*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Ide buat nulis
ini sebenarnya sudah ada sejak berbulan-bulan lalu, bahkan tahun lalu sebelum
pindahan rumah, aku udah persiapin fotonya untuk diposting. Rencananya mau
posting di tumblr, tapi setelah tahu kalau ternyata tumblr diblokir patahlah
semangat untuk nulis itu. Waktu itu sedang tidak tertarik untuk mengaktifkan
blog, soalnya template dan layout-nya lumayan berantakan dan aku males buat
ngerapiinnya ~ hehe
Sejenak ide
ini menguap lalu mengembun kembali saat film Fantastic Beast : The Crimes of Grindelwald rilis bulan lalu. Jujur
aku belum nonton film itu soalnya takut nggak mudeng sama jalan ceritanya.
Orang yang Fantastic Beast Where to Find
Them saja aku masih belum paham gimana ceritanya. Dan sebagai manusia yang
lebih memilih menjadi tim film dibukukan
dari pada buku difilmkan, aku percaya pasti
ada bagian di buku yang tidak ada di film walaupun cuma
peristiwa-peristiwa kecil tapi rasanya ada yang berbeda. Jadi pengen baca
bukunya aja tapi mau beli bukunya hmm sayang duit ~ kekeke
Mungkin juga
karena aku menempatkan diri sebagai penonton yang baper, jadi ketika film
Fantastic Beast pertama rilis, kemudian tahu kalau yang jadi pemain utamanya
Eddie Redmayne, ku tuh jadi agak gimana
gitu. Soalnya dalam bayanganku aku masih melihat karakter yang dimainkan oleh
si Eddie dengan daebak di film tahun sebelumnya
dengan judul The Danish Girl.
Mari kita
kembali ke point utama dalam tulisan ini adalah Harry Potter atau lebih
tepatnya ini tentang ke potterhead-anku, yang sebenarnya (menurutku sih) nggak
terlalu potterhead- banget, hehe
Pertama kali
nonton film Harry Potter, waktu masih SD, entah kelas berapa, di rumah
tetangga. Waktu itu nonton Harry Potter
and The Chamber of Secrets. Aku melihat sosok Dobby yang lagi ngobrol sama
Harry, dalam pandanganku semasa SD “ih
makhluk apaan tuh”. Dulu belum tahu itu film apa, dan aku kayak memandang sebelah
mata, sama seperti waktu aku ngeremehin kdrama Reply 1988, Signal, atau Voice
yang ternyata punya jalan cerita yang bagiku menarik.
Lalu ketika
sudah lulus SD, aku lihat mbak tetanggaku yang udah SMA itu suka pinjem buku Harry
Potter di perpus sekolahnya. Terus aku
penasaran pengen baca juga, lalu aku sering minta tolong sama dia untuk
minjemin buku Harry Potter yang lain,
bahkan pernah aku minjem buku Harry Potter 6 (Harry Potter and The Half-blood Prince) sampai sebulan belum
selesai baca, dan udah sering ditagih sama temenku, karena nggak enak udah
kelamaan, akhirnya dibalikin dan menelan kekecewaan karena belum tahu gimana
akhir ceritanya.
Eh tapi mbak
tetanggaku ini, terus ngajak aku main ke rumah temennya, dan ternyata temennya
ini punya koleksi buku series Harry Potter terus aku jadi sering pinjem sama mbak
temennya temenku ini deh.
Semenjak
menyukai buku Harry Potter aku jadi
penasaran pengen nonton filmnya. Rasanya excited banget waktu tahu Bioskop
Trans TV bakal nayangin Harry Potter. Waktu itu masih jamannya Harry Potter and The Prisoner of Azkaban
yang pertama kali tayang di layar kaca Indonesia. Dibela-bela-in nunggu didepan
TV meskipun mata udah ngantuk. Ohya ini mungkin karena terlalu menghayatinya
aku juga pernah nangis trenyuh waktu nonton
Harry Potter 1 pas scene-nya Harry lagi duduk memandang luar jendela lalu
dia lagi kepikiran tentang orang tua-nya. Kasian ~
Sejak saat itu
aku mulai meng-aku-kan diri sebagai seorang potterhead. Padahal punya modal
buat beli koleksinya aja enggak, tapi rasanya seneng banget kalau ada temen
yang juga ngobrolin Harry Potter. Dulu juga pernah beli CD film bajakannya.
Terus waktu film Harry Potter 5 rilis,
sama temen ngobrolin scene-nya Harry dan Cho Chang, udah kayak pengamat film
nggak profesional gitu, dasar piyik ~
Dulu hal-hal
yang berhubungan sama Harry Potter selalu bikin excited. Bahkan dulu saking
ngefans-nya, aku pernah bikin daftar apa aja yang ada dalam film atau buku
Harry Potter di binder, ini buktinya :
catatan ke-Harry Potter-an dari unforgiveable curse, peta perompak, Hogwarts Founder, Quidditch, weird creatures, foods, money, Magical Ministry, Riddle dll sumber gambar : doc pribadi |
Entah apa yang
ada dipikiran aku, 10 tahun yang lalu waktu nulis ini, tapi nulis beginian itu
seenggaknya bisa melegakan pikiran. Kayaknya nih, dulu aku mikirnya, karena aku
belum mampu beli buku dan tetek bengek
yang berhubungan dengan Harry Potter, aku pengen punya kenang-kenangan semacam mata
pelajaran kepenyihiran gitu,haha
Kalo dipikir
sekarang sungguh unfaedah sekali yorobun , tapi kan ini dulu ~
Di tulisan
itu, tiap bagian aku beri judul dan sub judul. Tulisannya pun masih yang besar
kecil alay pada jamannya. Aku pakai
polpen warna, spidol, sampai pensil warna buat ngehiasnya, biar lebih
warna-warni. Catatan materi pelajaran sekolah aja kalah rame sama tulisan ini.
Sekarang kalau lihat itu lagi rasanya “ya ampun, dulu aku sampai segitunya ya”
geli-geli gimana.
Selain itu,
dulu kadang aku juga suka ngumpulin majalah yang ada hubungannya sama Harry
Potter. Nggak banyak sih, tergantung ada duit atau enggak dan dibolehin atau
enggak sama ibuk buat beli majalah itu.
ada satu lagi bonus tas Harpot dari majalah Bobo tapi hilang entah kemana ~ sumber gambar : doc pribadi |
Tiga majalah
diatas aku beli hanya gara-gara ada bonus dan pembahasan Harry Potter
didalamnya, walaupun hanya satu-dua halaman tapi bagiku itu sudah menyenangkan
.
Bobo spesial Harry Potter and The Deathly Hallows ada bonus Map dan Poster. Tapi posternya juga entah kemana. sumber gambar : doc pribadi |
Foto diatas
adalah salah satu majalah favoritku. Itu majalah Bobo edisi spesial Harry
Potter. Jadi dulu tiap kali Harry Potter rilis buku baru atau film baru,
majalah Bobo ngeluarin edisi specialnya. Aku cuma punya dua aja, soalnya aku
baru tahu kalau ternyata Bobo ngeluarin edisi spesial ini ketika buku terakhir
tahun 2007 rilis. Aku ingat, edisi waktu itu sampulnya gambar Hogwarts. Dan aku
hanya bisa minjem dari temenku doang, hiks
Sejak saat itu
aku berjanji sama diri sendiri, kalau aku harus dapat edisi spesial untuk film
yang terakhir. Akhirnya dapat deh, lalala yeyeye ~
Dulu (sampai
sekarang juga masih ding) aku punya keinginan untuk punya buku series-nya
lengkap. Walaupun udah pernah baca semua, tapi rasanya kalau punya sendiri itu
ada kebanggaan tersendiri. Meskipun sampai saat ini semua itu masih wacana,
karena tiap mau beli lalu mikir lagi “Ah ini kan udah pernah baca” atau kalau
nggak “Ah mahal ah, nggak jadi” ~ kekeke
Harry Potter and the Order of Phoenix & Harry Potter and the Chamber of Secrets sumber gambar : doc pribadi |
Sampai
sekarang aku hanya punya dua buku series diatas. Buku kelima dan kedua. Itupun
aku dapatnya dengan harga yang sangat miring. Buku Harry Potter 5 aku beli di Social Agency, bukunya dibagian
buku-buku yang tersingkir macam loakan, padahal kondisinya masih bagus dan
layak baca banget. Aku dapat dengan harganya yang nggak sampai 50 ribu, uwuu ~
bahagia sekali aku
Ngomong-ngomong
soal judul tulisan ini, sebenarnya judul ini terinspirasi dari hasil kepo
igs-nya @asakecil, aku nggak kenal siapa mbak-mbak itu tapi postingannya bagiku
selalu menarik dan bermanfaat.
Bagiku
sendiri, Harry Potter memang sudah seperti “teman” dalam dunia perbukuan dan
perfilman (ya walaupun aku tahunya nggak dari awal sih, hehe). Jadi
sebagai generasi yang lahir tahun 90-an, buku Harry Potter juga, buku
pertamanya lahir tahun 1997 setelah J.K
Rowling mengalami beberapa kali penolakan.
Film pertama
yaitu Harry Potter and The Philosopher’s
Stone lahir tahun 2001 yang berkisah tahun pertama Harry dan kawan-kawan di
sekolah Hogwarts yang mana saat itu aku masih kelas satu SD. Kalau boleh lebay
nih ya, aku seakan menghubungkan masa ketika sekolah dasar dengan tumbuh
bersama rilisnya film Harry Potter 2
(2002), buku Harry Potter 5 (2005), film Harry Potter 3 (2004), film
Harry Potter 4 (2005), dan buku Harry Potter 6 (2005). Yah meskipun aku mulai sukanya waktu udah
masuk SMP, hehe
Masih (lebay)
dalam rangka menghubung-hubungkan masa tumbuh bersama Harry Potter. Tahun 2007
ketika film Harry Potter 5 (Harry Potter
and The Order of Phoenix) rilis itu bersamaan dengan masa puber di sekolah
menengah pertama. Kalau kalian sudah nonton filmnya mungkin akan paham maksud
saya yang tersirat. Sebenarnya Harry Potter keempat (Harry Potter and Goblet of Fire) juga sudah mengalami kegalauan
seperti remaja pada umumnya sih, tapi on
fire-nya kalau menurutku, di film kelima. Haha
Lalu film
Harry Potter 6 tahun 2009 dan film ketujuh-delapan sekaligus terakhir rilis pada
tahun 2010 dan 2011 sebagai film-film yang menemani masa SMA. Ketika film Harry Potter 7 (Harry Potter the Deathly Hallows Part 2) sedang booming, saking penasarannya dan saat
itu masih cupu untuk nonton di bioskop jadi aku beli film-nya di emperan toko
CD bajakan. Terus nonton bareng sama tetangga, ikutan sedih ketika tahu
ternyata Mr. “Turn to Page 394” yang
dari buku pertama sampai keenam dikira jahat ternyata sebaliknya. Alan Rickman
Jjang !!
Bagaimanapun
buku dan film Harry Potter telah menemani masa-masa usia belasanku. Dan
sekarang kalau tahu atau dengar info yang berhubungan dengan Harry Potter atau
J.K Rowling seakan-akan memanggil kembali memori tentang hal itu. :”)
Jadi setelah
membaca cerita unfaedah diatas sejutu nggak, kalau kita (yang suka Harry
Potter aja ding) adalah generasi yang tumbuh bersama (buku dan filmnya) Harry
Potter?
Seketika aku
mendengar suara loe kali aja gue enggak
~ hehehe
========== NOX ==========
Mulai ditulis tanggal 12 Desember 2018 sembari
menikmati postingan MAMA in Jepang, sempat dipublish tanggal 13 Desember
lalu diedit ulang dan selesai tanggal 15 Desember 2018 | K
lalu diedit ulang dan selesai tanggal 15 Desember 2018 | K
Komentar
Posting Komentar