Demi konsistensi dan komitmen dalam mengaktifkan blog, jadi aku memutuskan untuk membuat konten baru tentang review buku, dengan memaksakan diri untuk membaca minimal tiga atau empat buku setiap bulannya, ya kalau bisa sih lebih, tapi tergantung mood ~ haha
So here we go ~
CHEROS DAN BATHOZAR – TERE LIYE
Ada dua bagian cerita, pertama tentang Ceros kedua tentang Batozar. Ceros adalah jelmaan dari dua saudara kembar yang berasal dari Klan Aldebaran, sebuah klan kuno yang menjadi klan pendahulu sebelum klan-klan yang lain, (yang mungkin akan ada disekuel selanjutnya, aku sih berharapnya begitu, haha).
Dua saudara kembar ini memiliki kutukan yang menyebabkan mereka berubah bentuk menjadi seekor monster buas yang disebut Ceros. Ketika dalam kondisi sebagai Ceros, mereka akan berubah menjadi monster badak raksasa yang buas, liar, dan merusak segalanya. Mereka juga memiliki kemampuan untuk memanipulasi ruang dan waktu. Sehingga tempat dimana kembar ini hidup sekaligus tempat tersesatnya Ali, Raib, dan Seli hanya memiliki siklus waktu satu jam untuk malam dan satu jam untuk siang. Tempat ini dinamakan Bor-O-Bdur (sebuah nama yang terdengar tidak asing ditelinga, macam bangunan batu yang letaknya lima ratus meter dari rumah, wkwk)
Bagian Cheroz
Di tempat ini, persahabatan tiga sekawan itu diuji, karena ternyata Ali memiliki alat yang bisa menyembuhkan kutukan si Kembar Ceros tersebut. Pilihannya hanya dua, Ali harus tinggal di tempat itu atau mereka bertiga tidak bisa keluar sama sekali dari Bor-O-Bdur.
Bagian Bathozar
Dibagian Batozar (akhirnya Ali bisa kembali ke bumi, yeay) bercerita tentang adanya penampakan benda mirip ufo di dekat tempat karyawisata yang didatangi tiga sekawan ini. Raib mengira itu adalah kapal ILY milik Ali, yang mereka naiki saat tersesat di Bor-O-Bdur.
Tapi ternyata itu bukan kapal ILY. Pencarian si pemilik benda terbang itu menjadi teka-teki bagi Raib, Ali, dan Seli yang membawa mereka pada seorang manusia yang lebih mirip monster bernama Batozar si penjagal.
Sampai satu ketika tiga sekawan ini diculik oleh Batozar dan dia meminta tolong kepada Raib agar bisa melihat wajah istri dan putrinya yang telah ratusan tahun dia lupakan karena dia dipenjara atas perbuatan jahatnya di masa lalu.
Selama tiga sekawan ini diculik Batozar, ternyata Batozar tidak sejahat yang orang-orang katakan, terjadi kesalahanpahaman yang menyebabkan Batozar dipenjara hingga ratusan tahun.
Namun sayangnya, sebelum Raib bisa membantu Batozar, pasukan dari Klan Bulan dan Matahari yang melakukan pencarian tiga sekawan yang diculik ini, datang untuk menyelamatkan mereka. Hingga akhirnya terjadi pertempuran yang menyebabkan musnahnya Batozar. Entah dia hilang atau entah dia benar-benar lenyap dari bumi.
Beruntungnya didetik-detik terakhir kehidupan Batozar, dengan penuh mengerahkan kemampuannya Raib bisa mengembalikan ingatan Batozar akan wajah istri dan anaknya.
Pesan dari novel ini, dont jugde a book by its cover. Sebenarnya aku masih bingung bin penasaran, soalnya di novel selanjutnya nggak ada cerita yang nyambung ke masalah Ceros dan Batozar, ada tapi dikit banget dan itu hanya bahas secuil tentang Klan Aldebaran. Mungkinkah Batozar bakal jadi anak buah di Tanpa Mahkota? Mungkinkah si kembar Ceros bisa keluar dari Bor-O-Bdur dan membantu tiga sekawan menyelamatkan dunia paralel? Kita tunggu saja ~
KOMET – TERE LIYE
Jika novel Cheros dan Bathozar adalah buku ke 4,5 maka Komet adalah buku kelima dari series petualangan tiga sekawan di dunia paralel. Konflik utamanya masih tentang bagaimana menghentikan si Tanpa Mahkota dari rencananya untuk menguasai dunia paralel (kalau penasaran siapa sih Si Tanpa Mahkota itu silakan baca dari novel BUMI, BULAN, MATAHARI, dan BINTANG yaa)
Sinopsis Novel Komet
Bermula dari teka-teki tentang benda pusaka paling ampuh di dunia paralel yang kemungkinan besar menjadi incaran si Tanpa Mahkota. Otoritas pimpinan Klan Bulan, Klan Matahari, dan Klan Bintang bersama si tiga sekawan Raib, Seli, dan Ali berniat untuk menemukan pusaka ampuh itu sebelum keduluan si Tanpa Mahkota. Pencarian benda pusaka itu membawa Tiga Sekawan terjebak di suatu klan asin bernama Klan Komet. Klan ini terdiri dari beberapa kepulauan yang bernama nama-nama hari dalam satu minggu. Mulai dari Pulai Hari Senin hingga Pulau Hari Minggu.
Diketahui berdasarkan buku yang diberikan Zaad (dalam novel Bintang) kepada Ali, benda pusaka itu ada di sebuah pulau dengan tumbuhan aneh yang hanya berbuah dua ratus tahun sekali. Awalnya mereka mengira bahwa tumbuhan itu ada Kota Illos di Klan Matahari, tapi ternyata mereka keliru, tumbuhan itu mungkin saja berada disalah satu Kepulauan Komet.
Dalam pencarian pusaka ampuh itu, tiga anak pemberani ini harus mengunjungi setiap pulau dan disetiap pulau ada saja masalah yang harus mereka hadapi. Di perjalanan itu pula mereka mereka bertemu dengan Max si pelaut handal yang membantu mereka dalam urusan mengemudikan kapal, hal itu dilakukan Max sebagai balas budi atas jasa tiga sekawan ini menolong Max dari ancaman perompak.
Selain itu pada setiap kedatangan mereka di pulau-pulau Klan Komet, mereka selalu bertemu dengan satu orang berwajah sama dengan orang yang pernah mereka temui di pulau sebelumnya. Seorang tua bernama Kay yang disetiap pulau bisa menjadi Paman Kay, Kakek Kay, Petani Kay, Perompak, Raja Kay, dan Pelaut Kay. Yang ternyata salah satu diantara Kay-Kay ini adalah pemegang kunci menuju pulau tempat tumbuhan aneh ini berada. Siapakah dia?
Diakhir buku ini, Raib, Seli, dan Ali dihadapkan pada sebuah pengkhianatan yang tidak pernah mereka sadari dari awal perjalanan mereka, siapakah pengkhianat itu.
Perjalanan mereka masih jauh, ternyata pulau dengan tumbuhan aneh itu hanyalah sebuah pintu menuju menuju klan lain bernama Komet Minor, tempat sebenarnya pusaka ampuh itu berada.
Otw nunggu Komet Minor ~
Dari novel ini kita bisa belajar tentang makna kejujuran, kesabaran, ketulusan, keberanian, ketangguhan, dan melepaskan dengan ikhlas seuatu yang sebenarnya kita impikan.
Selesai membaca komet jadi mikir, hmm mendingan nunggu drama on going dari pada novel on going gini belum jelas dan lama rilis lanjutannya, hehe. Takutnya kalau cerita sebelumnya jadi menguap dan lupa. Novel kelanjutan dari Komet akan berjudul Komet Minor, tapi kalau menurutku Komet Minorpun bukan novel terakhir dari pertualangan tiga sekawan didunia paralel ini, karena di novel ke 4,5 dibahas tentang Klan Aldebaran sebuah klan terjauh yang konon menjadi klan pertama yang membentuk klan-klan yang lain. Hmmm, kita tunggu saja kelanjutannya ~
SENJA YANG TERLEWAT – FEBRI KURNIAWAN
Senja yang Terlewat tampak depan
Buku ini sebenarnya sudah aku beli sejak Juli tahun lalu, tapi baru kebaca selesai sekarang, moody-an sih kalau baca buku self improvement gini, hehe. Buku Senja Yang Terlewat ini adalah buku pertama dari Febri Kurniawan.
Caption buku ini adalah kumpulan coretan sederhana tentang hidup dan perjalanan. Jadi buku ini terdiri atas lima bagian yaitu #1 coretan yang tercecer, #2 ceritarian (dulu kalau nggak salah sering dijadiin hastag kalau di caption postingan ig-nya), #3 kota bermakna, #4 sebuah jurnal, #5 jejak langkah, dan celoteh hati.
Kalau sependek pengetahuanku, dari bagian coretan yang tercecer sampai sebuah jurnal itu semacam pemikiran akan perenungan dan keresahan beliau tentang hidup. Dari bagian ini kita bisa tahu pemikiran si penulis tentang sudut pandang, penerimaan, restu orang tua, rasa syukur, pengabdian, dan banyak kebaikan lainnya.
Lalu dibagian #5 Jejak Langkah berisikan cerita perjalanan pendakian sang penulis dibeberapa gunung di Pulau Jawa. Mulai dari Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Prau, Gunung Sumbing, dan Gunung Ungaran. Intinya tentang pemikiran dan perenungan si penulis dalam memahami makna perjalanan, pendakian, pertemanan, dan apa sih yang sebenarnya dicari selama proses naik gunung itu (?) Hidup ini apa sih yang dicari (?)
And the last but not least, adalah bab Celotehan Hati yang berisikan sajak-sajak kehidupan dengan judul disetiap sajaknya adalah nama-nama daerah seperti Cangkringan Sleman, Yogyakarta, dan Pulau Pahawang Bandar Lampung. Tadinya aku kurang paham kenapa judulnya nggak nyambung sama isi sajaknya, tapi setelah dipikir-pikir dengan ke-sotoy-anku aku berasumsi bahwa mungkin si penulis dapat inspirasi buat nulis sajak ini ketika sedang berada di daerah itu, hehe ~
Bonus kuote ~
Demikian review buku ala-ala di bulan Januari. Sebenarnya ada empat buku, tapi karena belum selesai dibaca dan tanggal bulannya hampir selesai jadi tiga aja. Sampai jumpa di bulan buku selanjutnya. Semoga bisa konsisten dan komitmen ya, soalnya lebih berat komitmen sama diri sendiri, lebih banyak tolerannya because I Love Me so much, wkwkw
Sekian.
30 Januari 2019 | Mencoba menerima kenyataan kalau Wanna
One udah bubar ~
Komentar
Posting Komentar