20 Desember 2018

SO7, Euphoria, dan Celotehan Bapak

Desember 20, 2018 0


Image result for euphoria desktop wallpaper
cause you are my euphoria ~ lirik lagu BTS wkwkw
sumber gambar : google

Ide untuk tulisan ini muncul ketika melihat kabar bahwa Swing Entertaiment selaku agensi dari Wanna One merilis pernyataan tentang pembubarkan dan tidak adanya perpanjangan kontrak untuk Wanna One. Selain itu mereka juga memberikan pengumuman tentang last konser yang akan di adakan di Gochoek Skydome, salah satu stadium baseball terbesar di Korsel yang biasa jadi tempat langganan konser untuk penyanyi sekelas BTS, EXO, Bigbang, Birthney, Sam Smith, dll, pokoknya rookie grup cant relate-expect Wanna One. Pada tanggal 24 sampai 27 Januari 2019. 

Me being fangirl mood on be like ~

OMG. Konser di GSD lagi? Tempat itu seakan udah jadi tempat pergi dan pulang kembali bagi Wanna One. Gocheok Skydome adalah tempat dimana pertama kali Wanna One debut premier show-con tanggal 7 Agustus 2017, lalu tempat pertama kali mereka mengadakan world tour dari tanggal 1 sampai 3 Juni 2018 dan akhirnya menjadi tempat terakhir kali mereka konser sebagai sebelas anggota Wanna One.

Walaupun dalam lirik lagu dan mereka selalu bilang ini bukan akhir karena uri dashi manna- kita akan bertemu kembali, tapi kenyataan bahwa tidak bisa melihat mereka bersebelas lagi sebagai Wanna One itulah yang disayangkan. Apalagi kalau melihat mereka dari dari jaman masih jadi traine di Produce 101, kenangan tentang masa sulit yang mereka alami bersama seakan menjadi alasan kenapa banyak yang tidak ingin mereka disband.

Walaupun mungkin dari agensi tiap-tiap member sudah memiliki rencana di masa depan untuk anak-anaknya. Sejujurnya disatu sisi ku juga pengen lihat debutnya BNM Boys yang full member dengan tambahan Woojin dan Daehwi. Ku juga penasaran sama boygrup yang akan didebutkan oleh C9 Entertaiment agensinya Baejin. Tapi sekaligus sedih juga  karena Wanna One bubar :”

Dulu aku pernah ngobrol sama teman sesama penggemar, kalau kita punya keinginan untuk nonton konser EXO atau SM Town. Lalu sekarang aku pengen juga, paling enggak sekali seumur hidup nonton konser Wanna One, walaupun keinginan itu tidak akan terjadi karena Wanna One bentar lagi bubar dan kalau mau nonton last konsernya-pun aku tak sanggup dengan pundi-pundi yang harus dikumpulkan, belum lagi dokumen untuk mengurus kesana sungguh  tidak murah ~

penasaran sama suasana konser  dengan pancaran ribuan lightstick yang seakan membentuk lautan bintang,
foto Wanna One premier show-con
sumber gambar : google 

Bicara soal konser, aku jadi teringat kembali memori ketika masih jaman awal kuliah, dimana jauh dari orang tua membuat kebebasan sepenuhnya ada ditangan *evil laugh*

Konser Sheila On 7 adalah konser pertama yang kulihat secara live pada jaman kuliah. Ketika itu semacam menemukan banyak teman yang menyukai band yang sama jadi kalau bahas SO7 itu rasanya menarik sekali. Konser SO7 yang pertama kali aku datangi ketika salah satu SMA Muha di Yogyakarta mengadakan perayaan ulang tahun, konser itu diadakan di Sportorium UMY. Harga untuk tiket yang festivalpun dulu masih murah, hanya dengan 35K, ku sudah bisa berdiri tepat depan panggung. Dulu rasanya girang sekali saat menantikan Om Duta dan kawan-kawan tampil dipanggung.

Seperti rasa indomie, bagiku dulu nonton konser apalagi konser-nya SO7 itu rasanya nagih, pengen lagi. Kemudian kira-kira ditahun 2013 ada sekumpulan mahasiswa kedokteran yang mengadakan amal bakti dengan mendatangkan bintang tamu Sheila On 7. Tempatnya di Benteng Van Der Bugh. Kegiatan amal bakti yang dilakukan adalah dengan menyumbangkan rambut untuk dipotong, kemungkinan rambut-rambut sumbangan itu nantinya akan digunakan untuk anak-anak kanker, mungkin dijadikan wig kali ya (?) Jadi disana bisa sekalian nyumbang sekaligus dapat nonton konser SO7 gratis ~ kekeke

Dan akhirnya sampai konser SO7 ketiga yang kudatangi, sekaligus menjadi konser terakhir hingga saat ini aku nggak pernah nonton konser lagi. Konser Sheila On 7 waktu itu adalah puncak perayaan FARMASI CUP UGM tahun 2014 yang diadakan di GOR UNY. Bagiku GOR UNY itu udah kayak Jamsil Olympic Seoul-nya UNY, special buat nonton konser.

Flashback on~

Aku berdiri di tengah kerumunan manusia yang sedang melagukan lirik seirama dengan bintang utama di atas panggung. Selaras dengan mereka, aku pun larut dalam dendangan lagu.  Saat dengan asik-asiknya meneriakan fanchat lirik lagu, seakan tiba-tiba kenangan masa lalu akan celotehan bapak muncul sekelabat muncul dipikiran. Seperti flashback didalam flashback. Aku teringat satu hari saat sedang berjalan-jalan bersama bapak. Saat itu kami sedang berada di lapangan Supardi Sawitan. Saat itu entah kami sedang ikut event itu atau tidak yang jelas waktu itu sedang ada acara jalan santai, dan yang aku ingat ketika itu kami sedang mendengarkan pengumuman pemenang undian berhadiah. Aku ketika itu belum berusia belasan, kelas sekolah dasar.

apakah kita nanti juga akan antri seperti ini ?
sumber gambar : google

Aku masih ingat, tiba-tiba bapak bilang kira-kira begini redaksinya “ kalau disini aja jumlah orangnya sudah sebanyak ini, gimana besok pas di padang mahsyar” terus karena aku nggak paham jadi aku tanya maksudnya gimana. Dulu mungkin sebanyak apapun penjelasan bapak, masih belum sampai pada pikiranku yang minim pengalaman, tapi celotehan bapak itu, sampai sekarang entah kenapa selalu muncul, apalagi waktu aku lagi acara yang rame-rame.

TMI : Hal itu kadang bikin aku mikir, dibanding nasihat –nasihat yang diberikan secara formal dengan format yang emang niat memberikan nasihat kadang tidak semasyuk nasihat yang datang dari celotehan itu lebih mudah diingat. Iklan mode on : itulah bunda (ayah) pentingnya untuk berkata baik bahkan berceloteh baik didepan sang anak ~ kekeke

Mungkin celotehan bapak tidak seberapa banyak, tapi dari saat memasuki usia yang sudah bisa diajak mikir berat (halah) celotehan bapak itu jadi buat aku mikir kemana-mana. Sesaat setelah ingatan celotehan bapak itu lewat, aku lihat sekeliling, masih seperti tadi, penuh dengan euphoria sorak sorai, melagukan lirik dengan iringan permainan band  yang lihai. Kemudian aku berpikir, bener kata bapak. Di tempat aku berdiri saat itu aja udah ada berapa ratus orang, belum lagi yang ada di tribun timur, selatan dan utara (panggungnya disebelah barat). Kira-kira kelak aku ada diurutan nomor berapa saat hari perhitungan nanti. Lalu apa pertanggung jawabanku untuk saat ini. Apa tanggung jawabku atas nonton konser hari itu? Sesaat aku pikir mungkin ini bakal jadi konser terakhir yang aku  datangi.

Tapi namanya sedang ditengah-tengah konser, godaan untuk ikut mendendangkan lagu juga tak kalah besar. Tetap saja setelah itu aku juga masih hanyut dalam lautan manusia bersama euphoria didalamnya.

Beruntungnya pikiran itu datang lagi setelah pulang ke kos. Membuatku kembali berpikir, sebenarnya aku ngapain sih? Apa yang aku cari?

sumber gambar : google

Kemudian sejak saat itu aku nggak pernah nonton konser lagi,  nawaitu nggak nonton konser secara live lagi kecuali mungkin di TV atau youtube, hehe 

Jadi meskipun keinginan untuk nonton konser Wanna One itu saat tulisan ini dibuat masih ada, aku yakin suatu hari ini akan pudar seiring berjalanannya waktu, karena celotehan bapak bisa jadi alasan yang kuat untuk memudarkan keinginan itu.

TMI : Keinginan untuk nonton konser kpopnya mungkin pudar, tapi keinginan untuk bisa sampai ke Gochoek Skydome kayaknya akan menetap, kirim aku ke koriya ~ kekeke

Thank you uri appa :”)

Malam Kamis, 19 Desember 2018 | Hari Bela Negara | Peringatan Agresi Militer Belanda II | sembari mendengarkan full album debut dan full album terakhir Wanna One | K



17 Desember 2018

Apa Kabar Bo?

Desember 17, 2018 0
Carilah buku yang bisa membuatmu jatuh cinta. Jatuh cinta pada membaca – Anji 
 
Pembaca buku itu kan kita dilatih untuk menganalisa, dan kita dilatih untuk menunda menghakimi sampai baris terakhir pada halamannya, kita akan menjadi orang yang lebih bersabar, berhati-hati untuk menyimpulkan sampai selesai itu satu bab Najwa Shihab dalam Dunia Manji
TMI : Aku sampai nyari wallpaper yang dipakai Najwa Shihab biar serasa kayak dingatkan juga, hihihi

* * *

Sebenarnya aku sempat bingung mau nulis tentang ini dulu atau yang tentang Generasi yang Tumbuh Bersama Harry Potter. Kalau dipikir lagi, tulisan postingan sebelumnya adalah bagian dari tulisan ini. Ya walaupun nyambungya hanya dibagian edisi spesial saja sih ~  

Kalau dibilang hobi membaca sebenarnya aku nggak bisa mengakui. Karena aku merasa nggak hobi-hobi banget. Tapi aku suka buku, aku suka bau buku. Kadang aku juga menargetkan kalau dalam satu bulan ini paling enggak harus beli buku minimal satu, kalau nggak terpenuhi ya rapel di bulan berikutnya. Sayangnya setelah beli buku, kadang nggak langsung aku baca, cuma aku tumpuk di rak buku entah bacanya kapan pokoknya nunggu mood. Kalau istilahnya dalam “kata-kata yang sulit diterjemahkan dalam bahasa indonesia” namanya Tsundoku : leaving a book unread after buying it, typically pilled up together with another unread books

Prinsipnya beli dulu baca nanti, hehe

Yah itung-itung investasi masa depan siapa tahu bisa bikin perpus. Amin ~

Pertama kali kenal Bobo waktu main kerumah saudara jauh ibuk. Disana ada tumpukan majalah Bobo yang udah dibendel rapi. Lalu aku kepingin punya kayak gitu juga. Terus sama saudara Ibuku dikasih deh majalah Bobo anaknya, yang akhirnya menjadi majalah Bobo pertamaku. 

Majalah Bobo edisi tahun 2000-an
sumber gambar : doc pribadi

Kalau foto diatas kelihatan, dibawah tulisan Bobosiana itu ada judul Jendela Baru Akhir Abad XX, kalau dihitung sekarang umur majalah di atas udah seumuran anak SMA kelas dua atau tiga.
Kata ibu, waktu saudara itu datang kerumah, aku pengen Bobo lagi. Sampai akhirnya ibuk memutuskan untuk berlanggaan majalah Bobo lewat bapak tukang koran yang sering keliling pakai sepeda.  Namanya aku lupa pak siapa, duh maafkan aku bapak, semoga bapak tenang disisi-Nya ~
Aku langganan rutin itu dari kelas dua sampai kelas lima, lalu kelas enam udah jarang beli,  tapi kadang beli kalau ada bonus yang menarik aja, dan lagi bapak tukang koran itu juga jarang kelihatan sampai akhirnya aku mendengar kabar kalau ternyata beliau sudah meninggal. Lalu sampai saat ini terakhir kali aku beli cuma majalah Bobo yang ada Harry Potter-nya, dan itu sudah bertahun-tahun yang lalu.
Tidak wajar kalau aku membandingkan harga majalah Bobo yang dulu dengan yang sekarang. Kalau dulu jamannya aku masih berlangganan harganya 4000 sampai 8000-an mungkin setara dengan sekarang yang sudah sampai ke belasan ribu rupiah. Tapi harganya itu kadang juga tergantung bonusnya apa, kalau misal agak gedean seperti tas mungkin harganya akan lebih dari harga normal. Tapi bisa dipastikan kalau harga Majalah Bobo dari tahun ke tahun naik, soalnya dulu dari aku kelas dua yang hanya 4 ribu sampai ke kelas lima udah 7 ribuan. Hehe

majalh Bobo tahun 2002 - 2005
sumber gambar : doc pribadi 
Foto diatas adalah tumpukan masa lalu yang selalu aku nantikan di hari kamis. Jadi Majalah Bobo ini terbit setiap hari Kamis dan ulang tahun setiap tanggal 14 April. Kalau sampai sekarang berarti Majalah Bobo sudah berumur 45 tahun yorobun ~

Bonus poster dari Majalah Bobo
sumber gambar : doc pribadi

Bonus poster saat Majalah Bobo  ulang tahun
sumber gambar : doc pribadi
Berlangganan majalah Bobo tidak terlepas dari motivasi untuk mendapatkan bonus yang ada didalamnya. Jadi kadang dua minggu sekali atau  kalau lagi ulang tahun atau kalau lagi ada tema tertentu, Majalah Bobo kadang juga menyelipkan bonus. Bonusnya macem-macem. Mulai dari poster seperti foto diatas. Poster Bobo yang kuning dan biru itu adalah bonus saat Bobo ulang tahun. Ukuran posternya lumayan gede, sekitar 80 x 60 cm kurang lebih. Kalau yang poster Spongebobi, Hamtaro, dan Nemo itu kalau Bobo sedang mengambil tema dari acara tersebut.

Selain poster masih banyak bonus Bobo dalam bentuk lain. Seperti perintilan kecil dalam foto bawah ini :
sumber gambar : doc pribadi

Ada bolpen, lem gliter, bolpen gliter, pin, gantungan kunci, name tag, sabun kertas, mini papan ludo, kartu mainan yang hits pada jamannya.

Pernah juga bonusnya adalah soal latihan pelajaran, buku tips, buku profil artis, note book, atau buku telpon kecil (dulu masih jaman ya pakai buku telpon). 
sumber gambar : doc pribadi

Selain bonus yang kecil-kecil, aku pernah dapat juga yang bonusnya lumayan besar, seperti dalam foto ini :
sumber gambar : doc pribadi

Difoto itu aku dapat bonus celengan Bobo, map Bobo, map tema Harry Potter saat edisi khusus Harry Potter, tas pinggang, dan tempat pensil. Sebenarnya masih ada dua bonus tas Bobo, tapi entah sekarang mereka dimana ):
sumber gambar : doc pribadi
Beberapa bonus di atas ada yang disisipkan secara terpisah. Jadi kalau mau dapat Bonusnya secara lengkap, harus beli majalah Bobo dua minggu berurutan. Seperti bonus celengan Bobo itu aku dapat  tutupnya dua seminggu kemudian baru dapat badan tabungnya. Atau seperti foto diatas, itu adalah bonus gantungan rumah keluarga Bobo, ada Emak, Bapak, Bobo, Coreng, Upik, Cimut yang digendong Emak, Tut-tut, dan Paman Gembul. Btw, sekarang baju mereka lebih keren dari pada yang dulu.

Ada satu lagi bonus yang jadi favoritku dan dulu sering banget aku pakai buat sekolah.

sumber gambar : doc pribadi

Yap, jam tangan Bobo. Waktu masih sekolah dasar, tiga jam itu sering menghiasi pergelangan tangan kiriku. Dari yang paling kanan itu favoritku, karena daripada dua jam disampingnya dia terlihat lebih normal. Yang ditengah jam digital yang bahan gelangnya dari spon, mulutnya sudah hilang karena sering dipakai. Jaman SD dulu sempat booming jam yang tinggal dislap ke tangan langsung ngepas dipergelangan tangan, nah itu bonus jam paling kiri. Gelang yang buat slap-nya sudah berkarat dan sekarang hilang entah kemana. Sekarang tiga-tiga sudah mati semua. :”)

Hal nomor dua yang menarik selain bonus majalah Bobo, bagiku adalah ilustrasi yang ada pada setiap rubriknya. Jadi dalam majalah Bobo ada beberapa rubrik seperti cerpen, cerbung, cergam bona dan rong-rong, cergam keluarga kelinci, cergam negeri dongeng, cergam paman kikuk, arena kecil, iseng-iseng, tak disangka, uji imajinasi, boleh tau, ensiklobobo, profil, dan masih banyak lagi ~ CMIIW. Disetiap rubrik itu jarang banget nggak ada ilustrasinya, dan setiap ilustrasi punya keunikan masing-masing. Aku nggak bisa bilang kalau ini ilustrasi favoritku hanya saja karya kedua ilustrator ini selalu ada diingatan :
Ilustrasi khas Yoko
sumber gambar : doc pribadi

Ilustrasi karya Om Rudi
sumber gambar : doc pribadi
Entah kenapa bagiku gambarnya bagiku selalu eye-catching ~

Dulu aku punya kebiasaan tiap kali setelah beli majalah Bobo, aku selalu menyisakan bagian cerpen dan dongeng untuk kubaca terakhir. Pokoknya kayak makan Oliv* Chicken yang paha atas, kulitnya dimakan terakhir. Soalnya dulu, bagiku, bagian yang paling menarik selain bonus Bobo ya cerpen atau dongengnya. Apalagi kalau ada cerbung, wah rasanya pengen cepet-cepet hari kamis lagi saking penasaran cerita selanjutnya, yaa macam nonton kdrama gitu, haha

Ohya selain itu rubrik yang bagiku menarik di majalah Bobo adalah Iseng-iseng. Rubrik ini tentang tebak-tebakkan atau mencari solusi dan semacam itu. Sayangnya nggak setiap minggu ada rubrik ini, intinya ini salah satu rubrik yang selalu aku nanti-nanti dalam majalah Bobo.

Dulu aku pernah berencana untuk menjual majalah-majalah Bobo itu di loakan, soalnya waktu itu tertumpuk berantakan dan beberapa ada yang dimakan rayap bahkan tikus. Alhamdulillah, ada Ibu yang mencegah berbuatan keji itu. Karena mungkin ibu tahu, kalau majalah Bobo punya banyak kontribusi besar dalam belajar membacaku. Jadi kalau nggak diingatkan nanti aku nyesel setelah jual majalah-majalah ini, mungkin tulisan ini nggak bakalan ada.

Dan mungkin misal besok aku meniqa lalu nanti dan punya baeby, ku tak perlu repot-repot beli buku cerita soalnya bisa buat kliping sendiri dari dongeng-dongeng di majalah Bobo ~ kekekeke

Thank you uri eomma ~

Teman bermain dan belajar, be-o-be-o BOBO ~


Selesai ditulis tanggal 15 Desember 2018 | K

Ibarat sedang Sayang-Sayangnya tapi Harus Putus

Desember 17, 2018 0
Another mojok failed bagian 2 ~


Secuil kisah Wanna One dan Wannable . . .
 
Tepat pada tanggal 7 Agustus 2018, Wanna One merayakan hari ulang  tahun debut yang pertama. Tidak hanya Wanna One yang disibukkan dengan persiapan perayaan tersebut dengan menyapa penggemar di salah satu kafe di Korea Selatan, para Wannable pun – sebutan untuk fans Wanna One juga tak kalah heboh menyambut hari penuh haru itu. Kenapa penuh haru? Karena bayangan akan bubarnya grup project yang terbentuk berkat ajang pencarian bakat Produce 101 season 2 ini semakin dekat.

Dalam kalender penanggalan Wannable, tidak mengenal istilan bulan Desember, karena pada bulan itu idol mereka akan berpisah dan kembali ke agensi masing-masing. Meskipun ada rumor yang mengatakan bahwa akan ada perpanjangan kontrak paling tidak sampai bulan Januari 2019, tapi belum ada kejelasan dari pihak manajemen. Padahal satu bulan tersebut adalah waktu yang sangat berharga bagi Wannable. 

Ibarat lagi sayang-sayangnya tapi harus putus, mungkin itulah yang dirasakan oleh para Wannable terhadap Wanna One. Waktu 1,5 tahun di rasa kurang bahkan tidak cukup untuk mengidolakan kesebelasan pria tampan yang berbakat ini. Banyak kenangan yang telah ditorehkan oleh Wanna One, meski sebagai fans internasional yang tidak bisa bertemu langsung dengan mereka karena biaya nonton konser dan fanmeet yang mahal, tapi melalui acara reality show semacam Wanna One Go, Wanna One City, Zero Base, Wanna One X-con, Wanna Travel dan acara televisi yang ada member Wanna One-nya didukung oleh kuota internet yang melimpah atau sinyal wifi yang terpasang maksimal, kaum wannable yang termarjinal dapat menikmati pemandangan Wanna One meski hanya melalui layar. 

Ibarat sejoli yang pernah berjuang dari bawah sampai sukses, bagi Wannable yang ngikutin Wanna One sejak jaman mereka masih trainee di acara Produce 101 Season 2, tentu bukan hal mudah untuk melupakan perjuangan 11 trainee ini menuju kursi debut. Mereka harus melewati banyak evaluasi dan eliminasi selama masa karantina 3 sampai 4 bulan. Tidak hanya trainee yang disibukkan dengan berbagai macam seleksi, disini lain para calon Wannable yang saat itu sebutannya produser nasional juga menyibukan jari-jari mereka untuk terus menvoting idolanya supaya bisa debut. Sampai akhirnya terpilihlah kesebelas pria tampan nan rupawan ini menjadi anggota Wanna One, Sang “Rookie Monster”. Gelar tersebut layak disandang oleh boygroup yang dinaungi oleh agensi Swing Entertaiment,  mengingat bahwa showcon debut mereka saja  digelar di Gocheok Sky Dome, stadium baseball terbesar di Korea Selatan yang ibaratnya tempat ini hanya layak untuk konser artis papan atas sekelas EXO, BIG BANG atau BTS. Tak hanya itu, Wanna One juga berhasil menyandang gelar Rookie Award, Album of The Year, New Artis of the Year, Best New Artis dan masih banyak lagi di ajang pernghargaan bergengsi seperti Gaon Chart Award, Melon Music Award, Asia Artis Award, Seoul Music Award dan lain-lain. 

Seperti bumbu dalam hubunganmu dengan dirinya, kesuksesan Wanna One juga tidak terlepas dari kontroversi yang yang menjadi micin dalam masa kejayaan Wanna One, pernah suatu ketika beberapa anggota Wanna One diduga tidak sadar telah mengeluarkan kata-kata umpatan dan tidak sopan selama siaran langsung Vlive jelang comeback album mereka yang bertajuk Boomerang, mereka nggak sadar kalau kameranya sudah on air, meskipun tidak diketahui siapa yang mengucapkan kata-kata tidak pantas tersebut  karena keadaannya mereka sedang wira-wira diruang backstage. Hal tersebut tentu saja membuat para fans khawatir hingga mereka rela mencari kebenaran dengan memeriksakan video rekaman tersebut ke Ahli Digital Forensik.  Bersyukurlah Wanna One memiliki Wannable yang begitu setia dan peduli, berkat kerja keras noona-noona Wannable, mereka berhasil membuktikan bahwa itu bukan suara member Wanna One,  tapi itu suara mesin yang menimbulkan ketidakjelasan suara, sehingga hal itu dimanfaatkan oleh para haters untuk memunculkan rumor tidak sedap. Meskipun sudah ada bukti bahwa member Wanna One tidak bersalah, tapi dari pihak agensi tetap meminta maaf atas kontroversi dan kekhawatiran yang ditimbulkan. Walaupun sempat tersandung masalah, berkat kekuatan streaming dan fangirling dari para fans, Wanna One berhasil menutup kontroversi itu dengan prestasi, nggak kayak artis sebelah tuh, ehehe 

Saat ini Wanna One sedang disibukkan dengan aktivitas World Tour-nya, tapi disela-sela itu mereka masih sempat untuk menyapa Wannable melalui Vlive, mungkin mereka sadar kalau waktu yang mereka punya tinggal beberapa bulan lagi jadi mereka pengen lebih dekat dengan penggemar. Karena jika mereka sudah tidak di Wanna One, kembali ke agensi masing-masing, lalu debut lagi dengan nama dan anggota group lain, tentu rasa yang dulu dimiliki ketika menjadi member Wanna One dengan Wannable sudah beda. Ibarat kamu dan dirinya sudah putus, lalu dia hadir lagi dalam hidupmu sebagai orang yang mengaku baru, apakah rasa yang dulu bisa kembali ada? Entahlah, hanya Tuhan dan mantan yang tahu, eh ~

Tulisan kedua yang gagal diseleksi mojok essay, kulupa tanggal berapa sudah berbulan-bulan yang lalu. Tulisan pertama yang gagal kalau mau baca silakan klik disini ~
Topiknya juga masih sekitaran Wanna One, I dont know why their existence give me such a inspiration, hehehe  

13 Desember 2018

Generasi yang Tumbuh Bersama Harry Potter

Desember 13, 2018 0

Sumber gambar : google


*


*


*


*


*


*


*


*


*


*


*


*


*


Ide buat nulis ini sebenarnya sudah ada sejak berbulan-bulan lalu, bahkan tahun lalu sebelum pindahan rumah, aku udah persiapin fotonya untuk diposting. Rencananya mau posting di tumblr, tapi setelah tahu kalau ternyata tumblr diblokir patahlah semangat untuk nulis itu. Waktu itu sedang tidak tertarik untuk mengaktifkan blog, soalnya template dan layout-nya lumayan berantakan dan aku males buat ngerapiinnya  ~ hehe

Sejenak ide ini menguap lalu mengembun kembali saat film Fantastic Beast : The Crimes of Grindelwald rilis bulan lalu. Jujur aku belum nonton film itu soalnya takut nggak mudeng sama jalan ceritanya. Orang yang Fantastic Beast Where to Find Them saja aku masih belum paham gimana ceritanya. Dan sebagai manusia yang lebih memilih menjadi tim film dibukukan dari pada buku difilmkan, aku percaya pasti  ada bagian di buku yang tidak ada di film walaupun cuma peristiwa-peristiwa kecil tapi rasanya ada yang berbeda. Jadi pengen baca bukunya aja tapi mau beli bukunya hmm sayang duit ~ kekeke 

Mungkin juga karena aku menempatkan diri sebagai penonton yang baper, jadi ketika film Fantastic Beast pertama rilis, kemudian tahu kalau yang jadi pemain utamanya Eddie Redmayne,  ku tuh jadi agak gimana gitu. Soalnya dalam bayanganku aku masih melihat karakter yang dimainkan oleh si Eddie dengan daebak di film tahun sebelumnya dengan judul The Danish Girl

Mari kita kembali ke point utama dalam tulisan ini adalah Harry Potter atau lebih tepatnya ini tentang ke potterhead-anku, yang sebenarnya (menurutku sih) nggak terlalu potterhead- banget, hehe

Pertama kali nonton film Harry Potter, waktu masih SD, entah kelas berapa, di rumah tetangga. Waktu itu nonton Harry Potter and The Chamber of Secrets. Aku melihat sosok Dobby yang lagi ngobrol sama Harry, dalam pandanganku semasa SD  “ih makhluk apaan tuh”. Dulu belum tahu itu film apa, dan aku kayak memandang sebelah mata, sama seperti waktu aku ngeremehin kdrama Reply 1988, Signal, atau Voice yang ternyata punya jalan cerita yang bagiku menarik.
Lalu ketika sudah lulus SD, aku lihat mbak tetanggaku yang udah SMA itu suka pinjem buku Harry Potter  di perpus sekolahnya. Terus aku penasaran pengen baca juga, lalu aku sering minta tolong sama dia untuk minjemin buku Harry Potter  yang lain, bahkan pernah aku minjem buku Harry Potter 6 (Harry Potter and The Half-blood Prince) sampai sebulan belum selesai baca, dan udah sering ditagih sama temenku, karena nggak enak udah kelamaan, akhirnya dibalikin dan menelan kekecewaan karena belum tahu gimana akhir ceritanya. 

Eh tapi mbak tetanggaku ini, terus ngajak aku main ke rumah temennya, dan ternyata temennya ini punya koleksi buku series Harry Potter  terus aku jadi sering pinjem sama mbak temennya temenku ini deh. 

Semenjak menyukai buku Harry Potter  aku jadi penasaran pengen nonton filmnya. Rasanya excited banget waktu tahu Bioskop Trans TV bakal nayangin Harry Potter. Waktu itu masih jamannya Harry Potter and The Prisoner of Azkaban yang pertama kali tayang di layar kaca Indonesia. Dibela-bela-in nunggu didepan TV meskipun mata udah ngantuk. Ohya ini mungkin karena terlalu menghayatinya aku juga pernah nangis trenyuh waktu nonton  Harry Potter  1  pas scene-nya  Harry lagi duduk memandang luar jendela lalu dia lagi kepikiran tentang orang tua-nya. Kasian ~

Sejak saat itu aku mulai meng-aku-kan diri sebagai seorang potterhead. Padahal punya modal buat beli koleksinya aja enggak, tapi rasanya seneng banget kalau ada temen yang juga ngobrolin Harry Potter. Dulu juga pernah beli CD film bajakannya. Terus waktu film Harry Potter  5 rilis, sama temen ngobrolin scene-nya Harry dan Cho Chang, udah kayak pengamat film nggak profesional gitu, dasar piyik ~

Dulu hal-hal yang berhubungan sama Harry Potter selalu bikin excited. Bahkan dulu saking ngefans-nya, aku pernah bikin daftar apa aja yang ada dalam film atau buku Harry Potter di binder, ini buktinya :

 
catatan ke-Harry Potter-an dari unforgiveable curse, peta perompak, Hogwarts Founder, Quidditch, weird creatures, foods,  money, Magical Ministry, Riddle dll
sumber gambar : doc pribadi
Entah apa yang ada dipikiran aku, 10 tahun yang lalu waktu nulis ini, tapi nulis beginian itu seenggaknya bisa melegakan pikiran. Kayaknya nih, dulu aku mikirnya, karena aku belum mampu beli buku dan tetek bengek yang berhubungan dengan Harry Potter, aku pengen punya kenang-kenangan semacam mata pelajaran kepenyihiran gitu,haha

Kalo dipikir sekarang sungguh unfaedah sekali yorobun , tapi kan ini dulu ~

Mungkin DULU berhalusinasi jadi murid hogwarts jadi sampai bikin catatan tentang daftar pelajaran yang ada di Hogwarts, profesornya, murid-murid, mantra, patronus, sampai tempat-tempat yang disebutkan dalam buku dan film Harry Potter
sumber gambar : doc pribadi
Di tulisan itu, tiap bagian aku beri judul dan sub judul. Tulisannya pun masih yang besar kecil alay pada jamannya.  Aku pakai polpen warna, spidol, sampai pensil warna buat ngehiasnya, biar lebih warna-warni. Catatan materi pelajaran sekolah aja kalah rame sama tulisan ini. Sekarang kalau lihat itu lagi rasanya “ya ampun, dulu aku sampai segitunya ya” geli-geli gimana. 

Selain itu, dulu kadang aku juga suka ngumpulin majalah yang ada hubungannya sama Harry Potter. Nggak banyak sih, tergantung ada duit atau enggak dan dibolehin atau enggak sama ibuk buat beli majalah itu.

ada satu lagi bonus tas Harpot dari majalah Bobo tapi hilang entah kemana ~
sumber gambar : doc pribadi

Tiga majalah diatas aku beli hanya gara-gara ada bonus dan pembahasan Harry Potter didalamnya, walaupun hanya satu-dua halaman tapi bagiku itu sudah menyenangkan .
 
Bobo spesial Harry Potter and The Deathly Hallows ada bonus Map dan Poster. Tapi posternya juga entah kemana.
sumber gambar : doc pribadi

Foto diatas adalah salah satu majalah favoritku. Itu majalah Bobo edisi spesial Harry Potter. Jadi dulu tiap kali Harry Potter rilis buku baru atau film baru, majalah Bobo ngeluarin edisi specialnya. Aku cuma punya dua aja, soalnya aku baru tahu kalau ternyata Bobo ngeluarin edisi spesial ini ketika buku terakhir tahun 2007 rilis. Aku ingat, edisi waktu itu sampulnya gambar Hogwarts. Dan aku hanya bisa minjem dari temenku doang, hiks 

Sejak saat itu aku berjanji sama diri sendiri, kalau aku harus dapat edisi spesial untuk film yang terakhir. Akhirnya dapat deh, lalala yeyeye ~ 

Dulu (sampai sekarang juga masih ding) aku punya keinginan untuk punya buku series-nya lengkap. Walaupun udah pernah baca semua, tapi rasanya kalau punya sendiri itu ada kebanggaan tersendiri. Meskipun sampai saat ini semua itu masih wacana, karena tiap mau beli lalu mikir lagi “Ah ini kan udah pernah baca” atau kalau nggak “Ah mahal ah, nggak jadi” ~ kekeke 

Harry Potter and the Order of Phoenix  & Harry Potter and the Chamber of Secrets
sumber gambar : doc pribadi


Sampai sekarang aku hanya punya dua buku series diatas. Buku kelima dan kedua. Itupun aku dapatnya dengan harga yang sangat miring. Buku Harry Potter  5 aku beli di Social Agency, bukunya dibagian buku-buku yang tersingkir macam loakan, padahal kondisinya masih bagus dan layak baca banget. Aku dapat dengan harganya yang nggak sampai 50 ribu, uwuu ~ bahagia sekali aku

Ngomong-ngomong soal judul tulisan ini, sebenarnya judul ini terinspirasi dari hasil kepo igs-nya @asakecil, aku nggak kenal siapa mbak-mbak itu tapi postingannya bagiku selalu menarik dan bermanfaat. 

Bagiku sendiri, Harry Potter memang sudah seperti “teman” dalam dunia perbukuan dan perfilman (ya walaupun aku tahunya nggak dari awal sih, hehe). Jadi sebagai generasi yang lahir tahun 90-an, buku Harry Potter juga, buku pertamanya lahir tahun 1997 setelah  J.K Rowling mengalami beberapa kali penolakan.

Film pertama yaitu Harry Potter and The Philosopher’s Stone lahir tahun 2001 yang berkisah tahun pertama Harry dan kawan-kawan di sekolah Hogwarts yang mana saat itu aku masih kelas satu SD. Kalau boleh lebay nih ya, aku seakan menghubungkan masa ketika sekolah dasar dengan tumbuh bersama rilisnya film Harry Potter 2  (2002), buku Harry Potter 5 (2005), film Harry Potter 3 (2004), film Harry Potter 4 (2005), dan buku Harry Potter 6 (2005).  Yah meskipun aku mulai sukanya waktu udah masuk SMP, hehe

Masih (lebay) dalam rangka menghubung-hubungkan masa tumbuh bersama Harry Potter. Tahun 2007 ketika film Harry Potter 5 (Harry Potter and The Order of Phoenix) rilis itu bersamaan dengan masa puber di sekolah menengah pertama. Kalau kalian sudah nonton filmnya mungkin akan paham maksud saya yang tersirat. Sebenarnya Harry Potter keempat (Harry Potter and Goblet of Fire) juga sudah mengalami kegalauan seperti remaja pada umumnya sih, tapi on fire-nya kalau menurutku, di film kelima. Haha 

Lalu film Harry Potter 6 tahun 2009 dan film ketujuh-delapan sekaligus terakhir rilis pada tahun 2010 dan 2011 sebagai film-film yang menemani masa SMA. Ketika film  Harry Potter 7 (Harry Potter the Deathly Hallows Part 2) sedang booming, saking penasarannya dan saat itu masih cupu untuk nonton di bioskop jadi aku beli film-nya di emperan toko CD bajakan. Terus nonton bareng sama tetangga, ikutan sedih ketika tahu ternyata Mr. “Turn to Page 394” yang dari buku pertama sampai keenam dikira jahat ternyata sebaliknya. Alan Rickman Jjang !! 

Bagaimanapun buku dan film Harry Potter telah menemani masa-masa usia belasanku. Dan sekarang kalau tahu atau dengar info yang berhubungan dengan Harry Potter atau J.K Rowling seakan-akan memanggil kembali memori tentang hal itu. :”)

Jadi setelah membaca cerita unfaedah diatas sejutu nggak, kalau kita (yang suka Harry Potter aja ding) adalah generasi yang tumbuh bersama (buku dan filmnya) Harry Potter? 

Seketika aku mendengar suara loe kali aja gue enggak ~ hehehe



========== NOX ==========



Mulai ditulis tanggal 12 Desember 2018 sembari menikmati postingan MAMA in Jepang, sempat dipublish tanggal 13 Desember 
lalu diedit ulang dan selesai tanggal 15 Desember 2018 | K