23 April 2014

POSTER FAIL

April 23, 2014 0

Ini poster yang gagal menang waktu lomba seni se UNY, dalam rangka Dies Natalis UNY Emas, 2-6 April 2014
yang penting pengalaaman, hehe
emang dari segi design agaknya ini kepaud paud -an banget yeeah,

06 April 2014

Hujan Abu Gunung Kelud

April 06, 2014 0
Hujan kali ini berbeda.
Masih dari langit yang sama namun dalam bentuk yang berbeda.
Masih dari Kuasa yang sama namun dari sebab yang berbeda.
Hujan kali ini beda.
Karena bukan lagi kenangan yang dibawa slalu dalam setiap bulirnya.
Tapi kekhawatiran.
Namun, ada satu hal yang sama.
Hujan ini juga membuat hujan dimata.
Karena perih dilahirnya maupun sakit dibatinnya.
Ah alam.
Mungkin kamu lelah.
Mungkin kamu marah.
Istirahatlah sejenak.
Biarkan disini kami kerepotan mengurusimu.
Biarkan kami disini panik karena sering mengabaikan kesehatanmu.
Sekarang kamu sakit dan semoga kami sadar akan kelakuan kami kepadamu.
Maaf, kamu mungkin akan selalu mendengar gerutu kami.
Kamu mungkin akan selalu mendengar kami saling menyalahkan.

Karangmalang, YK. Jumat 14 Februari 2014
*hujan apapun selalu memberikan sentuhan puitis untuk siapapun, pagi ini sajak tentang hujan abu, hasil batuknya Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur, semoga dengan rehatnya alam ini manusia semakin mendekatkan diri pada Allah SWT. semoga para korban juga diberi ketabahan dan sabar. Amin

Kita Calon Ibu

April 06, 2014 0
kita mungkin bukan guru,
tapi ibu harus menjadi pendidik di keluarganya
kita mungkin bukan mahasiswa kedokteran,
tapi ibu harus tau cara menjaga kesehatan anggota keluarganya
kita mungkin bukan ahli gizi,
tapi ibu harus bisa mengatur asupan gizi keluarganya
kita mungkin bukan konsultan keuangan,
tapi ibu harus pandai mengatur keuangan keluarga
kita mungkin bukan peserta master chef,
tapi ibu harus mampu menyajikan makanan paling enak untuk keluarganya
kita mungkin tidak pernah ikut training menjadi cleaning service,
tapi ibu harus mampu menjaga kebersihan rumah setiap hari
kita mungkin bukan mahasiswa jurusan tata busana,
tapi ibu harus mampu menjaga penampilan keluarganya dengan baik
kita mungkin bukan……….,
tapi ibu,harus……

05 April 2014

TENTANG KUS : PLUS (Secuil Kisah tentang Anak Kelas 3 SD Pendampingan Belajar Mandiri)

April 05, 2014 0
Bermula dari tugas kuliah. Awalnya mbak yayak, salah satu teman sekelasku pada semester 3 kemaren mendapatkan mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat. Aku sebenarnya juga udah dapat , tapi aku udah menempuhnya di Semester Pendek. Hah, lumayan selo juga semester tigaku dengan tugas yang tidak sesetumpuk teman-teman yang lain.
Dari cerita mbak yayak, dulunya pendampingan belajar itu sudah ada dan dikelola oleh mahasiswa dari UGM, namun ya namanya seleksi alam yang mungkin saja para mahasiswa itu sudah tak seselo sebelumnya jadi pendampingan belajar itu terbengkalai. Pada akhirnya program pendampingan belajar itu tidak berjalan lagi.
Dan datanglah mbak yayak ke Dusun Parakan di pinggiran Kali Code sebagai penyelamat dan akhirnya pendampingan belajar Mandiri berdiri lagi. yeah
Mulanya aku diajak sama Kabee, mau nggak ikut dampingi belajar anak-anak. Anak-anaknya mulai dari kelas SD sampai SMP. Awalnya ragu-ragu sih, aku tahulah aku sendiri kayak apa, aku punya masalah dengan kepercayadirian. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk mengiyakannya, saatnya membentangkan sayap di luar kampus. Bosen juga sih sama keadaan ormawa, perlu suasana baru, padahal dulu alasan konyolnya masih mau bertahan di ormawa gegara belum menemukan tempat nongkrong yang bikin nyaman, eeh ternyata tempat nonkrong yang paling nyaman itu adalah dimana aku bisa ketemu orang-orang baru, pelajaran baru, kisah-kisah baru, dan inspirasi buat nulis lagi. J
Nah, disini aku diberi amanah untuk mendampingi belajarnya anak-anak kelas Tiga SD. Perkenalkan nama anak-anakku :
Aisyah, gadis kecil yang kalo ditanya malah senyum malu-malu dan sering nggak fokus pas aku jelasin pelajarannya. Dia cantik kalo pakai jilbab. Nggak beda jauh dari kakaknya, adiknya yang sering ngikut belajar juga kalo ditanya malah mringis unyu banget. Gemeess!! (sayang aku lupa namanya). Aisyah ini anaknya kurang fokus kalo di jelasin pas pelajaran, matanya sering kemana-mana, kalo nggak kepalanya nunduk bingung, ahh mungkin akunya yang neranginnya kurang menarik. Tapi kalo suruh ngerjain soal dia langsung nurut. Yaa walaupun dengan loading yang lama, soalnya dia kadang suka ngalamun gitu, terpesona mungkin sama aku. Haha
Yang kedua, Zaenab. Ada kisah lucu dibalik namanya ini. Pernah suatu ketika aku salah manggil nama dia jadi Zubaedah. Jaauuuh banget kan dari Zaenab jadi Zubaedah, nggak tahu kenapa nama  Zubaedah selalu terngiang di kepala, ada apa gerangan, apa pengaruh film? Tapi film apa? aku pun tak tahu. Dia ini anaknya to do point, maunya langsung tahu jawabannya. “Mbak-mbak, iki apa jawabane?” “Mbak, piye sih apa jawabane?” Niatnya kan aku mau nerangin dulu, eh tapi malah kadang bikin bingung, yaah kita sama-sama belajar ya Zaenab. Tangan kanannya berkeriput, seperti melepuh kena minyak panas, aku nggak tega mau tanya. Yah, mungkin aku bisa tanya ke temannya kali yaa. Oh iyaa -.- . Satu lagi yang disayangkan, Zaenab belum lancar bacanya, jadi sebisa mungkin pas dia belajar aku suruh banyakin bacanya. Dari orang tuanya juga berpesan kalo si Zaenab diajarin supaya lancar bacanya.
Yang ketiga ada Vinda. Anaknya pendiam, tapi pinter dia. Pelajaran kesukaannya bahasa Indonesia. Bacanya udah lancar dan  pandai menulis cerita. Aku belum menggali banyak tentang Vinda ini, pendampingan belajar besok kita kepoin lagi yaah.
Nah, ini ketiga anak kelas tiga yang rajin datang. Yang lainnya ada Ferdi yang aku baru ketemu pertama kali dan dia anak yang rajin dan pinter. Dia paling suka pelajaran Agama, sejujurnya mengajarkan agama ke anak-anak adalah sesuatu yang berat bagikum melihat ilmu dan implementasi agama ku masih minim banget, tapi yang penting “Sampaikanlah walaupun satu ayat” – tsaah
Masih ada anak-anak lain yang pengen aku kenalin. Ada Marko dan Aldi, yang kali kata Kabe mereka ini anak-anak trouble maker, soalnya kalo pas teman-temanya lagi belajar mereka ini malah rame sendiri, sering usil, keluar masuk ruangan, dan sering minta perhatian. Dan ternyata dibalik semua itu, mereka ini anak-anak broken home. Yaah, aku tahu gimana rasanya, pantes aja mereka kayak gitu.
Oh yaa, kegiatan minggu kemaren tanggal 2 Maret agak berbeda dari biasanya. Hari itu kita bermain di luar, soalnya tempat belajarnya sedang direnovasi. Senang juga sih, berarti masyarakat disitu memang peduli sama pendidikan anak-anaknya. Dan mau menerima kita.
Rasanya kembali ke jaman anak-anak saat main kucing dan tikus, lalu ular-ularan, waah bisa ketawa lepas, seneng bisa lihat anak-anak ramai gitu. Rasanya pengen balik SD lagi. Haha
Oh yaa, konflik anak-anak juga terjadi nih. Zaenab dan Vina curhat ke aku kalo mereka lagi nggak temenan sama Aisyah, soalnya kata mereka Aiysah bohong soal rangking yang katanya rangking satu padahal rangking satu dari belakang. Dari pihak Aisyahnya yang di dukung oleh Maya, bilang kalo dia nggak salah apa-apa , Zaenab sama Vina duluan yang mengolok-olok dia pas permainan kasti. Hahh, konflik masa SD. Aku lupa, gimana cara baikan sama teman pas dulu marah-marahan. Haha
Alhamdulillah, hari rabu kemarin mereka bilang kalo mereka udah baikan. Aisyah mau minta maaf duluan, soalnya di kelas nggak ada temenya. Duhh kasian adek yang satu ini, sabar ya deek :3 tapi kan sekarang udah pada baikannya yaa.
Sekian dulu kali ya, cerita episode pertama tentang anak-anak ini. Lanjut besok
Kamar paling pokok E6, 7 Maret 2014

GALAU GURU

April 05, 2014 0
Oke, tumben tumben banget ya nulis seuatu yang bisa dibilang lebih penting dari urusan curhatan galau. Ini aku mau menuliskan berpatah-patah kata tentang makna seorang GURU berdasarkan pemikiran ku, yang ya bisa dibilang (mungkin) kekanakan.
GURU , berasal dari bahasa jawa yang terdiri atas diguGU dan ditiRU.  Dari dulu sampai sekarang aku masih penasaran dengan peribahasa atau apa ini namanya Guru adalah Pahlawan Tanpa Jasa. Aku masih ingat apa yang disampaikan sama bu guru SMP , namanya Bu Rustini dia guru bahasa Indonesia, maksud Guru itu pahlawan tanpa tanda jasa adalah dia nggak minta balasan apa-apa dari muridnya, jadi guru hanya menansferkan ilmu dan membuat murid-murid menjadi pribadi yang lebih baik dalam kata lain MENDIDIK bukan hanya mengajar tanpa meminta balasan apaun dari muridnya. Guru hanya ingin murid-muridnya menjadi anak yang pintar dan berperilaku yang baik.
Nah, sekarang kalau pemikiranku ya?
Guru itu adalah sebuah panggilan dari dalam jiwa atau pekerjaan sih? Guru adalah Pahlawan tanpa tanda jasa, guru itu dapat gaji kan? Kalo gaji itu termasuk tanda jasa atau bukan? Aku pikir yang namanya pahlawan tanpa tanda jasa adalah yang benar-benar nggak menerima balasan dalam bentuk apapun. Nggak mengharap balasan apapun, itu namanya tanpa balas jasa. Ahh, iya anggap saja gaji guru selama ini adalah hadiah.
Menurut guru, jadi guru adalah sebuah panggilan dari jiwa, bukan karena alasan untuk bekerja. Jadi bukan Cuma orang yang dari jurusan kependidikan aja yang berhak jadi guru, ada banyak orang yang sekiranya mereka nggak kuliah di jurusan kependidikan tapi jiwanya memang terpanggil untuk menjadi guru. Mereka yang berjuang untuk pendidikan anak-anak, tanpa peduli dengan status mereka sebagai guru diakui atau tidak. Kan banyak juga , mereka yang kuliah di pendidikan yang nantinya memang dicetak untuk menjadi guru, tapi setelah menjadi guru ya hanya mengajar, menanggalkan kewajibannya sebagai seorang guru yang menyampaikan ilmu-ilmu untuk muridnya, menasihati ini itu, setelah itu udah.
GURU? Menurut aku semua orang itu adalah guru. Karena setiap kali kita bertemu dengan orang-orang dan kita berbagi cerita dengan mereka, kita bisa belajar dari apa yang mereka alami. Nah ini beda lagi keken -_-
Balik lagi ke profesi sebagai guru.  Saat ini sedang panas-panasnya isu PPG dibicarakan. Bahkan bukan isu lagi, sudah ada peraturan pemerintah yang mengantur tentang PPG. Yah, untuk orang-orang yang berminat menjadi guru, harus mengikuti Pendidikan Profesi Guru. Baik yang dari jurusan kependidikan maupun nonkependidikan. Tujuannya supaya guru menjadi lebih profesional dalam mendidik murid-muridnya, sehingga bukan hanya mengajar, tapi mendidik. Ingat lo yaa, para cagur mendidik anak itu bukan hanya untuk menanggalkan kewajiban saja, ingat nanti di akhirat juga akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas apa yang sudah diberikan pada anak-anak didiknya. Jadi intinya, menjadi guru itu bukan sekedar membuat anak menjadi pintar dan bernilai bagus, terus nanti ujiannya lancar, lulus, kuliah di PT favorit, dapat kerja. Tapi guru itu, semacam ibu nomer dua. Iya, tau kan kasih sayang seorang ibu itu gimana. Nah, Guru itu Ibu, pernah nggak Ibu minta gaji? Enggak kan?  (pembicaraan semakin absurd agaknya)
Dari dulu, aku disuruh bapak jadi guru, tapi aku agak gimana gitu. Sebenarnya kalau lihat guru-guru pada ngajarin anak didiknya kayaknya asik banget, orang-orang yang benar-benar mengabdikan diri mereka menjadi guru adalah orang-orang yang mulia. Pokoknya mereka keren deh, mereka harus tahu gimana kondisi murid-muridnya belajar, mereka harus mengarahkan, menasihatim, dan memberi pemahaman bagaimana seharusnya dan sebaiknya murid itu bertindak dan berpikir.
Ada sebuah buku yang pernah aku baca, “Ibu adalah pekerjaan paling mulia nomor satu, Guru adalah pekerjaan mulia nomor 2, dan Presiden adalah pembantu nomor satu”. Nah, mungkin karena aku belum untuk menjadi guru, aku akan menjadi Ibu. Karena Ibu adalah sekolah nomor satu buat anak-anaknya,


kekenkade
Jumat, 14 Maret 2014

In Nonfromal Education We Trust

April 05, 2014 0
Hari ini super sekali teman-teman, kita dapat motivasi banyak banget dari orang-orang yang hebat. Dari tadi setelah selesai kuliah keaksaraan, aku dan teman-teman yang ikut dalam pendampingan belajar mandiri di kali code, mengadakan rapat guna membahas komitmen kita dan ketepatan waktu untuk datang mendidik anak-anak di kali code.
Yah, pertama ditanya dulu kesan-pesan pertama, dan tanggapannya positif semua. Sebagian ada yang prihatin dengan kondisi nilai pelajaran anak-anak yang jauh dari kata memuaskan, kalo aku sih alasanya supaya dapat pengalaman ngajar dan biar nggak selo. Sungguh, selo itu membosankan kalo cuma glundang-glundung di kamar nggak jelas, nggak punya kerjaan. Hehe
Nah, dari situ kita punya tekad buat menjadikan anak-anak di kali code itu menjadi anak yang semangat belajar, masyarakat di dusun parakan itu sudah percaya banget sama kita. Kalo denger ceritanya dari temen-temen yang ikut pada saat pembukaan pendampingan belajar mandiri itu, masyarakat disana antusias banget. Masyarakat disana menyiapkan tratak semacam tenda, salon, kursi-kursi tamu, padahal temen-temenku kira pembukaan hanya sesederhana duduk bersama dan memanjatkan doa, ternyata masyarakat lebih menyiapkan sesuatu yang wah, yang membuat hujan di mata karena terharu.
Itu artinya masyarakat di sana menaruh harapan besar kepada kita, Mahasiswa PLS yang mengadakan kegiatan pendampingan belajar disana. Pesan dari ayah salah satu temenku, dalam bahasa jawa yang artinya kira-kira begini “Kalo misalnya dedikasi kita belum bisa diakui sekarang, pasti suatu saat akan ada waktunya mereka akan mengakui kerja keras kita”. Jadi jangan jadikan kegiatan pendampingan belajar ini sebagai sebuah pekerjaan atau beban, tapi jadikan saja hanya sebagai pengalaman.
Ohya satu lagi pengalaman yang berhubungan sama pendampingan belajar ini. Berempat dari kita di minta untuk menbantu day care  yang ada di Olifant Preschool and Elementary School. Asal tahu saja, sekolah ini bisa dibilang bertaraf internasional, soalnya kebanyakan orang-orang yang menyekolahkan anak-anaknya disini adalah kaum-kaum blasteran dan borjuis. Sekiranya kita diminta untuk menemani, mengajak, dan bermain bersama anak-anak yang super unyu dan kece. Haha
Satu cerita lagi dan ini benar-benar menggugah hati dan perasaan supaya lebih mantap lagi di PLS. Tadi sewaktu berkunjung ke PKBM Griya Mandiri, kita ketemu lagi sama Mbak Novi. Mbak Novi ini mahasiswa PLS pasca sarjana yang juga sedang mencari pengalaman di PKBM ini. Dari cerita beliau, bisa aku katakan kalo aku ketemu langsung sama orang yang benar-benar melakukan teaching and traveling  yang biasanya Cuma bisa aku baca cerita-ceritanya di twitter dan buku. Beliau ini dulunya adalah mahasiswa Administrasi perkantoran UNJ yang bekerja di salah satu LSM di papua yang sekarang sedang menempuh S2 di UNY. Nah selama di papua ini mbak novi baru sadar kalo selama ini, yang dia lakukan di LSM itu merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah. Dia fokus pada pendampingan anak-anak dan sekarang sedang tertarik untuk mengembangkan PKBM di papua. Selain anak-anak, dia juga tertarik pada isu HIV/AIDS dan pemberdayaan wanita.
Kata mbak novi, kalo saja dia belum menikah dia masih pengen keliling indonesia untuk nyari pengalaman ini dan itu. Wanita keturunan maluku ini mengaku kalo kakinya masih pengen melalang buana ke pelosok negeri. Pokoknya kereeen. Kata mbak novi, dia bilang kalo kita ini nggak salah PLS.
Ohya, satu lagi alasan mbak novi memilih PKBM Griya Mandiri yang kabarnya baru dalam masa yang kritis karena dia tertarik dengan bagaimana Bu Endang akan terus bertahan di masa-masa sulitnya PKBM, karena kalau bisa bertahan, bukankah itu sesuatu yang patut diacungi jempol.
Ohya, bu Endang ini adalah pengelola utama atau ketua PKBM Griya Mandiri ini. Beliau sangat menjunjung tinggi komitmen dan seorang pekerja keras yang sedang memperjuangkan nasib-nasib PKBM yang saat ini banyak yang mati. Tadi juga dapat pesan dari beliau dan mba novi, “itulah bedanya praktisi dan akademisi, terkadang sebagai seoarang akademisi yang lebih sering berbicara tentang teori dan mencetuskan ide ini dan itu, tidak tahu kondisi lapangan yang sebenarnya, yang lebih tahu kondisi sebenarnya adalah praktisinya”. Prihatin juga dengan bu Endang yang berjuang untuk memecahkan masalah PKBM sementara di pencetus PKBM yang duduk di bangku akademisi pas ditanya gimana cara menyelesaikan masalah tersebut hanya bisa menjawab dengan senyuman.
Hmmm, jadi teman-teman dan khusunya buat aku sendiri, mulai dari detik ini lebih ditingkatkan keyakinan kalau kita akan sukses di PLS. Cari pengalaman bersama orang-orang baru, kepolah. :D

Kamar paling pojok Karangmalang E6, 20 Maret 2014