17 Agustus 2018

Pemilihan Presiden ala Produce 101

Kalau kamu Kpopers atau bahkan fansnya IOI atau Wanna One pasti tidak asing mendengar  istilah Produce 101, sebuah ajang survival yang disiarkan oleh salah satu TV kabel ternama di Korea Selatan. Produce 101 berhasil melahirkan idol-idol baru berbakat dan berkualitas yang dipilih langsung oleh masyarakat Korea Selatan. Babak penyisihannya pun ditayangkan secara nasional, sehingga masyarakat atau mereka lebih menyebutnya produser nasional bisa mengetahui siapa saja yang pantas untuk debut sebagai idol.
Agaknya tulisan ini hanyalah kehaluan semata seorang fangirl yang ingin mengenal lebih dekat politik di Indonesia, tapi karena nggak paham harus kenal dari mana makanya dengan kemampuan halu yang sudah tidak diragukan lagi, terbitlah ide untuk mengadakan eh lebih tepatnya membayangkan bila ajang pemilihan presiden Indonesia mencotek cara pemilihan idol tersebut dengan nama Produce Parlemen.
Sebelumnya aku kenalkan dulu apa itu Produce 101 singkatnya PD 101 ya biar nggak ribet. Adalah sebuah ajang survival dimana 101 trainee dari berbagai macam agensi dikumpulkan untuk diseleksi secara nasional dan nantinya dipilh 11 orang yang akan debut menjadi idol. Dari 11 yang terpilih itu, yang menjadi peringkat pertama akan menjadi center nasional atau istilahnya wajah dari grup yang debut. Nah kalau di Produce Parlemen yang menjadi center adalah yang akan menjadi presiden.
Untuk bisa mencapai posisi debut itu, setiap trainee harus melewati tugas evaluasi. Evaluasi untuk menyeleksi para trainee dilakukan melalui empat tahap, yaitu Evaluasi Agensi, Evaluasi Battle Group, Evaluasi Posisi, dan Evaluasi Final, disetiap evaluasi akan diberlakukan sistem voting dan ada eliminasi.
Berdasarkan pengertian di atas, agensi para idol itu dapat diibaratkan sebagai partai-partai yang menaungi jagoan presiden. Jadi 101 capres dari setiap partai akan dikumpulkan dan diberi tugas dalam rangka seleksi dan evaluasi. Tentu saja proses evaluasi dan seleksi ni berbeda dengan trainee idol, para capres ini tidak disuruh untuk menari, menyanyi atau bahkan mengerap.
Pada tahap evaluasi agensi, di PD 101 para trainee disuruh untuk menampilkan bakat mereka didepan para trainee lainnya dan juri, setelah itu mereka akan diklasifikasi kedalam kelas-kelas dari kelas A yang paling tinggi sampai kelas F yang paling rendah. Dalam Produce Parlemen, Evaluasi Agensi adalah Evaluasi Partai, bisa dilakukan dengan para capres di wajibkan untuk mempresentasikan apa saja program kerja dan bagaimana cara mewujudkannya dihadapan capres lainnya dan juri yang merupakan perwakilan dari masyarakat, kalangan akademisi, mahasiswa, KPK, dan lain-lain. Setelah itu capres juga akan diklasifikasikan kedalam kelas-kelas dari kelas A untuk capres yang kelihatan cakap dalam presentasi dan bisa membuktikan kinerjanya sampai kelas F untuk capres yang kelihatannya kurang cocok untuk jadi presiden. Dari evaluasi partai itu, masyakarat sudah dapat bayangan kira-kira akan memilih capres mana yang layak untuk debut menjadi presiden.
Tahap kedua meminjam istilah Evaluasi Battle Group, untuk pemilihan presiden akan dinamakan Evaluasi Koalisi Partai. Dimana para capres akan berkoalisi dengan partai lain untuk membentuk suatu program kerja yang temanya sudah ditentukan dan mereka harus mewujudkan program kerja itu menjadi suatu yang nyata. Jadi mungkin untuk evalusi ini dalam pemilihan presiden lebih rumit, jika di PD 101 para trainee hanya diberi tugas untuk membawakan lagu dengan konsep dan koreo penampilan yang dibuat sendiri, maka dalam pemilihan presiden ini, para capres akan di asingkan terlebih dahulu di daerah-daerah terpencil yang sudah dipilih untuk menjadi tempat pelaksanaan program kerja yang dibuat oleh koalisi para capres ini. Ohya lalu bagaimana cara masyarakat tahu bahwa capres itu melaksanakan program kerjanya di daerah terpencil?  Tenang, tentu saja juri Produce Parlemen sudah menyiapkan beberapa staf untuk melakukan vloging tentang bagaimana proses capres-capres tersebut mewujudkan  proker mereka supaya tidak hanya menjadi wacana. Beruntungnya kita masih hidup di zaman milenial dengan teknologi canggih, dengan vloging yang dapat disiarkan secara live baik di televisi atau youtube, hal tersebut diharapkan dapat menjangkau seluruh kalangan masyarakat.
Setelah Evaluasi Koalisi Partai dilaksanakan, program kerja yang dibuat sudah mulai jalan secara nyata, maka tibalah pada tahap eliminasi pertama capres. Ohya, sebelumnya kalau di PD 101 kegiatan seleksi hanya dilakukan selama 3 sampai 4 bulan, kalau di Produce Parlemen ini dilakukannya selama lebih dari 1 tahun ya, makanya 2 tahun sebelum pemilihan presiden yang baru para politikus yang ingin mengabdi menjadi presiden harus benar-benar mempersiapkan fisik dan mental untuk mengikuti Produce Parlemen ini. Eliminasinya dilakukan dengan cara voting melalui laman web Produce Parlemen yang sudah dibuat. Tentunya untuk dapat ikut voting masyarakat wajib mendaftar NIK yang dimiliki untuk menghindari kepalsuan Data. Hal ini lebih mudah dibanding harus milih melalui bilik suara, karena selain hemat kertas, hemat ruang, dan hemat biaya operasional, voting melalui laman web dapat dilakukan dimana dan kapan saja. Di dunia halu, para sepuh yang buta teknologi akan di bantu oleh staf Produce Parlemen yang sudah ditempatkan didaerah-daerah tertentu untuk membantu kelancaran pemilihan capres, yaa semacam direct sales kartu perdana yang sering dijumpai dimana-mana itu lho. Nah, disini  capres dengan peringkat dibawah 60 akan di eliminasi dan dikembalikan kepada partai masing-masing.
Lanjut ke tahap Evaluasi Posisi, lagi – lagi di evaluasi ini pada Produce Parlemen lebih rumit dibanding Produce 101. Kalau di PD 101 para trainee diminta untuk memilih posisi yang sesuai dengan kemampuan atau bakat mereka seperti Vokal, Dance, atau Rap maka di Produce Parlemen, para capres diminta untuk memilih posisi Presiden, Ketua MPR, dan Ketua DPR (karena berdasarkan hasil googling presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi disamping MPR dan DPR, jadi ketiga posisi ini dirasa sejajar, sehingga kalau misal nggak bisa debut jadi presiden dia bisa debut jadi ketua MPR  atau DPR, ya nggak? Sekali lagi, ini di dunia halu ya)
Setiap posisi akan bersaing dengan posisi yang sama, misal capres yang milih posisi ketua MPR ya akan bersaing dengan yang milih sama. Persaingannya masih dilakukan dengan cara berkelompok, jadi di dalam kelompok itu masih akan dipilih siapa yang akan menjadi main posisi-nya. Ibaratnya kalau di PD 101 itu, pada kelompok trainee yang milih posisi Vokal akan ada yang menjadi  main vokalnya.
Pada evaluasi posisi, setiap tim dari tiap posisi diberi tugas untuk membuat kebijakan yang akan diterapkan disuatu daerah. Kebijakan tersebut harus sesuai dengan kondisi daerah yang telah ditentukan. Untuk pemilihan daerahnya sudah ditentukan oleh staff Produce Parlemen. Waktu evaluasi ini berlangsung selama kurang lebih 5 bulan sudah termasuk proses pembuatan dan penerapan kebijakan. Masyarakat dapat melihat pertarungan dalam evaluasi ini melalui platform-platform internet yang menyediakan jasa nonton video. Setelah pelaksanaan evaluasi posisi di setiap daerah selesai, maka saatnya adalah eliminasi tahap kedua. Dimana dari 60 capres, akan dipilih menjadi 35 capres yang lolos untuk mengemban misi selanjutnya.
Evaluasi keempat di adalah Evaluasi Konsep. Bila di PD 101 evaluasi konsep dilakukan dengan membagi 35 trainee menjadi lima kelompok dan ditugaskan untuk membawakan 5 lagu berbeda dengan konsep dan koreo dance yang mereka buat sendiri. Maka di Produce Parlemen,  35 capres akan dibagi menjadi 5 kelompok dengan 5  bidang kebijakan yang berbeda. Lima bidang itu adalah Hukum, Ekonomi, Budaya, Agama, dan Politik.  Setiap kelompok diwajibkan untuk membuat kebijakan sesuai bidangnya untuk nanti di presentasikan kepada masyarakat halu Indoneisa secara langsung, dan masyakat dapat secara langsung memberikan saran dan kritik terhadap kebijakan yang dibuat oleh  setiap kelompok.
Setelah evaluasi konsep selesai, masuk lagi dalam tahap eliminasi. Eliminasi ketiga memilih 20 capres terbaik dari 35 capres. Misi terakhir adalah Evaluasi Final untuk menentukan siapa yang pantas untuk debut. Evaluasi Final di PD 101 para trainee dibagi menjadi 2 kelompok membawakan dua lagu yang berbeda, sama seperti evaluasi sebelumnya, mereka ditugaskan untuk membuat konsep penampilan, koreo, dan menentukan siapa yang menjadi center pada saat penampilan di panggung. Pemilihan center ini memang sangat krusial sekali manteman, karena dari sisi center juga menentukan baik atau tidaknya penampilan mereka dipanggung.
Kalau di Produce Parlemen, 20 capres tidak dibagi menjadi kelompok, tapi disini mereka harus bertarung sendirian melawan capres lainnya. Evaluasi final di Produce Parlemen adalah debat para capres. Setiap capres akan ditugaskan untuk merumuskan suatu kebijakan negara yang mencakup semua bidang,  kemudian dipresentasikan dihadapan masyarakat dan diperdebatkan diantara para capres lainnya. Siapa capres yang memiliki kebijakan terbaik dan mampu meyakinkan masyarakat, serta mendapatkan poling vote tertinggi dialah yang akan debut menjadi Presiden. Lalu 10 terbaik capres yang terpilih juga akan debut menjadi pejabat tertinggi di negara ini. Dengan demikian maka selesailah proses pemilihan presiden ini.
Di korea selatan, trainee yang berhasil debut dari acara Produce 101 ini menjadi idol yang sangat digemari masyarakat, mereka berhasil membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka memang layak debut dengan menorehkan banyak prestasi dan penghargaan yang didapat. Di dunia halu, pemilihan presiden ala Produce 101 ini tentu saja mengharapkan bahwa program kerja yang diusung oleh para capres selama masa karantina evaluasi tidak hanya pencitraan semasa ajang survival, tapi juga dibuktikan secara nyata di masa kerjanya sebagainya pejabat parlemen. Kamu setuju nggak kalau Produce Parlemen beneran ada? Kalo aku sih yes, nggak tau kalo Mas Anang ~ 

ps. artikel yang gagal terbit di mojok, hehe
Borobudur | (c) kd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar