Nawaitu nulis tiap hari selama dua puluh delapan hari di bulan Februari ~
Basic things about yourself - hal-hal mendasar tentang dirimu sendiri. Sejujurnya, aku agak nggak paham sama point ini, apakah yang dimaksud "hal mendasar" itu tentang kepribadian atau apa? Karena tantangan ini yang bikin juga aku sendiri, ngasih batas waktu juga diri sendiri, biar buruan nulis gak kelamaan basa basi, yaudahlahnya tak tulis sak mudengku ~
Ngobrolin kepribadian, aku punya banyak kepribadian tergantung siapa orang-orang yang aku temui. Kalau sama orang-orang kantor, aku sering dikira pendiam, dan memang harus kuakui, aku lebih suka diam. Kecuali kalau sama orang kantor yang deket sama aku, baru aku banyak ngomong.
Kalau sama temen kantor yang lama, mereka bilang aku nyebelin, mungkin karena aku kalau ngomong suka to the point dan terlalu terus-terang. Aku kalau sama mereka, kalau ada postingan di sosial media yang menurutku terlihat tidak biasa dan patut ku komentari, aku tanya langsung ke orangnya. Maksudku, supaya aku langsung tahu dari sumbernya dan nggak ngomong dibelakang mereka.
Kalau sama temen jaman sekolah yang masih suka ngajak ketemuan, aku lebih suka ngobrolin persambatan duniawi. Aku suka ngobrolin hal-hal yang bikin sedang jadi masalah, hal-hal yang bikin overthinking, hal-hal yang bikin insecure, hal-hal yang bikin sedih, atau hal-hal yang bikin perasaan jadi negatif. Yang aku rasain, kalau abis ketemu mereka ngobrolin hal-hal tersebut, bikin hati lebih plong. Mungkin, mereka nggak bisa bantuin menyelesaikan masalahmu, tapi seenggaknya ada orang-orang yang tahu gimana kondisi perasaanmu.
Kalau sama temen-temen ketemu gede, orang-orang yang aku temui setelah lulus kuliah, aku bisa lebih membuka diri dari pada dulu. Kalau ketemu sama orang baru yang arah pembicaraannya baik, aku lebih bisa terbuka dari pada ketemu teman lama yang hanya karena dulu pernah satu sekolah atau kerja kelompok bareng.
Kalau sama Ibuk, aku diijinkan untuk mengeluarkan uneg-uneg yang bikin marah, kesel, atau jengkel. Kata ibuk, nggak apa-apa kalau marah, lebih baik dikeluarkan emosinya daripada dipendam nanti jadi penyakit. Aku pernah bikin surat egois buat Ibuk, salah satunya aku bilang supaya Ibuk selalu dilapangkan hatinya kalau aku lagi marah. Aku percaya, Ibuk nggak akan pernah nyumpahin anaknya durhaka hanya karena anaknya lagi marah sama beliau.
Kalau sama Bapak, aku suka cerita tentang ketakutan dan kekhawatiranku. Bapak kalau menasihati nggak pernah yang bikin aku merasa terhakimi. Bapak selalu bisa membesarkan hati anaknya yang ciut.
Dari semua kepribadian di atas, yang paling aku tahu, aku suka sendirian. Mungkin karena dulu terpaksa dan akhirnya terbiasa.Pernah gak sih mengalami, dulu kita punya teman, kalau dia mau kemana gitu kita temenin, giliran kita mau kemana dianya gak ada waktu buat nemenin. Aku nggak merasa sakit hati sih, cuma hal itu buat aku jadi berpikir lagi untuk tidak mengandalkan orang lain selain diri sendiri. Dari kejadian itu bikin aku belajar untuk mencoba hal-hal lain secara sendiri. Nonton film ke bioskop sendirian, kondangan sendirian, makan di luar sendirian, perjalanan jauh sendirian dan lain sebagainya. Selain menikah dan bikin anak, aku pengen nyobain hal-hal lain sendirian.
Menurut aku, sendirian itu seru sekaligus menakutkan. Saat sendirian, aku bisa melakukan apa saja yang aku mau. Kalau sendirian, aku jadi lebih sering berkontemplasi tentang hidup ini. Saat sendirian, aku suka jalan-jalan dengan pikiranku, membayangkan ini dan itu, memikirkan ini dan itu, merencanakan hal ini dan hal itu. Aku senang aja sendirian. :)
Sekian, sampai jumpa ~
Borobudur, 1 Februari 2020 | K
Komentar
Posting Komentar