Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Married is A Prank

DISCLAIMER : semua yang di tulis disini hanyalah pendapat pribadi, kalau tidak setuju tidak masalah, kalau mau memberi saran dan kritik silakan di kolom komentar, enjoy (^o^)' Ini menurutku aja sih, pernikahan adalah sebuah prank yang kamu ciptakan sendiri. Kata mbak di tempat kerjaku, meskipun sudah bertahun-tahun pacaran, sifat asli pasangan itu benar-benar akan ketahuan setelah menikah. Ibaratnya waktu pacaran itu 40% yang kelihatan, nah 60% -nya itu waktu udah menikah. Rencananya mau foto tangan aku sama kamu tapi aku sadar diri kamu-nya belum ada :) Makanya, seperti yang aku bilang diawal, pernikahan itu ibarat sebuah prank yang kamu ciptakan sendiri, dimana kamu “menjebak” orang untuk ikut masuk dalam permainan itu. Jebakannya seaneka ragam sifat dan perilakumu atau sifat dan perilaku dia yang  tersembunyi. Pada akhirnya, permainan saling menjebak itu akan berakhir menyenangkan atau mengenaskan, yang bisa merasakan hanya mereka. Dulu, waktu masih jadi bucin,

Demi Kesehatan Mental dalam Bersosial Media

Pertengahan tahun 2018, sekitar bulan Agustus,  aku mengalami sedikit masalah antara diriku dan sosial media. Baru dibulan Januari tahun ini aku tahu, bahwa yang aku alami satu setengah tahun yang lalu adalah Social Media Comparasion . Membanding-bandingkan diriku dengan orang-orang yang ada disosial media. Orang-orang itu tentu saja teman-teman yang menjadi following atau followerku di Instagram pada saat itu. credit foto   Pada saat itu aku merasa ada yang salah dengan diriku. Aku jadi malas, nggak mood mau ngapa-ngapain, merasa useless, nggak bisa tidur. Aku sebenarnya tahu bahwa yang aku lakukan dengan scrolling instagram itu menambah ketidakperdayaanku untuk terus membanding-bandingkan pencapaian-pencapaian itu, tapi tetap saja aku melakukannya. Rasanya aku nggak pengen  kehilangan info updatean dari teman-teman. Sampai akhirnya aku sadar, kalau aku begini terus, aku nggak akan maju, nggak akan sembuh dari krisis diri ini. Kurang lebih tiga minggu, aku memutuskan untuk m

Menggambar, Mental Issue, dan Menikah

Di tahun 2019, persoalan mengenai menggambar, mental issue, dan menikah memberikan cukup banyak ilmu dan sudut pandang baru. Ketiga hal tersebut yang juga kadang menghiasi masa kegalauan ku. Supaya lebih mudah, ku akan menjelaskan kedalam tiga bagian MENGGAMBAR Diawali dengan kegalauan perihal menggambar. Sejujurnya, di tahun 2018 aku melihat sebuah postingan “dakwah” yang menurutku menakutkan, membuatkan ku berpikir ulang apakah aku akan meneruskan kegemaranku untuk menggambar. Seiring berjalannya waktu, setelah mencari lebih dalam mengenai “dakwah” tersebut, perasaan ini sedikit lebih lega. Pelan-pelan, ku bangun lagi kepercayaan diri untuk menggambar. Kemudian di awal tahun 2019, salah seorang teman dekat yang sudah “hijrah” bercerita padaku kalau dia habis mendengarkan ceramah tentang gambar-menggambar. Nasihatnya tak jauh berbeda dengan apa yang pernah aku dengar dulu. Mungkin karena aku belum memiliki pondasi prinsip yang kuat untuk mempertahankan keinginanku untuk