Pertengahan tahun 2018, sekitar bulan Agustus, aku mengalami sedikit masalah antara diriku
dan sosial media. Baru dibulan Januari tahun ini aku tahu, bahwa yang aku alami
satu setengah tahun yang lalu adalah Social
Media Comparasion. Membanding-bandingkan diriku dengan orang-orang yang ada
disosial media. Orang-orang itu tentu saja teman-teman yang menjadi following
atau followerku di Instagram pada saat itu.
credit foto |
Pada saat itu aku merasa ada yang salah dengan diriku. Aku jadi malas,
nggak mood mau ngapa-ngapain, merasa useless, nggak bisa tidur. Aku sebenarnya
tahu bahwa yang aku lakukan dengan scrolling instagram itu menambah
ketidakperdayaanku untuk terus membanding-bandingkan pencapaian-pencapaian itu,
tapi tetap saja aku melakukannya. Rasanya aku nggak pengen kehilangan info updatean dari teman-teman.
Sampai akhirnya aku sadar, kalau aku begini terus, aku nggak akan maju,
nggak akan sembuh dari krisis diri ini. Kurang lebih tiga minggu, aku
memutuskan untuk meng-unfollow semua teman-teman yang aku ikuti. Hanya satu-dua
yang masih aku ikuti. Itupun bukan teman yang aku kenal dekat, aku tetap
menfollownya karena postingannya tidak ada masalah denganku, bahkan kadang
memberiku inspirasi.
Tahu apa yang kurasakan setelah membersihkan hampir semua followingku, dan
memutuskan untuk hanya menfollow akun yang tidak membuatku
menbanding-bandingkan?
Lega
Lega banget rasanya.
Hidup lebih tenang ketika nggak melihat apa-apa yang sudah dicapai
orang lain. Hehe
Ditahun 2019, aku mulai belajar sedikit demi sedikt soal kesehatan mental.
Mengurangi penggunaan instagram personal. Aku punya dua instagram yang satu
kugunakan untuk posting karya atau jualan. Di instagram yang lama aku mulai
follow lagi teman-teman, tapi notifikasi postingan dan story mereka sebagian
aku mute. WKWKW
Kalo ada yang bilang, ya fungsinya sosial media kan buat posting apa yang
ingin kita posting. Iya, itu benar sekali, dan kita juga punya hak untuk
tidak melihat apa yang orang lain posting. Chills ~
Komentar
Posting Komentar