05 April 2014

In Nonfromal Education We Trust

Hari ini super sekali teman-teman, kita dapat motivasi banyak banget dari orang-orang yang hebat. Dari tadi setelah selesai kuliah keaksaraan, aku dan teman-teman yang ikut dalam pendampingan belajar mandiri di kali code, mengadakan rapat guna membahas komitmen kita dan ketepatan waktu untuk datang mendidik anak-anak di kali code.
Yah, pertama ditanya dulu kesan-pesan pertama, dan tanggapannya positif semua. Sebagian ada yang prihatin dengan kondisi nilai pelajaran anak-anak yang jauh dari kata memuaskan, kalo aku sih alasanya supaya dapat pengalaman ngajar dan biar nggak selo. Sungguh, selo itu membosankan kalo cuma glundang-glundung di kamar nggak jelas, nggak punya kerjaan. Hehe
Nah, dari situ kita punya tekad buat menjadikan anak-anak di kali code itu menjadi anak yang semangat belajar, masyarakat di dusun parakan itu sudah percaya banget sama kita. Kalo denger ceritanya dari temen-temen yang ikut pada saat pembukaan pendampingan belajar mandiri itu, masyarakat disana antusias banget. Masyarakat disana menyiapkan tratak semacam tenda, salon, kursi-kursi tamu, padahal temen-temenku kira pembukaan hanya sesederhana duduk bersama dan memanjatkan doa, ternyata masyarakat lebih menyiapkan sesuatu yang wah, yang membuat hujan di mata karena terharu.
Itu artinya masyarakat di sana menaruh harapan besar kepada kita, Mahasiswa PLS yang mengadakan kegiatan pendampingan belajar disana. Pesan dari ayah salah satu temenku, dalam bahasa jawa yang artinya kira-kira begini “Kalo misalnya dedikasi kita belum bisa diakui sekarang, pasti suatu saat akan ada waktunya mereka akan mengakui kerja keras kita”. Jadi jangan jadikan kegiatan pendampingan belajar ini sebagai sebuah pekerjaan atau beban, tapi jadikan saja hanya sebagai pengalaman.
Ohya satu lagi pengalaman yang berhubungan sama pendampingan belajar ini. Berempat dari kita di minta untuk menbantu day care  yang ada di Olifant Preschool and Elementary School. Asal tahu saja, sekolah ini bisa dibilang bertaraf internasional, soalnya kebanyakan orang-orang yang menyekolahkan anak-anaknya disini adalah kaum-kaum blasteran dan borjuis. Sekiranya kita diminta untuk menemani, mengajak, dan bermain bersama anak-anak yang super unyu dan kece. Haha
Satu cerita lagi dan ini benar-benar menggugah hati dan perasaan supaya lebih mantap lagi di PLS. Tadi sewaktu berkunjung ke PKBM Griya Mandiri, kita ketemu lagi sama Mbak Novi. Mbak Novi ini mahasiswa PLS pasca sarjana yang juga sedang mencari pengalaman di PKBM ini. Dari cerita beliau, bisa aku katakan kalo aku ketemu langsung sama orang yang benar-benar melakukan teaching and traveling  yang biasanya Cuma bisa aku baca cerita-ceritanya di twitter dan buku. Beliau ini dulunya adalah mahasiswa Administrasi perkantoran UNJ yang bekerja di salah satu LSM di papua yang sekarang sedang menempuh S2 di UNY. Nah selama di papua ini mbak novi baru sadar kalo selama ini, yang dia lakukan di LSM itu merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah. Dia fokus pada pendampingan anak-anak dan sekarang sedang tertarik untuk mengembangkan PKBM di papua. Selain anak-anak, dia juga tertarik pada isu HIV/AIDS dan pemberdayaan wanita.
Kata mbak novi, kalo saja dia belum menikah dia masih pengen keliling indonesia untuk nyari pengalaman ini dan itu. Wanita keturunan maluku ini mengaku kalo kakinya masih pengen melalang buana ke pelosok negeri. Pokoknya kereeen. Kata mbak novi, dia bilang kalo kita ini nggak salah PLS.
Ohya, satu lagi alasan mbak novi memilih PKBM Griya Mandiri yang kabarnya baru dalam masa yang kritis karena dia tertarik dengan bagaimana Bu Endang akan terus bertahan di masa-masa sulitnya PKBM, karena kalau bisa bertahan, bukankah itu sesuatu yang patut diacungi jempol.
Ohya, bu Endang ini adalah pengelola utama atau ketua PKBM Griya Mandiri ini. Beliau sangat menjunjung tinggi komitmen dan seorang pekerja keras yang sedang memperjuangkan nasib-nasib PKBM yang saat ini banyak yang mati. Tadi juga dapat pesan dari beliau dan mba novi, “itulah bedanya praktisi dan akademisi, terkadang sebagai seoarang akademisi yang lebih sering berbicara tentang teori dan mencetuskan ide ini dan itu, tidak tahu kondisi lapangan yang sebenarnya, yang lebih tahu kondisi sebenarnya adalah praktisinya”. Prihatin juga dengan bu Endang yang berjuang untuk memecahkan masalah PKBM sementara di pencetus PKBM yang duduk di bangku akademisi pas ditanya gimana cara menyelesaikan masalah tersebut hanya bisa menjawab dengan senyuman.
Hmmm, jadi teman-teman dan khusunya buat aku sendiri, mulai dari detik ini lebih ditingkatkan keyakinan kalau kita akan sukses di PLS. Cari pengalaman bersama orang-orang baru, kepolah. :D

Kamar paling pojok Karangmalang E6, 20 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar