminta bantuan. Mbak, aku salah lagi. Apa aku memang pembawa sial mbak?
Akhirnya temanku itu bisa diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit. Sejak saat itu, semakin banyak teman yang menjauhiku. Ibu dan kakakku seolah tak peduli dengan masalahku mbak. Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Mereka jarang memerhatikan aku. Sampai akhirnya ada Mbak Risma yang tiap hari Rabu dan Minggu datang untuk mengajar. Dan aku senang sekali Mbak Risma selalu perhatian padaku mbak. Mbak Risma selalu mengajaku mengobrol dan bercerita lucu, kalau aku salah Mbak Risma juga tidak terlihat marah kepadaku, malah Mbak Risma menasihatiku dengan suara yang lembut. Dan aku suka itu mbak. Jadi aku sering gaduh di kelas supaya Mbak Risma memerhatikan aku terus mbak.
Mbak Risma, aku pengen cerita. Aku kangen sama bapakku. Aku iri sama teman-teman kalau mereka kesekolah di antar sama bapak mereka. Mbak Risma tahu nggak sih, kemana bapakku pergi? Mbak aku nggak percaya sama cerita orang-orang yang kalau katanya Bapakuku seorang bandar narkoba dan sekarang sedang diburu polisi. Narkoba itu apa sih mbak?
Aku nggak percaya mbak, yang aku tahu malam hari sebelum bapak pergi bapak bilang kalau bapak akan selalu sayang sama aku. Bapak akan pulang. Bapak mau cari kerja. Bapak pergi bawa tas besar mbak, hanya sekelebat aku melihat isinya apa. Bungkusan berwarna coklat yang banyak. Tapi aku tak tahu apa itu.
Mbak Risma harus tahu yaa, kalau sejak ada pendampingan belajar itu aku dirumah jadi sering membaca lho mbak. Soalnya kata Mbak Risma, aku aku bisa baca lancar nanti Mbak Risma bakal kasih aku hadiah, aku suka sekali hadiah mbak. Mbak sering-sering yaa kasih aku hadiah.
Kata Bu Guru di sekolah, aku sudah mulai bisa memerhatikan pelajaran mbak. Dan bisa menjawab soal. Mbak inget kan, waktu aku cerita aku terpilih jadi perwakilan untuk ikut lomba cerdas cermat kelas satu SD tingkat kecamatan. Aku nggak percaya kalau aku yang terpilih untuk menjadi perwakilan sekolah. Aku merasa kalau selama ini aku anak yang nakal dan bodoh mbak, tapi semuanya berubah saat aku ketemu Mbak Risma. Dan aku masih ingat saat Mbak Risma menangis karena aku nggak mau belajar dan aku malah marah dan nimpukin Mbak Risma dengan buku-buku. Aku jadi tahu kalau Mbak Risma itu sayang banget sama aku dan pengen aku jadi rajin belajar. Sejak saat itu aku bertekad untuk giat belajar. Mbak Risma ingat juga nggak?Saat Mbak Risma dimarahi ibuku sewaktu Mbak Risma membela aku pas aku sedang belajar malah disuruh ibukku untuk membeli sabun di warung untuk mandi ibukku. Mbak Risma bilang “Alda sedang belajar bu. Tolong beli sabunnya nanti saja.” Eh tapi malah ibukku marah-marah sama Mbak Risma ngatain kalau Mbak Risma itu bukan siapa-siapa yang berhak ngatur aku. Ngatain Mbak Risma hanya orang asing yang mencoba mengatur kehidupan keluarga kami. Ibukku juga malah memukulku karena tidak mau nurut sama ibu, dan bilang kalau aku anak durhaka. Sebenarnya niat Mbak Risma baik kan mbak? Supaya belajarku tidak terganggu dan di papan pengumuman juga telah bertuliskan kalau anak sedang belajar orang tua harap mendukungnya. Yah, tapi itulah ibuku Mbak, ibukku sibuk mencari uang dan sering pulang malam dan capek. Aku juga tahu ibukku bekerja untuk makan kami sehari-hari, untuk membayar sekolahku dan kakakku juga. Maka sejak itu, aku bertekad untuk jadi anak rajin Mbak, yang giat belajar.
Mbak Risma, Akhirnya aku menang juara umum di lomba cerdas cermat itu lo mbak. Waktu upacara di sekolah aku dipanggil kedepan untuk menerima hadiah berupa buku, sertifikat, dan uang. Aku senang sekali mbak, aku dapat uang banyak. Aku pengen beli sepatu baru mbak. Kemudian uangnya aku kasih ke ibukku mbak. Aku bilang ke ibukku kalau aku pengen beli sepatu eh tapi kata ibuku tidak usah, uangnya disimpan ibu saja untuk kebutuhan sehari-hari. Akhirnya aku tidak jadi beli sepatu mbak. Uangnya ditabung sama Ibuku. Tapi entah kenapa mbak, setelah aku kasih uang itu ke Ibuku, dia malah beli baju untuk dirinya sendiri, banyak lagi mbak, sampai ada tiga tas isinya baju barunya ibuku semua. Bahkan untukku pun tidak ada. Aku takut bertanya mbak, aku takut dipukuli lagi. Mbak, sebenarnya dia ibukku bukan sih mbak?
Mbak, aku mulai capek nulis surat ini. Tapi masih banyak lagi yang ingin aku ceritakan. Mbak, akhir-akhir ini aku sering pusing. Nggak tahu kenapa. Aku juga sering mimisan mbak, ini semua bermula sejak terakhir kali aku dipukuli ibukku sampai aku pingsan. Aku dipukuli karena aku menyemprotkan minuman yang sedang aku minum ke muka teman laki-laki ibuku yang malam itu berkunjung kerumah mbak. Laki-laki itu kurang ajar mbak, aku melihat dari balik pintu kamar. Aku melihat laki-laki itu mencoba membuka baju ibuku mbak, dan herannya ibuku kok tenang-tenang saja ya mbak. Tapi aku ingat bapakku mbak, aku nggak mau ibukku seperti itu dengan laki-laki selain bapakku. Perbuatan ibukku itu tidak boleh kan mbak? Maka aku keluar kamar, mengambil minum dan menyemprotkan ke muka laki-laki itu. Laki-laki itu besar dan hitam, dia marah, ibukku juga kaget dan marah langsung menamparku hingga aku tersungkur jatuh membentur pintu. Aku pingsan dan aku tak tahu apa-apa lagi.
Keesokan harinya aku bangun dan tersadar kalau aku ada ditempat tidur, tapi aku tidak tahu ini di kamar siapa, yang jelas kamar ini lebih bagus dari kamarku. Tiba-tiba seorang lelaki tua masuk, oh ternyata itu tetanggaku. Dan menceritakan kejadian semalam. Kata tetanggaku aku ditemukan tergeletak tak berdaya di belakang pintu, setelah ibuku menamparku, dia tidak menolongku, dia malah pergi meninggalkan aku dengan lelaki itu. Tetanggaku yang mendengar kegaduhan dari rumah berlari kerumahku dan menemukan aku. Mbak, dia ibukku bukan sih?
Mbak, ternyata kamar itu namanya rumah sakit. Sudah seminggu aku disana dan aku sering muntah darah mbak. Aku sering sakit kepala mbak, untungnya aku tidak sendirian mbak. Masih ada nenekku yang datang dari desa tetangga yang mau merawatku. Ibu dan kakakku tak terlihat untuk menengokku mbak. Mbak, kepada nenekku aku sering bercerita tentang Mbak Risma loh. Mbak Risma yang suka membantuku mengerjakan PR, Mbak Risma yang suka bercerita, Mbak Risma yang sabar menghadapi kelakuan nakalku. Aku sayang sama Mbak Risma, tapi maaf ya mbak, aku sering nakal sama Mbak Risma.
Mbak, sakit kepalaku semakin menjadi mbak, sudah tiga minggu semenjak aku pulang dari Rumah Sakit tapi aku masih sering muntah darah. Aku takut mbak. Mbak Risma dimana? Mbak kok nggak jenguk aku?
Sekian dulu surat dari ku yaa mbak, masih banyak cerita yang ingin aku ceritakan sama Mbak Risma, tapi kepalaku mulai sakit lagi ini mbak. Aku mau tidur dulu ya Mbak. J
Alda
***
Aku merenung membaca surat itu, mataku panas dan berkaca-kaca. Dua bulan setelah kepergian Alda baru kuterima surat itu. Surat itu kuterima dari tetangga Alda, ketika hari ini aku berkunjung ke pemukimannya untuk melihat bagaimana kabarnya karena sudah lama kutinggalkan. Tapi yang kudapati hanya sepucuk surat ini dan kabar kalau Alda sudah meninggal. Keluarga Alda pindah entah kemana.
Alda adalah seorang anak kelas satu SD di suatu pemukiman yang terkenal dengan kehidupan prostitusinya di Kota Yogyakarta. Aku mengenalnya sejak dia menjadi salah satu anak didikku di Rumah Pendampingan Belajar yang didirikan oleh temanku dalam rangka pemberdayaan masyarakat di pemukiman itu. Entah apa alasan temanku memilih tempat itu dan bagaimana dia mendapatkan ijin mendirikan Rumah Belajar di daerah yang kebanyakan orang menganggap tempat itu adalah sumber maksiat karena kebanyakan masyarakat disini bekerja sebagai PSK, mucikari, germo, dan hal lain yang berhubungan dengan keprostitusian.
Pertama kali bertemu dengannya aku harus menahan emosiku karena anak ini susah sekali diatur. Dia tidak mau belajar dan sering mengganggu teman yang lain saat pendampingan belajar. Aku pikir ada yang salah dengan anak ini, dan ternyata dugaanku benar.
Alda , seorang anak yang kurang kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya. Jadi dia sering membuat ulah supaya mendapatkan perhatian. Sejak aku mengetahui bagaimana kondisi keluarganya dan kehidupan yang dia jalani, aku merasa iba dan ingin sekali membantunya. Yah, yang bisa aku lakukan adalah memberikan perhatian terbaikku untuknya. Aku ingin dia menjadi anak yang rajin belajar, bisa membaca lancar dan menulis.
Syukurlah jerih payah usahaku dan teman-teman lain, Alda mulai menunjukkan perubahan belajar yang berbeda, meskipun tetap dengan sifatnya yang sering membuat gaduh di kelas pendampingan, tapi dia menunjukan peningkatan pada pengetahuannya. Dia mulai lancar membaca dan menulis, setiap ada soal yang kulontarkan pada anak-anak, Alda sering menjawab cepat dan tepat. Aku senang sekali ketika mendengar dirinya mendapat kesempatan untuk mengikuti lomba cerdas cermat untuk mewakili sekolahnya.
Sayangnya, anak sekecil itu harus mengalami kehidupan yang berat jika dibandingkan dengan kehidupan keluargaku. Aku rasa begitu.
Alda , seorang anak dari keluarga yang kurang harmonis. Ibu nya adalah seorang pekerja seks komersial dan Ayahnya adalah buronan polisi karena terlibat sindikat perdagangan narkoba, yang kabarnya tewas tertembak ketika akan kabur dari kejaran polisi. Sampai akhir hidupnya Alda tidak tahu bagaimana keadaan ayahnya, yang dia tahu ayahnya pergi bekerja dan akan pulang, tapi semua itu hanya impian belaka.
Terakhir kali aku melihat Alda adalah ketika dia bercerita padaku kalau dia terpilih menjadi perwakilan lomba cerdas cermat, dia memintaku datang saat lomba, tapi aku tidak bisa karena aku mendapat tugas dari kampusku yang tak bisa kutinggalkan. Akhirnya aku mengorbankan Alda dan anak-anak yang lain, untuk cuti mendampingi belajar mereka.
Penyesalan kini bertumpuk di dadaku, aku menyesal karena tidak bisa menemani Alda sampai akhir hidupnya. Aku menyesal karena tidak bisa mendampingi saat moment berharganya. Tapi aku juga tidak menyangka bahwa kehadiranku adalah penting baginya. Jadi aku harus tetap bangga padanya, aku turut bahagia karena aku bisa menjadi salah satu yang bermakna dalam kehidupannya. Aku bahagia karena aku menjadi salah satu orang yang bisa membuat Alda senang.
Alda, Mbak Risma selalu sayang sama Alda. Maafkan Mbak Risma sayang, semoga kamu tenang dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.
Didesikasikan untuk KUS: PLUS , Karisma , dan Aldi
Komentar
Posting Komentar