Menjadi manusia tidak lepas dari berbagai macam kontroversi. Banyak permasalahan
dalam hidup ini yang membuat kita selalu bertanya apakah yang kita lakukan
sudah benar, sudah bisa diterima orang lain dengan baik dan tidak menyakiti pihak lain, atau malah apa
yang kita lakukan adalah salah, mendapat banyak sindiran bahkan sampai
menyinggung dan menyakiti orang lain.
sumber gambar |
Pun begitu dengan Kelapa Sawit, sudah berapa banyak kasus yang disebabkan
oleh tumbuhan industri yang tergolong famili palmae ini. Banyak masalah terkait
kelestarian lingkungan hidup yang disebabkan oleh perkebunan Kelapa Sawit. Pembukaan
lahan untuk perkebunan Kelapa Sawit dianggap sebagai salah satu penyebab kerusakan
hutan. Kebakaran hutan yang menyebabkan beberapa daerah di Pulau Borneo dan
Pulau Sumatra terkapar asap yang menghalangi pemandangan.
Penelitian mengatakan bahwa perkebunan sawit bukan penyebab utama
deforestasi. Kelapa Sawit hanya menyumbang 8% persen dalam penurunan kualitas
hutan, dibawah perkebunan jagung yaitu
11% dan perkebunan kedelai 19 %. Namun, nyatanya
persentase tersebut tetap saja menyumbang
kerusakan lingkungan. Sayangnya tanpa Kelapa Sawit, hidup kita juga
kurang lengkap.
Dibalik permasalahan yang ditimbulkan, Kelapa Sawit telah menyumbang banyak
hal demi kelangsungan hidup manusia. Usaha perkebunan Kelapa Sawit setidaknya
menjadi sumber mata pencaharian 21 juta orang , dan secara tidak langsung
mengurangi angka kemiskinan hingga 10 juta orang. Industri Kelapa Sawit juga
menjadi penyumbang devisa terbesar negara. Indonesia bersama Malaysia menyuplai 85% minyak Kelapa Sawit dunia. Selain itu industri Kelapa Sawit juga mendorong
perkembangan UKM, menyalurkan dana CSR ke masyarakat sekitar, dan menciptakan
lapangan pekerjaan baru untuk kawasan pedesaan, hal itu membuat Kelapa Sawit
turut serta sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan Indonesia.
Pekerja di Perkebunan Kelapa Sawit (sumber gambar) |
Penulis menanalogikan hubungan Kelapa Sawit dengan kelangsungan hidup
sepeti hubungan antar manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup
tanpa manusia yang lain. Meskipun dalam realitanya, hubungan itu tidak terlepas
dengan konflik.
Begitu pula dengan hubungan antara Kelapa Sawit dengan kelangsungan hidup
di dunia ini. Dalam satu hari saja kita pasti menggunakan produk olahan Sawit. Mulai
dari pasta gigi, sabun, sampo, roti dengan margarin, mencuci dengan detergen,
sampai memakai alat kosmetik yang mengandung campuran bahan minyak Kelapa Sawit.
Benda-benda tersebut sangat dekat dengan kita, jadi apakah kita bisa hidup
tanpa Sawit?
Jika pembukaan lahan untuk perkebunan Kelapa Sawit itu memerhatikan
komposisi lahan yang digunakan, kerusakan lingkungan dapat dicegah. Berdasarkan penelitian, perkebunan Kelapa
Sawit dilakukan di 43% lahan terlantar atau 27% hutan produksi yang
terdegradasi. Bila hal itu dilakukan tentu saja tidak akan mengganggu ekosistem
yang lain.
Saat ini pemerintah berupaya untuk menciptakan sumber energi terbarukan
yang ramah lingkungan dan diharapkan mampu menjadi energi alternatif demi
mengurangi emisi gas rumah kaca. B20 adalah bahan bakar hasil pencampuran 80%
solar dengan 20% biodiesel berbahan dasar nabati seperti sawit.
Kelapa Sawit untuk Bahan Bakar Ramah Lingkungan (sumber gambar) |
Namum, disamping upaya pengembangan energi terbarukan tersebut, tidak dapat
dipungkiri bahwa pembukaan lahan
industri perkebunan Kelapa Sawit yang tidak memerhatikan komposisi lahan dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan dan menambah gas efek rumah kaca.
Sebenarnya yang menjadikan kontroversi mengenai lahan Kelapa Sawit dengan
isu lingkungan hidup adalah manusia itu sendiri. Ada saja pihak-pihak yang
tidak memerhatikan lingkungan demi keuntungan komersial. Padahal sebagai makhluk
yang berakal dan berbudaya, hal yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain
adalah pengendalian diri.
Pengendalian dalam menggunakan sumber daya alam dalam hal ini adalah Kelapa
Sawit, pengendalian dalam membuka lahan untuk perkebunan Kelapa Sawit,
pengendalian dalam menggunakan bahan olahan dari Kelapa Sawit, dan pengendalian diri lainnya yang mendukung
pengolahan Kelapa Sawit yang baik dan ramah lingkungan.
Mari menjadi manusia yang baik, manusia yang menjadikan sawit yang baik
pula. Sawit yang kuat untuk Indonesia yang Hebat.
Sekian
Magelang | 11 September 2019 | K
masih agak begitu kurang paham sih sebenernya, btw jangan pernah pindah lubang karena terlalu beresiko untuk lubang baru
BalasHapusterima kasih sudah membaca dan koment. hmm... tapi mohon maaf, pindah lubang apa ya? saya ndak mudeng. hehee (._.)'
BalasHapus