Kalau kamu Kpopers atau bahkan fansnya IOI atau Wanna One pasti tidak asing
mendengar istilah Produce 101, sebuah ajang survival yang disiarkan oleh salah satu
TV kabel ternama di Korea Selatan. Produce
101 berhasil melahirkan idol-idol baru berbakat dan berkualitas yang
dipilih langsung oleh masyarakat Korea Selatan. Babak penyisihannya pun
ditayangkan secara nasional, sehingga masyarakat atau mereka lebih menyebutnya
produser nasional bisa mengetahui siapa saja yang pantas untuk debut sebagai idol.
Agaknya tulisan ini hanyalah kehaluan
semata seorang fangirl yang ingin mengenal lebih dekat politik di Indonesia,
tapi karena nggak paham harus kenal dari mana makanya dengan kemampuan halu yang sudah tidak diragukan lagi,
terbitlah ide untuk mengadakan eh lebih tepatnya membayangkan bila ajang
pemilihan presiden Indonesia mencotek cara pemilihan idol tersebut dengan nama Produce
Parlemen.
Sebelumnya aku kenalkan dulu apa itu Produce
101 singkatnya PD 101 ya biar nggak ribet. Adalah sebuah ajang survival dimana
101 trainee dari berbagai macam
agensi dikumpulkan untuk diseleksi secara nasional dan nantinya dipilh 11 orang
yang akan debut menjadi idol. Dari 11
yang terpilih itu, yang menjadi peringkat pertama akan menjadi center nasional atau istilahnya wajah
dari grup yang debut. Nah kalau di Produce
Parlemen yang menjadi center adalah
yang akan menjadi presiden.
Untuk bisa mencapai posisi debut itu, setiap trainee harus melewati tugas evaluasi. Evaluasi untuk menyeleksi
para trainee dilakukan melalui empat
tahap, yaitu Evaluasi Agensi, Evaluasi Battle Group, Evaluasi Posisi, dan
Evaluasi Final, disetiap evaluasi akan diberlakukan sistem voting dan ada eliminasi.
Berdasarkan pengertian di atas, agensi para idol itu dapat diibaratkan sebagai partai-partai yang menaungi
jagoan presiden. Jadi 101 capres dari setiap partai akan dikumpulkan dan diberi
tugas dalam rangka seleksi dan evaluasi. Tentu saja proses evaluasi dan seleksi
ni berbeda dengan trainee idol, para
capres ini tidak disuruh untuk menari, menyanyi atau bahkan mengerap.
Pada tahap evaluasi agensi, di PD 101 para trainee disuruh untuk menampilkan bakat mereka didepan para trainee lainnya dan juri, setelah itu
mereka akan diklasifikasi kedalam kelas-kelas dari kelas A yang paling tinggi
sampai kelas F yang paling rendah. Dalam Produce
Parlemen, Evaluasi Agensi adalah Evaluasi Partai, bisa dilakukan dengan para
capres di wajibkan untuk mempresentasikan apa saja program kerja dan bagaimana
cara mewujudkannya dihadapan capres lainnya dan juri yang merupakan perwakilan
dari masyarakat, kalangan akademisi, mahasiswa, KPK, dan lain-lain. Setelah itu
capres juga akan diklasifikasikan kedalam kelas-kelas dari kelas A untuk capres
yang kelihatan cakap dalam presentasi dan bisa membuktikan kinerjanya sampai
kelas F untuk capres yang kelihatannya kurang cocok untuk jadi presiden. Dari
evaluasi partai itu, masyakarat sudah dapat bayangan kira-kira akan memilih
capres mana yang layak untuk debut menjadi presiden.
Tahap kedua meminjam istilah Evaluasi Battle Group, untuk pemilihan
presiden akan dinamakan Evaluasi Koalisi Partai. Dimana para capres akan
berkoalisi dengan partai lain untuk membentuk suatu program kerja yang temanya
sudah ditentukan dan mereka harus mewujudkan program kerja itu menjadi suatu
yang nyata. Jadi mungkin untuk evalusi ini dalam pemilihan presiden lebih
rumit, jika di PD 101 para trainee
hanya diberi tugas untuk membawakan lagu dengan konsep dan koreo penampilan
yang dibuat sendiri, maka dalam pemilihan presiden ini, para capres akan di
asingkan terlebih dahulu di daerah-daerah terpencil yang sudah dipilih untuk
menjadi tempat pelaksanaan program kerja yang dibuat oleh koalisi para capres
ini. Ohya lalu bagaimana cara masyarakat tahu bahwa capres itu melaksanakan
program kerjanya di daerah terpencil?
Tenang, tentu saja juri Produce
Parlemen sudah menyiapkan beberapa staf untuk melakukan vloging tentang bagaimana proses capres-capres tersebut
mewujudkan proker mereka supaya tidak
hanya menjadi wacana. Beruntungnya kita masih hidup di zaman milenial dengan teknologi canggih,
dengan vloging yang dapat disiarkan
secara live baik di televisi atau youtube, hal tersebut diharapkan dapat
menjangkau seluruh kalangan masyarakat.
Setelah Evaluasi Koalisi Partai dilaksanakan, program kerja yang dibuat
sudah mulai jalan secara nyata, maka tibalah pada tahap eliminasi pertama
capres. Ohya, sebelumnya kalau di PD 101 kegiatan seleksi hanya dilakukan
selama 3 sampai 4 bulan, kalau di Produce
Parlemen ini dilakukannya selama lebih dari 1 tahun ya, makanya 2 tahun sebelum
pemilihan presiden yang baru para politikus yang ingin mengabdi menjadi
presiden harus benar-benar mempersiapkan fisik dan mental untuk mengikuti Produce Parlemen ini. Eliminasinya dilakukan dengan cara voting melalui laman web Produce
Parlemen yang sudah dibuat. Tentunya untuk dapat ikut voting masyarakat wajib mendaftar NIK yang dimiliki untuk
menghindari kepalsuan Data. Hal ini lebih mudah dibanding harus milih melalui
bilik suara, karena selain hemat kertas, hemat ruang, dan hemat biaya
operasional, voting melalui laman web
dapat dilakukan dimana dan kapan saja. Di dunia halu, para sepuh yang buta teknologi akan di bantu oleh staf Produce Parlemen yang sudah ditempatkan
didaerah-daerah tertentu untuk membantu kelancaran pemilihan capres, yaa
semacam direct sales kartu perdana
yang sering dijumpai dimana-mana itu lho. Nah, disini capres dengan peringkat dibawah 60 akan di
eliminasi dan dikembalikan kepada partai masing-masing.
Lanjut ke tahap Evaluasi Posisi, lagi – lagi di
evaluasi ini pada Produce Parlemen
lebih rumit dibanding Produce 101.
Kalau di PD 101 para trainee diminta
untuk memilih posisi yang sesuai dengan kemampuan atau bakat mereka seperti
Vokal, Dance, atau Rap maka di Produce Parlemen, para capres diminta
untuk memilih posisi Presiden, Ketua MPR, dan Ketua DPR (karena berdasarkan
hasil googling presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi disamping MPR
dan DPR, jadi ketiga posisi ini dirasa sejajar, sehingga kalau misal nggak bisa
debut jadi presiden dia bisa debut jadi ketua MPR atau DPR, ya nggak? Sekali lagi, ini di dunia
halu ya)
Setiap posisi akan bersaing dengan posisi yang
sama, misal capres yang milih posisi ketua MPR ya akan bersaing dengan yang
milih sama. Persaingannya masih dilakukan dengan cara berkelompok, jadi di
dalam kelompok itu masih akan dipilih siapa yang akan menjadi main posisi-nya. Ibaratnya kalau di PD
101 itu, pada kelompok trainee yang
milih posisi Vokal akan ada yang menjadi
main vokalnya.
Pada evaluasi posisi, setiap tim dari tiap posisi
diberi tugas untuk membuat kebijakan yang akan diterapkan disuatu daerah.
Kebijakan tersebut harus sesuai dengan kondisi daerah yang telah ditentukan.
Untuk pemilihan daerahnya sudah ditentukan oleh staff Produce Parlemen. Waktu evaluasi ini berlangsung selama kurang
lebih 5 bulan sudah termasuk proses pembuatan dan penerapan kebijakan.
Masyarakat dapat melihat pertarungan dalam evaluasi ini melalui
platform-platform internet yang menyediakan jasa nonton video. Setelah pelaksanaan evaluasi posisi di setiap daerah
selesai, maka saatnya adalah eliminasi tahap kedua. Dimana dari 60 capres, akan
dipilih menjadi 35 capres yang lolos untuk mengemban misi selanjutnya.
Evaluasi keempat di adalah Evaluasi Konsep. Bila
di PD 101 evaluasi konsep dilakukan dengan membagi 35 trainee menjadi lima kelompok dan ditugaskan untuk membawakan 5
lagu berbeda dengan konsep dan koreo dance yang mereka buat sendiri. Maka di Produce Parlemen, 35 capres akan dibagi menjadi 5 kelompok
dengan 5 bidang kebijakan yang berbeda.
Lima bidang itu adalah Hukum, Ekonomi, Budaya, Agama, dan Politik. Setiap kelompok diwajibkan untuk membuat
kebijakan sesuai bidangnya untuk nanti di presentasikan kepada masyarakat halu
Indoneisa secara langsung, dan masyakat dapat secara langsung memberikan saran
dan kritik terhadap kebijakan yang dibuat oleh
setiap kelompok.
Setelah evaluasi konsep selesai, masuk lagi dalam
tahap eliminasi. Eliminasi ketiga memilih 20 capres terbaik dari 35 capres.
Misi terakhir adalah Evaluasi Final untuk menentukan siapa yang pantas untuk
debut. Evaluasi Final di PD 101 para trainee
dibagi menjadi 2 kelompok membawakan dua lagu yang berbeda, sama seperti
evaluasi sebelumnya, mereka ditugaskan untuk membuat konsep penampilan, koreo,
dan menentukan siapa yang menjadi center
pada saat penampilan di panggung. Pemilihan center
ini memang sangat krusial sekali manteman, karena dari sisi center juga menentukan baik atau
tidaknya penampilan mereka dipanggung.
Kalau di Produce Parlemen, 20 capres tidak dibagi
menjadi kelompok, tapi disini mereka harus bertarung sendirian melawan capres
lainnya. Evaluasi final di Produce Parlemen adalah debat para capres. Setiap
capres akan ditugaskan untuk merumuskan suatu kebijakan negara yang mencakup
semua bidang, kemudian dipresentasikan
dihadapan masyarakat dan diperdebatkan diantara para capres lainnya. Siapa
capres yang memiliki kebijakan terbaik dan mampu meyakinkan masyarakat, serta
mendapatkan poling vote tertinggi dialah yang akan debut
menjadi Presiden. Lalu 10 terbaik capres yang terpilih juga akan debut menjadi
pejabat tertinggi di negara ini. Dengan demikian maka selesailah proses
pemilihan presiden ini.
Di korea selatan, trainee yang berhasil debut dari acara Produce 101 ini menjadi idol yang sangat digemari masyarakat,
mereka berhasil membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka memang layak debut
dengan menorehkan banyak prestasi dan penghargaan yang didapat. Di dunia halu,
pemilihan presiden ala Produce 101
ini tentu saja mengharapkan bahwa program kerja yang diusung oleh para capres
selama masa karantina evaluasi tidak hanya pencitraan semasa ajang survival,
tapi juga dibuktikan secara nyata di masa kerjanya sebagainya pejabat parlemen.
Kamu setuju nggak kalau Produce
Parlemen beneran ada? Kalo aku sih yes,
nggak tau kalo Mas Anang ~
ps. artikel yang gagal terbit di mojok, hehe
Borobudur | (c) kd
Komentar
Posting Komentar