Hari ini super sekali teman-teman, kita dapat motivasi banyak banget
dari orang-orang yang hebat. Dari tadi setelah selesai kuliah
keaksaraan, aku dan teman-teman yang ikut dalam pendampingan belajar
mandiri di kali code, mengadakan rapat guna membahas komitmen kita dan
ketepatan waktu untuk datang mendidik anak-anak di kali code.
Yah, pertama ditanya dulu kesan-pesan pertama, dan tanggapannya
positif semua. Sebagian ada yang prihatin dengan kondisi nilai pelajaran
anak-anak yang jauh dari kata memuaskan, kalo aku sih alasanya supaya
dapat pengalaman ngajar dan biar nggak selo. Sungguh, selo itu
membosankan kalo cuma glundang-glundung di kamar nggak jelas, nggak punya kerjaan. Hehe
Nah, dari situ kita punya tekad buat menjadikan anak-anak di kali
code itu menjadi anak yang semangat belajar, masyarakat di dusun parakan
itu sudah percaya banget sama kita. Kalo denger ceritanya dari
temen-temen yang ikut pada saat pembukaan pendampingan belajar mandiri
itu, masyarakat disana antusias banget. Masyarakat disana menyiapkan tratak
semacam tenda, salon, kursi-kursi tamu, padahal temen-temenku kira
pembukaan hanya sesederhana duduk bersama dan memanjatkan doa, ternyata
masyarakat lebih menyiapkan sesuatu yang wah, yang membuat hujan di mata
karena terharu.
Itu artinya masyarakat di sana menaruh harapan besar kepada kita,
Mahasiswa PLS yang mengadakan kegiatan pendampingan belajar disana.
Pesan dari ayah salah satu temenku, dalam bahasa jawa yang artinya
kira-kira begini “Kalo misalnya dedikasi kita belum bisa diakui
sekarang, pasti suatu saat akan ada waktunya mereka akan mengakui kerja
keras kita”. Jadi jangan jadikan kegiatan pendampingan belajar ini
sebagai sebuah pekerjaan atau beban, tapi jadikan saja hanya sebagai
pengalaman.
Ohya satu lagi pengalaman yang berhubungan sama pendampingan belajar ini. Berempat dari kita di minta untuk menbantu day care yang
ada di Olifant Preschool and Elementary School. Asal tahu saja, sekolah
ini bisa dibilang bertaraf internasional, soalnya kebanyakan
orang-orang yang menyekolahkan anak-anaknya disini adalah kaum-kaum
blasteran dan borjuis. Sekiranya kita diminta untuk menemani, mengajak,
dan bermain bersama anak-anak yang super unyu dan kece. Haha
Satu cerita lagi dan ini benar-benar menggugah hati dan perasaan
supaya lebih mantap lagi di PLS. Tadi sewaktu berkunjung ke PKBM Griya
Mandiri, kita ketemu lagi sama Mbak Novi. Mbak Novi ini mahasiswa PLS
pasca sarjana yang juga sedang mencari pengalaman di PKBM ini. Dari
cerita beliau, bisa aku katakan kalo aku ketemu langsung sama orang yang
benar-benar melakukan teaching and traveling yang biasanya Cuma bisa
aku baca cerita-ceritanya di twitter dan buku. Beliau ini dulunya adalah
mahasiswa Administrasi perkantoran UNJ yang bekerja di salah satu LSM
di papua yang sekarang sedang menempuh S2 di UNY. Nah selama di papua
ini mbak novi baru sadar kalo selama ini, yang dia lakukan di LSM itu
merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah. Dia fokus pada
pendampingan anak-anak dan sekarang sedang tertarik untuk mengembangkan
PKBM di papua. Selain anak-anak, dia juga tertarik pada isu HIV/AIDS dan
pemberdayaan wanita.
Kata mbak novi, kalo saja dia belum menikah dia masih pengen keliling
indonesia untuk nyari pengalaman ini dan itu. Wanita keturunan maluku
ini mengaku kalo kakinya masih pengen melalang buana ke pelosok negeri.
Pokoknya kereeen. Kata mbak novi, dia bilang kalo kita ini nggak salah
PLS.
Ohya, satu lagi alasan mbak novi memilih PKBM Griya Mandiri yang
kabarnya baru dalam masa yang kritis karena dia tertarik dengan
bagaimana Bu Endang akan terus bertahan di masa-masa sulitnya PKBM,
karena kalau bisa bertahan, bukankah itu sesuatu yang patut diacungi
jempol.
Ohya, bu Endang ini adalah pengelola utama atau ketua PKBM Griya
Mandiri ini. Beliau sangat menjunjung tinggi komitmen dan seorang
pekerja keras yang sedang memperjuangkan nasib-nasib PKBM yang saat ini
banyak yang mati. Tadi juga dapat pesan dari beliau dan mba novi,
“itulah bedanya praktisi dan akademisi, terkadang sebagai seoarang
akademisi yang lebih sering berbicara tentang teori dan mencetuskan ide
ini dan itu, tidak tahu kondisi lapangan yang sebenarnya, yang lebih
tahu kondisi sebenarnya adalah praktisinya”. Prihatin juga dengan bu
Endang yang berjuang untuk memecahkan masalah PKBM sementara di pencetus
PKBM yang duduk di bangku akademisi pas ditanya gimana cara
menyelesaikan masalah tersebut hanya bisa menjawab dengan senyuman.
Hmmm, jadi teman-teman dan khusunya buat aku sendiri, mulai dari
detik ini lebih ditingkatkan keyakinan kalau kita akan sukses di PLS.
Cari pengalaman bersama orang-orang baru, kepolah. :D
Kamar paling pojok Karangmalang E6, 20 Maret 2014
Komentar
Posting Komentar