08 Desember 2015

cerpen : Menunggu Keenan

Desember 08, 2015 0
Seberapa besar rasa ini untukmu dan seberapa lama waktu yang kuhabiskan untuk menunggumu. Sudah setahun sejak kamu meinggalkanku tanpa alasan, dan aku masih menunggumu ditempat pertama kali kita bertemu, berharap kamu akan pulang, merindukanku dan menceritakan semua yang telah kau simpan sejak kau tinggalkan aku.

Entah mengapa aku masih yakin denganmu dan aku yakin kamu akan pulang membawa sejuta kerinduan yang teramat dalam terhadapku, aku disini menunggu kamu pulang, tak peduli hujan turun membasahi tanahku berpijak, aku hanya yakin bahwa kamu akan pulang. Aku sedang menyiapkan rumah ternyaman untukmu, dimana nanti menjadi pesandaran terakhirmu. Aku dan kamu selamanya.

Yogyakarta, 12 Januari 2014

***

“Nisaaa!!” suara seorang wanita paruh baya memanggil gadis yang dari tadi sibuk menulis buku harian yang selalu dibawa kemanapun dia pergi. “Ngapain dari tadi duduk disitu? Nanti kesambet lo. Daripada duduk-duduk nggak ada kerjaan mendingan kamu bantuin Bulek Sumi di dapur, dari tadi kerja sendirian nggak ada yang bantuin.”
“Iya Bu” jawab Nisa singkat, ia sedang malas untuk berdebat dengan ibunya.
“Ibu mau ke warung dulu, mau beli kecap, soalnya didapur tadi kecapnya kurang.” kata Ibu.
“Kalo Nisa saja yang beli gimana bu? Biar ibu yang bantuin Bulek dibelakang? Hehe” kata Nisa mengajak bercanda ibunya. Tapi si Ibu malah sewot menjawab, “Halah, nggak usah, nanti kalo kamu yang beli malah mrepet-mrepet  beli yang lain, sudah Ibu saja. Sana kamu cepetanudah ditungguin bulek dari tadi.” Kata ibu sembari menaiki sepeda onthel tuanya.
“Iya deh, iya. Ibu hati-hati!” seru Nisa sembari melihat punggung ibunya yang beranjak jauh.
Nisa hanya tinggal dengan Ibunya dirumah tua peninggalan kakek Nisa. Ayahnya sudah meninggal sejak Nisa masih kelas 5 SD, dan ibunya memutuskan untuk tidak menikah lagi. Ibu ingin  tetap setia dengan ayah Nisa walau maut telah memisahkan mereka. Hal ini yang membuat Nisa ingin seperti Ibunya yang selalu setia dengan Ayahnya. Nisa juga ingin seperti itu, setia dan menunggu orang yang benar-benar dia cintai. Orang yang pertama kali bisa membuat Nisa nyaman dan banyak bercerita tentang dia dan keluarganya. Nisa bukanlah orang yang banyak bicara, dia lebih sering menjadi pendengar setia saat bermain dan bercerita dengan teman-temannya. Namun, pada pemuda ini Nisa berbeda, dia bisa sangat terbuka sekali, dan pemuda itu juga banyak bercerita tentang dirinya. Nisa merasa nyaman saat berdua dengan pemuda ini, dan dia merasa pemuda ini juga merasakan hal yang sama.
Perkenalkan nama pemuda itu adalah  Nata Atmaja. Dia keponakan Pak Bejo yang menjabat sebagai Lurah di desa Nisa. Dia datang ke desa dalam rangka KKN, kebetulan sekali Nata ditempatkan di desa Pakdenya sehingga dia tidak perlu kerepotan mencari tempat untuk menginap, dia datang bersama 15 kawannya dari Universitas ternama di Jakarta.
Nisa dan Nata bertemu pertama kali dibaah pohon rambutan depan rumah Nisa, saat itu Nata dan dua orang temannya sedang kebingungan mencari alamat rumah warga. Saat itu Nisa sedang menyapu halaman dan melihat tiga pemuda yang sedang kebingungan. Nata dan kedua temannya bertanya pada Nisa dimana rumah Pak Sobirun, ternyata rumahnya hanya dua blok dari rumah Nisa. Nata tersenyum pada Nisa, manis sekali. Membuat jantung Nisa untuk sepersekian detik berhenti berdetak.
Semenjak pertemuan pertama mereka, Nisa dan Nata jadi sering ketemu. Karena Nata sering datang ke rumah Pak Sobirun untuk melakukan observasi, dan sepulangnya dia mampir ke rumah Nisa hanya sekedar untuk menyapa.
Nata banyak bercerita tentang keluarganya yang saat ini dilanda ketidakharmonisan. Hubungan Mama dan Papa sedang tidak sehat. Mama Nata minta cerai karena Papanya ketahuan mesra-mesraan dengan wanita lain. Nata sering tidak betah dirumah, sehingga dia sering menginap di kos temannya. Untungnya dia sudah semester 6 sehingga dia bisa pergi sementara dari rumah selama 6 bulan untuk menjalankan tugas kuliahnya. Dia nggak mau kalau masalah keluarganya jadi mengganggu kuliahnya. Dari yang Nisa lihat, Nata adalah seorang yang bersemangat dalam pendidikannya dan bercita-cita untuk mengabdi pada masyarakat. Nisa kagum pada Nata.
Nisa juga bercerita banyak tentang kehidupannya. Sehari-hari dia hanya menjadi pembuat kue kemudian dititipkan ke warung-warung disekitar rumahnya. Nisa tidak melanjutkan kuliah, dia hanya lulus SMA. Sebenarnya Nisa ingin sekali melanjutkan kuliah, namun dia tahu bagaimana kondisi keuangan keluarganya. Untuk menghidupi biaya sehari-hari selain mengandalkan uang pensiunan ayah, ibu Nisa berjualan makan dipinggir desa, dekat dengan tempat wisata didesa itu. Ibu Nisa tidak mengijinkan Nisa untuk pergi berjualan juga, Ibu menyuruh Nisa untuk mengikuti kursus yang ada di desanya kelak, Nisa bisa kerja di kota dengan layak. Nisa tidak mau membantah ibunya, karena dia tahu perjuangan ibunya sudah berat. Saat ini Nisa sedang menjalani kurus menjahit, kelak dia ingin jadi desaigner dan memiliki butik di kota.
Tapi sayang, semua itu kini hanya ada didalam kenangan Nisa, Nisa hanya bisa tersenyum saat mengingat itu semua. Nata pergi tanpa pamit dan hanya meninggalkan sepucuk surat berisikan “aku akan pulang” . Hanya tiga kata yang dituliskan, tapi itu sangat berarti bagi Nisa. Nisa masih yakin kalau Nata akan kembali padanya. Nisa hanya perlu untuk menunggu.
Kini genap dua tahun Nisa menunggu Nata. Ibunya kini memiliki usaha catering kecil-kecilan. Nisa kini bekerja di sebuah Butik di pinggir kota. Kadang dia juga menjahit baju untuk tetangga. Surat pemberian Nata masih terlipat rapi terselip dibalik lembaran-lembaran kertas diarynya.
‘Nata, entah sampai kapan aku harus menunggumu. Aku akan tetap setia menunggumu pulang. Sudah kusiapkan tempat terbaik untukmu di hatiku dan dihidupku. Atau kamu telah menemukan rumah yang nyaman sekarang? Dan enggan untuk keluar.  Aku harap ketika kamu beranjak dari tempat ternyamanmu, dan telah lelah mencari rumah yang baru, aku tetap disini untukmu. Kau bisa menggunakan kompas yang kuberikan untuk menuntunmu padaku. Aku akan tetap menunggumu Nata.’ – Nisa

@kekenkade – Yogyakarta, 17 Januari 2014

28 September 2014

cerpen : Anak-Anak Alam

September 28, 2014 0
Aku diciptakan bahkan sebelum kamu direncanakan. Aku diciptakan oleh sang Pencipta bahkan sebelum  kamu menginjakan kakimu di tubuhku. Perkenalkan namaku Alam, aku tidak beristri maupun tidak bersuami, aku pun tak tahu aku lelaki ataupun perempuan, namun satu hal yang harus kamu tahu, aku mempunyai banyak anak. Jangan kau tanya aku bagaimana aku memilikinya, karena aku tak akan memberitahumu. Cukup dengarkan saja kisahku, namun aku bukan akan bercerita tentang diriku, akan kuceritakan kau tentang anak-anakku yang menjadikan aku ini ada adalah mereka-meraka ini. perkenalkan mereka, meraka adalah Anak-anak Alam.

Oh ya, ini bukan kisah romantis ataupun kisah sedih. Ini hanya semacam autobiografi dari anak-anakku saja. Banyak yang bisa kamu pelajari dari mereka.

***

Perkenalkan namaku Hujan. Aku anak pertama dari alam. Aku dingin dan bisa membuatmu basah. Aku berteman baik dengan samudra dan awan, karena bersama mereka, aku ini ada. Aku bisa membuatmu senang dan aku juga bisa membuatmu sedih. Beberapa orang suka padaku tapi mereka enggan berada dibawahku, beberapa orang yang menikmatiku membuatkanku berbait-bait puisi maupun lagu menyerukan kata sendu, beberapa orang selalu menggerutu bila aku datang, dan beberapa orang bahagia karenaku.

Keahlianku adalah membawa mesin masa lalu, jika aku datang tanpa sadar mungkin kamu akan hanyut dalam sebuah memori yang lampau. Memori yang menyenangkan dan memori yang menyedihkan. Keahlianku yang lain adalah aku bisa membuatmu rindu pada sebuah kenangan. Iya aku ini memory machine. Aku bisa membuatmu merasakan sebuah rasa yang menyiksamu dengan nikmat yaitu rindu. Dan mungkin rindu itu bisa membuat hujan dimatamu, karena rasa-rasanya kamu ingin mengulang kembali kenangan itu. Sudah kukatakan sejak awal kan? Aku bisa membuatmu senang dan membuatmu sedih.

Beberapa orang menganggapku sebagai lambang kesedihan, aku disimbolkan sebagai suatu keadaan pilu yang bisa menyembabkan kesedihan, dan kebahagian akan datang ketika pelangi mengantikanku. Tapi aku tak marah soal itu, karena aku percaya beberapa orang menganggapkan sebagai anugrah dari pencipta-Ku.

Pernahkah kamu menyadari saat aku datang, saat aku bertemu dengan tanah, tidakkah kamu merasa tenang? Itu keahlianku yang lain. Bersama tanah aku bisa membuatkanmu aroma terapi yang tak kau temukan di apotek manapun. Bersama tanah aku bisa menjadikan sesuatu yang kamu anggap kotor menjadi penenang bagimu. Kuberi tahu apa nama essence itu, Petrichor. Nama yang cantik kan?

Aku tak pernah merencanakan akan jatuh dimana, aku bisa saja jatuh di laut, sungai, hutan, gunung, rumahmu, bahkan di kepalamu. Aku tak pernah bertanya mengapa aku jatuh ditempatku jatuh. Karena aku percaya, Penciptaku memberikan tempat terbaik untukku jatuh. Dan benar saja, lihat kamu tersenyum kan saat aku jatuh di kaca jendelamu.

Sama seperti kamu, kamu juga tak pernah merencanakan lahir dari rahim ibu yang mana kan? Tapi percaya saja, Tuhan tidak menciptakanmu berdasar teori percobaan.

***

Hai, namaku Bintang. Aku adalah sahabat setia dari malam, meskipun bersama siang aku juga ada, tapi aku harus bergantian dengan kawanku sang Matahari. Salah satu keahlianku adalah bisa membuatmu kagum pada sinar yang ku pancarkan dari tubuhku. Aku cantik kan. Aku sering melihat kamu terkagum-kagum padaku saat kamu menengadah melihat malam. Tak jarang aku memergokimu sedang menghitung jumlah kami. Tidakkah kamu menyadari bahwa kita sering bertatap-tatapan? Aku pikir saat kamu melihatku, ibarat kamu melihat impianmu, cita-citamu, atau mungkin mimpimu.  Iya, terkadang kamu ingin menjadi seperti aku kan? Menjadi bintang yang bersinar.

Mungkin ada kalanya kamu melihatku sendirian di malam. Tapi satu hal yang bisa kamu pelajari, aku tetap bersinar kan dan membuat cantik malam meski aku sendiri. Begitu pula kamu, meski kamu sendirian tetaplah tegar yaa. Aku percaya bahwa disudut galaksi ini ada beberapa bintang yang juga kesepian, menunggu bertemu bintang yang lain untuk bersatu menyinari malam. Begitu pula kamu. Kamu lahir di dunia ini juga sendirian kan? Beberapa orang disekitarmu hanyalah perantara yang membantumu supaya kamu bisa menghadapi dunia luar yang kejam yang kelak ketika kamu telah siap kamu akan siap menghadapinya sendirian. Jangan berharap orang lain akan membantumu, kamu harus bisa menolong dirimu sendiri terlebih dahulu. Ah, maafkan kata-kataku, apalah aku ini hanya bintang kesepian yang melakukan penghiburan diri, mungkin saja kata-kataku barusan memprovokasi pikiranmu supaya kamu yang merasa sendiri, tidak merasa kesepian dalam kesendirian. Masih ada aku yang juga sendirian.

Ohya, beberapa orang menganggapku sebagai lambang cita-cita. Beberapa orang menganalogikanku sebagai suatu impian yang tinggi yang harus digapai. Ahh, kadang hal itu membuatku merasa tinggi hati. Tak jarang aku merasa sombong dengan keadaanku sendiri. Jangan kau ikuti sifatku yang satu ini, hanya karena aku tetap bersinar dalam kesendirian bukan berarti aku tak butuh bintang-bintang lain. Aku tetap butuh bintang lain supaya bumi tempatmu berpijak tersinari seluruhnya. Begitu pula kamu, hidup sukses bersama teman-teman lebih menyenangkan dari pada sukses sendirian.

*** 

Ada yang pernah bilang, jika kau ingin mengenal lebih dekat sifat orang-orang terdekatmu ajaklah dia kepadaku. Aku Gunung, aku anak ketiga dari alam. Orang-orang sering datang kepadaku untuk menaklukkanku, ketika berhasil mendapat mahkotaku itu artinya mereka berhasil melewati rintangan dan tantangan yang aku pasang disetiap perjalanan menuju mahkotaku. Iya mahkota itu adalah puncakku. Aku melihat dan mendengar cerita dari banyak orang yang datang padaku. Beberapa di antara mereka terlihat bersemangat berjalan didepan kawan yang lain, membuka jalan menuju mahkotaku. Beberapa diantara mereka diam sepanjang perjalanan, entah mereka takut ketinggian atau mereka terlalu terpesona dengan pemandangan yang aku suguhkan. Beberapa orang menggerutu kenapa tak sampai-sampai di mahkotaku, dan beberapa orang memilih untuk pulang dan turun sebelum mendapat mahkotaku. Kamu bisa mengenal mereka dengan melihat bagaimana sikap mereka terhadapku. Menurutku ada dua tipe orang yang menganggap keberhasilan ketika mencapai mahkotaku. Mereka merasa berhasil jika mahkotaku didapat bersama dengan kawan-kawan yang lain atau mereka yang merasa berhasil jika mahkotaku didapat karena dirinya sendiri. Lalu, bagaimana orang-orang sekitarmu?

Sudah abaikan saja, aku tidak akan membicarakan orang-orang yang disekitarmu. Niatku adalah memperkenalkan diri untukmu. Ada yang bilang bahwa aku adalah simbol kekuasaan. Aku besar, tinggi, dan seperti tak terkalahkan. Haah, padahal sudah banyak orang yang mengalahkanku. Tapi aku heran, apa tujuan mereka untuk mengalahkanku. Semoga saja untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang Dia berikan, bukan hanya sekedar pamer foto di sosial media. Ah, sudahlah itu hak mereka.

Aku memiliki banyak saudara. Diantara kami ada yang pemarah, ada yang berwatak keras, dan ada yang sangat penyabar.

Kamu harus berhati-hati jika berhadapan dengan saudaraku yang pemarah, karena dia tak segan-segan membakar habis tubuhmu dan menjadikanmu abu. Tapi kamu harus tahu, dibalik kemarahnya ada banyak yang bisa kalian manusia ambil darinya. Pasir dan batu-batu besar tidakkah kalian para manusia menjadikannya sebagai alat penunjang kehidupan kalian? Itu salah satu manfaat yang bisa kamu ambil dari saudaraku sang pemarah ini.

Kenalkan saudaraku yang lain yang berwatak keras, kamu perlu berhati-hati dan bersabar jika ingin menaklukkannya. Dia terjal, keras, dan penuh tantangan. Untuk kamu yang berjiwa kecil lebih baik urungkan niatmu untuk meluluhkan hatinya. Dia tak butuh orang yang suka menggerutu ketika kamu mendaginya. Bisa saja dia membuatmu mengeluarkan jus stoberi yang anyir dari tubuhmu bila kamu tak berhati-hati. Tapi tidakkh kau penasaran bagaimana rasa puas dan bangganya jika berhasil menaklukkan saudaraku yang satu ini?

Nah, untuk yang terakhir ini adalah kepribadianku. Aku memang tak sepemarah atau sekeras saudaraku yang lain, tapi bukan berarti aku tak ada tantangan. Aku penyabar bukan berarti kamu bisa segampang itu menaklukkanku.

Akan selalu ada tantangan dalam perjalanan hidupmu, lalu kenapa kamu harus takut keluar dari zona nyamanmu. Bukankah keluar dari zona nyamanmu dan memperluas zona nyaman itu lebih menyenangkan?

***

Hae, aku si bungsu. Aku anak terakhir dari alam tapi badanku paling besar diantara saudara-saudaraku yang lain. Aku adalah matahari, aku paling suka musim kemarau, karena itu adalah musimku. Beberapa orang menyukaiku dan tentu saja beberapa orang tidak menyukaiku. Beberapa orang yang menyukaiku itu menganggapku sebagai simbol kesetiaan, cinta, kekuatan, keikhlasan, dan awal. Aku tidak ingin menceritakan tentang bagaimana anggapan orang-orang yang tidak menyukaiku, karena aku tahu kamu tahu tanpa harus ku beritahu. Mari kita bahas saja orang-orang yang menyukaiku. 

Untuk orang-orang yang menganggapku simbol kesetiaan,  menurut mereka aku telah menyinari bumi tempat mereka tinggal dari triliyun tahun yang lalu dan sampai sekarang aku masih ada untuk mereka. Aku heran, betapa Maha Kuasanya Sang Penciptaku membuatku bertahan untuk tetap menyinari dan memberi kehidupan manusia-manusia ini.

Bagi orang-orang yang menjadikanku simbol cinta, aku tahu bagaimana menjaga kalian. Bila aku terlalu dekat maka aku akan membakarmu, namun bila aku terlalu jauh maka kamu akan kedinginan. Maka aku akan menjaga kamu dari jauh dan mendekat bila kamu butuh. Cinta menurutku bukan dekat dan mendekati, tapi juga tentang jauh dan menjaga dari jauh.

Untuk orang-orang yang menganggapku simbol kekuatan. Entahlah, apalah artinya aku tanpa Kuasa Sang Pencipta. Jujur saja untuk yang satu ini aku bingung bagaimana aku bisa disimbolkan sebagai kekuatan hanya karena aku besar dan bisa menyinari semua permukaan bumi, oh tidak, tidak semua permukaan karena kau juga harus berbagi waktu dengan sang malam.

Beberapa orang ada juga yang menganggapku sebagai simbol keikhlasan. Aku tak tahu bagaimana perasaanku untuk yang satu ini. Aku tak tahu bagaimana merasakan ikhlas, yang aku tahu aku hanya menjalankan tugasku untuk terbit dari timur dan tenggelam di barat, aku juga harus sabar bila manusia mengolok-olokku karena aku membuat mereka kepanasan, dan aku juga harus terima tuntutan mereka bila aku tak kunjung datang menggantikan hujan yang membuat mereka basah kuyup. Aku tak pernah menuntut apa-apa dari mereka, aku hanya ingin mereka menerima, bagaimana aku menjalankan tugasku dengan semestinya.

Nah, ini yang paling aku suka. Beberapa orang menganggapku sebagai simbol awal. Yaah, padahal seperti hari-hari biasa, sinarku menerobos masuk jendela orang-orang untuk membangunkan mereka. Memberi mereka peringatan bahwa hari baru segera dimulai, diiringi kicauan burung diluar jendela kamar mereka. Paling tidak bagi orang-orang yang menggeliat, beranjak dari kasur dan melihat seberkas cahaya sinarku mereka tahu bahwa hari baru, harus segera dimulai. Semoga saja seberkas sinarku cukup memberikan semangat bagi orang-orang ini untuk melangkah menikmati tantangan kehidupan ini.

***

Bagaimana?
Sudah kenal kan kau dengan anak-anakku? Tidakkah kamu bisa belajar banyak dari mereka? Maafkan aku bila aku terlalu sombong membanggakan kelebihan anak-anakku, lalu siapa lagi yang akan membanggakan anak-anaknya kalau bukan orang tuannya.

Kalau merasa belum cukup kenal mungkin kamu harus bertemu denganku lain waktu. Akan kuceritakan lebih tentang mereka. 


(c) kekenkade – 31 Agustus 2014


( selamat untuk sembilan besarnya di Geo Fiksi :) )

18 Mei 2014

Hae Sepeda !

Mei 18, 2014 0
Hae sepeda sudah lama tak  bersua,
kamu kelihatan segar sekarang.
Setelah sekian lama ku tinggalkan kamu
dan kaki kakimu lemas tak berangin.
Aku merindumu, lalu kurawatlah kamu.
Aku merindumu, melewati jalanan di pangkuanmu.
Aku merindumu, karena aku mulai lelah dengan kaki kakiku.

Hae sepeda, temani aku mengarungi jalanan lagi yaa.
Jalanan jogja masih sama seperti kita pertama lewati dulu.
Hilir mudik kendaraan kesana kemari.
Padat merayap tiada henti.
Sepeda, Kamu penasaran nggak sih,
dengan apa yang orang orang pikirkan ketika di jalan.
Bermacam raut wajah menghiasi jalanan.
Serius, senyum, merengut, pandangan kosong,
semua sibuk dengan pikiran masing masing.
Ah , kenapa kita terlalu memperhatikan?

Hae sepeda, kamu belum lelah kan?
Langit mulai mendung, dan kita masih dijalan.
Kamu tak takut kehujanan kan?
Ingat, kita sering menerjang hujan.
Dan  aku masih ingin bercerita tentang jalanan padamu.
Ah jalanan, selalu saja ada cerita dibaliknya.
Jalanan, selalu ada kenangan untuk di ingat.
Kenangan bersama kamu dan kalian

ps. dedicate to otic si sepeda lipat
30 April 2014


(c) kekenkade for puisi untuk lomba FIP GOT TALENT 2014, pengalaman pertama (dan mungkin terakhir) ikut lomba puisi ~

23 April 2014

POSTER FAIL

April 23, 2014 0

Ini poster yang gagal menang waktu lomba seni se UNY, dalam rangka Dies Natalis UNY Emas, 2-6 April 2014
yang penting pengalaaman, hehe
emang dari segi design agaknya ini kepaud paud -an banget yeeah,

06 April 2014

Hujan Abu Gunung Kelud

April 06, 2014 0
Hujan kali ini berbeda.
Masih dari langit yang sama namun dalam bentuk yang berbeda.
Masih dari Kuasa yang sama namun dari sebab yang berbeda.
Hujan kali ini beda.
Karena bukan lagi kenangan yang dibawa slalu dalam setiap bulirnya.
Tapi kekhawatiran.
Namun, ada satu hal yang sama.
Hujan ini juga membuat hujan dimata.
Karena perih dilahirnya maupun sakit dibatinnya.
Ah alam.
Mungkin kamu lelah.
Mungkin kamu marah.
Istirahatlah sejenak.
Biarkan disini kami kerepotan mengurusimu.
Biarkan kami disini panik karena sering mengabaikan kesehatanmu.
Sekarang kamu sakit dan semoga kami sadar akan kelakuan kami kepadamu.
Maaf, kamu mungkin akan selalu mendengar gerutu kami.
Kamu mungkin akan selalu mendengar kami saling menyalahkan.

Karangmalang, YK. Jumat 14 Februari 2014
*hujan apapun selalu memberikan sentuhan puitis untuk siapapun, pagi ini sajak tentang hujan abu, hasil batuknya Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur, semoga dengan rehatnya alam ini manusia semakin mendekatkan diri pada Allah SWT. semoga para korban juga diberi ketabahan dan sabar. Amin

Kita Calon Ibu

April 06, 2014 0
kita mungkin bukan guru,
tapi ibu harus menjadi pendidik di keluarganya
kita mungkin bukan mahasiswa kedokteran,
tapi ibu harus tau cara menjaga kesehatan anggota keluarganya
kita mungkin bukan ahli gizi,
tapi ibu harus bisa mengatur asupan gizi keluarganya
kita mungkin bukan konsultan keuangan,
tapi ibu harus pandai mengatur keuangan keluarga
kita mungkin bukan peserta master chef,
tapi ibu harus mampu menyajikan makanan paling enak untuk keluarganya
kita mungkin tidak pernah ikut training menjadi cleaning service,
tapi ibu harus mampu menjaga kebersihan rumah setiap hari
kita mungkin bukan mahasiswa jurusan tata busana,
tapi ibu harus mampu menjaga penampilan keluarganya dengan baik
kita mungkin bukan……….,
tapi ibu,harus……

05 April 2014

TENTANG KUS : PLUS (Secuil Kisah tentang Anak Kelas 3 SD Pendampingan Belajar Mandiri)

April 05, 2014 0
Bermula dari tugas kuliah. Awalnya mbak yayak, salah satu teman sekelasku pada semester 3 kemaren mendapatkan mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat. Aku sebenarnya juga udah dapat , tapi aku udah menempuhnya di Semester Pendek. Hah, lumayan selo juga semester tigaku dengan tugas yang tidak sesetumpuk teman-teman yang lain.
Dari cerita mbak yayak, dulunya pendampingan belajar itu sudah ada dan dikelola oleh mahasiswa dari UGM, namun ya namanya seleksi alam yang mungkin saja para mahasiswa itu sudah tak seselo sebelumnya jadi pendampingan belajar itu terbengkalai. Pada akhirnya program pendampingan belajar itu tidak berjalan lagi.
Dan datanglah mbak yayak ke Dusun Parakan di pinggiran Kali Code sebagai penyelamat dan akhirnya pendampingan belajar Mandiri berdiri lagi. yeah
Mulanya aku diajak sama Kabee, mau nggak ikut dampingi belajar anak-anak. Anak-anaknya mulai dari kelas SD sampai SMP. Awalnya ragu-ragu sih, aku tahulah aku sendiri kayak apa, aku punya masalah dengan kepercayadirian. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk mengiyakannya, saatnya membentangkan sayap di luar kampus. Bosen juga sih sama keadaan ormawa, perlu suasana baru, padahal dulu alasan konyolnya masih mau bertahan di ormawa gegara belum menemukan tempat nongkrong yang bikin nyaman, eeh ternyata tempat nonkrong yang paling nyaman itu adalah dimana aku bisa ketemu orang-orang baru, pelajaran baru, kisah-kisah baru, dan inspirasi buat nulis lagi. J
Nah, disini aku diberi amanah untuk mendampingi belajarnya anak-anak kelas Tiga SD. Perkenalkan nama anak-anakku :
Aisyah, gadis kecil yang kalo ditanya malah senyum malu-malu dan sering nggak fokus pas aku jelasin pelajarannya. Dia cantik kalo pakai jilbab. Nggak beda jauh dari kakaknya, adiknya yang sering ngikut belajar juga kalo ditanya malah mringis unyu banget. Gemeess!! (sayang aku lupa namanya). Aisyah ini anaknya kurang fokus kalo di jelasin pas pelajaran, matanya sering kemana-mana, kalo nggak kepalanya nunduk bingung, ahh mungkin akunya yang neranginnya kurang menarik. Tapi kalo suruh ngerjain soal dia langsung nurut. Yaa walaupun dengan loading yang lama, soalnya dia kadang suka ngalamun gitu, terpesona mungkin sama aku. Haha
Yang kedua, Zaenab. Ada kisah lucu dibalik namanya ini. Pernah suatu ketika aku salah manggil nama dia jadi Zubaedah. Jaauuuh banget kan dari Zaenab jadi Zubaedah, nggak tahu kenapa nama  Zubaedah selalu terngiang di kepala, ada apa gerangan, apa pengaruh film? Tapi film apa? aku pun tak tahu. Dia ini anaknya to do point, maunya langsung tahu jawabannya. “Mbak-mbak, iki apa jawabane?” “Mbak, piye sih apa jawabane?” Niatnya kan aku mau nerangin dulu, eh tapi malah kadang bikin bingung, yaah kita sama-sama belajar ya Zaenab. Tangan kanannya berkeriput, seperti melepuh kena minyak panas, aku nggak tega mau tanya. Yah, mungkin aku bisa tanya ke temannya kali yaa. Oh iyaa -.- . Satu lagi yang disayangkan, Zaenab belum lancar bacanya, jadi sebisa mungkin pas dia belajar aku suruh banyakin bacanya. Dari orang tuanya juga berpesan kalo si Zaenab diajarin supaya lancar bacanya.
Yang ketiga ada Vinda. Anaknya pendiam, tapi pinter dia. Pelajaran kesukaannya bahasa Indonesia. Bacanya udah lancar dan  pandai menulis cerita. Aku belum menggali banyak tentang Vinda ini, pendampingan belajar besok kita kepoin lagi yaah.
Nah, ini ketiga anak kelas tiga yang rajin datang. Yang lainnya ada Ferdi yang aku baru ketemu pertama kali dan dia anak yang rajin dan pinter. Dia paling suka pelajaran Agama, sejujurnya mengajarkan agama ke anak-anak adalah sesuatu yang berat bagikum melihat ilmu dan implementasi agama ku masih minim banget, tapi yang penting “Sampaikanlah walaupun satu ayat” – tsaah
Masih ada anak-anak lain yang pengen aku kenalin. Ada Marko dan Aldi, yang kali kata Kabe mereka ini anak-anak trouble maker, soalnya kalo pas teman-temanya lagi belajar mereka ini malah rame sendiri, sering usil, keluar masuk ruangan, dan sering minta perhatian. Dan ternyata dibalik semua itu, mereka ini anak-anak broken home. Yaah, aku tahu gimana rasanya, pantes aja mereka kayak gitu.
Oh yaa, kegiatan minggu kemaren tanggal 2 Maret agak berbeda dari biasanya. Hari itu kita bermain di luar, soalnya tempat belajarnya sedang direnovasi. Senang juga sih, berarti masyarakat disitu memang peduli sama pendidikan anak-anaknya. Dan mau menerima kita.
Rasanya kembali ke jaman anak-anak saat main kucing dan tikus, lalu ular-ularan, waah bisa ketawa lepas, seneng bisa lihat anak-anak ramai gitu. Rasanya pengen balik SD lagi. Haha
Oh yaa, konflik anak-anak juga terjadi nih. Zaenab dan Vina curhat ke aku kalo mereka lagi nggak temenan sama Aisyah, soalnya kata mereka Aiysah bohong soal rangking yang katanya rangking satu padahal rangking satu dari belakang. Dari pihak Aisyahnya yang di dukung oleh Maya, bilang kalo dia nggak salah apa-apa , Zaenab sama Vina duluan yang mengolok-olok dia pas permainan kasti. Hahh, konflik masa SD. Aku lupa, gimana cara baikan sama teman pas dulu marah-marahan. Haha
Alhamdulillah, hari rabu kemarin mereka bilang kalo mereka udah baikan. Aisyah mau minta maaf duluan, soalnya di kelas nggak ada temenya. Duhh kasian adek yang satu ini, sabar ya deek :3 tapi kan sekarang udah pada baikannya yaa.
Sekian dulu kali ya, cerita episode pertama tentang anak-anak ini. Lanjut besok
Kamar paling pokok E6, 7 Maret 2014

GALAU GURU

April 05, 2014 0
Oke, tumben tumben banget ya nulis seuatu yang bisa dibilang lebih penting dari urusan curhatan galau. Ini aku mau menuliskan berpatah-patah kata tentang makna seorang GURU berdasarkan pemikiran ku, yang ya bisa dibilang (mungkin) kekanakan.
GURU , berasal dari bahasa jawa yang terdiri atas diguGU dan ditiRU.  Dari dulu sampai sekarang aku masih penasaran dengan peribahasa atau apa ini namanya Guru adalah Pahlawan Tanpa Jasa. Aku masih ingat apa yang disampaikan sama bu guru SMP , namanya Bu Rustini dia guru bahasa Indonesia, maksud Guru itu pahlawan tanpa tanda jasa adalah dia nggak minta balasan apa-apa dari muridnya, jadi guru hanya menansferkan ilmu dan membuat murid-murid menjadi pribadi yang lebih baik dalam kata lain MENDIDIK bukan hanya mengajar tanpa meminta balasan apaun dari muridnya. Guru hanya ingin murid-muridnya menjadi anak yang pintar dan berperilaku yang baik.
Nah, sekarang kalau pemikiranku ya?
Guru itu adalah sebuah panggilan dari dalam jiwa atau pekerjaan sih? Guru adalah Pahlawan tanpa tanda jasa, guru itu dapat gaji kan? Kalo gaji itu termasuk tanda jasa atau bukan? Aku pikir yang namanya pahlawan tanpa tanda jasa adalah yang benar-benar nggak menerima balasan dalam bentuk apapun. Nggak mengharap balasan apapun, itu namanya tanpa balas jasa. Ahh, iya anggap saja gaji guru selama ini adalah hadiah.
Menurut guru, jadi guru adalah sebuah panggilan dari jiwa, bukan karena alasan untuk bekerja. Jadi bukan Cuma orang yang dari jurusan kependidikan aja yang berhak jadi guru, ada banyak orang yang sekiranya mereka nggak kuliah di jurusan kependidikan tapi jiwanya memang terpanggil untuk menjadi guru. Mereka yang berjuang untuk pendidikan anak-anak, tanpa peduli dengan status mereka sebagai guru diakui atau tidak. Kan banyak juga , mereka yang kuliah di pendidikan yang nantinya memang dicetak untuk menjadi guru, tapi setelah menjadi guru ya hanya mengajar, menanggalkan kewajibannya sebagai seorang guru yang menyampaikan ilmu-ilmu untuk muridnya, menasihati ini itu, setelah itu udah.
GURU? Menurut aku semua orang itu adalah guru. Karena setiap kali kita bertemu dengan orang-orang dan kita berbagi cerita dengan mereka, kita bisa belajar dari apa yang mereka alami. Nah ini beda lagi keken -_-
Balik lagi ke profesi sebagai guru.  Saat ini sedang panas-panasnya isu PPG dibicarakan. Bahkan bukan isu lagi, sudah ada peraturan pemerintah yang mengantur tentang PPG. Yah, untuk orang-orang yang berminat menjadi guru, harus mengikuti Pendidikan Profesi Guru. Baik yang dari jurusan kependidikan maupun nonkependidikan. Tujuannya supaya guru menjadi lebih profesional dalam mendidik murid-muridnya, sehingga bukan hanya mengajar, tapi mendidik. Ingat lo yaa, para cagur mendidik anak itu bukan hanya untuk menanggalkan kewajiban saja, ingat nanti di akhirat juga akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas apa yang sudah diberikan pada anak-anak didiknya. Jadi intinya, menjadi guru itu bukan sekedar membuat anak menjadi pintar dan bernilai bagus, terus nanti ujiannya lancar, lulus, kuliah di PT favorit, dapat kerja. Tapi guru itu, semacam ibu nomer dua. Iya, tau kan kasih sayang seorang ibu itu gimana. Nah, Guru itu Ibu, pernah nggak Ibu minta gaji? Enggak kan?  (pembicaraan semakin absurd agaknya)
Dari dulu, aku disuruh bapak jadi guru, tapi aku agak gimana gitu. Sebenarnya kalau lihat guru-guru pada ngajarin anak didiknya kayaknya asik banget, orang-orang yang benar-benar mengabdikan diri mereka menjadi guru adalah orang-orang yang mulia. Pokoknya mereka keren deh, mereka harus tahu gimana kondisi murid-muridnya belajar, mereka harus mengarahkan, menasihatim, dan memberi pemahaman bagaimana seharusnya dan sebaiknya murid itu bertindak dan berpikir.
Ada sebuah buku yang pernah aku baca, “Ibu adalah pekerjaan paling mulia nomor satu, Guru adalah pekerjaan mulia nomor 2, dan Presiden adalah pembantu nomor satu”. Nah, mungkin karena aku belum untuk menjadi guru, aku akan menjadi Ibu. Karena Ibu adalah sekolah nomor satu buat anak-anaknya,


kekenkade
Jumat, 14 Maret 2014