09 April 2019

Alasan Kami Selesai

April 09, 2019 0
Belajar dari perpisahan, kita bisa mengerti makna perjumpaan. Belajar dari perpisahan, kita bisa mengerti makna kesepian. Belajar dari perpisahan, kita bisa lebih merenungi diri sendiri. Belajar dari perpisahan, kita lalu sadar bahwa kita harus beranjak. Beranjak lebih baik. 











Jeng jeng jeng jeng ~











Ditulis lagi setelah tiap kali baca berita tentang Burning Sun ingatnya Burn It Up. Dan postingan dulu yang pernah bilang mungkin ini adalah tulisan terakhir tentang Wanna One hanyalah mitos. Karena sebagai penggemar yang baik aku harus tetap produktif dalam mempromosikan mereka.  Wkwkwk 

Setelah Wanna One bubar, aku pikir akan jarang untuk melihat postingan mereka di linimasa. Setelah mereka bubar, aku pikir para member akan istirahat lama sebelum memulai kembali karir mereka dari awal, entah sebagai solois atau idol grup baru. 

Ternyata ~ ~ ~

Hater : Wanna One’s members after disband will be flop.
Wanna One : Nugu~

Jadi setelah para member nggak jadi Wanna One, mereka pada ngapain sih? 


AKUN SNS
Selama Wanna One masih aktif promosi, mereka tidak ada yang aktif dengan akun SNS (Sosial Networking System) pribadi, entah mungkin karena peraturan dari agensi YCM/Swing Enteraiment yang tidak memperbolehkan mereka atau karena apa. Yang jelas ketika masih aktif Wanna One, mereka menyapa penggemar melalui akun Wanna One Official, baik berupa instagram, twitter, vlive maupun fancafe. 

Tapi pada bulan Januari 2019, setelah kontrak Wanna One resmi selesai, dan para member kembali ke agensi masing-masing beberapa diantara mereka ada yang kembali aktif bermain instagram seperti Jaehwan dan Minhyun yang sebelumnya memang memiliki instagram pribadi tapi selama masa promosi Wanna One mereka jarang aktif. Selain itu, Jihoon, Hasung, Jisung, Kang Daniel, Jinyoung dan Guanlin juga membuat akun sosmed official mereka, seperti instagram, youtube channel, Vlive, Fancafe, twitter, weibo, dan lain-lain.

Akun instagram official Jisung, Jaehwan, Ong, dan Guanlin

Instagram Sungwoon, Jihoon, Daniel, dan Minhyun

Akun Official Kang Daniel sempat jadi trending dunia karena berhasil mencapai 1 juta follower hanya dalam waktu kurang dari 12 jam. Diantara akun instagram pribadi mereka, aku paling suka instagramnya Jisung, soalnya feednya bagus, filternya juga sama terus yaa kayak feeds selebgram gitu, haha



FANMEETING
Kabar mengenai fanmeeting solo para member ex-Wanna One ini sebenarnya telah beredar sebelum mereka resmi bubar, beberapa akun yang sejenis Mr. Backstage dan Kpop prediction memuat kabar bahwa ada beberapa member yang akan mengadakan Asia tour fanmeeting.

Kabar ini akhirnya dibenarkan tak kala beberapa hari setelah konser terakhir Wanna One tanggal 27 Januari 2019, Maroo Entertaiment selaku agensi dari Park Jihoon mengunggah poster solo fanmeeting Jihoon yang bertema First Edition. Kemudian disusul dengan kabar fanmeeting dari Hasung, Jisung, dan Ong. Fanmeeting Hasung mengusung tema My Moment. Jisung, judul fanmeetingnya yaitu Aside. Sedangkan Ong temanya Eternity katanya karena dia ingin kebersamaannya bersama penggemar akan menjadi selamanya (halah) kurang lebih gitu deh maksudnya. 

Beberapa minggu setelah kabar fanmeeting yang beruntun dari member diatas. Muncul lagi berita fanmeeting dari Jinyoung dengan tema Im Young dan Lai Guanlin dengan tema Feeling Good. Semuanya adalah Asia Tour Solo Fanmeeting yang diadakan dibeberapa kota seperti Seoul, Osaka, Tokyo, Bangkok, Hongkong, Kuala Lumpur, Singapore bahkan Jakarta. Dan sebagaian besar tiket fanmeeting mereka terjual habis dalam hitungan menit. 

Update : Kabar terbaru tanggal 5 April 2019 datang dari bapak Kim Jaehwan, beliau juga akan mengadakan Asia Tour solo fanmeeting yang bertema MIN:D diadakan di Jamsil Seoul Arena, salah satu stadium baseball terbesar di korea dengan kapasitas penonton 11.000 orang. Mantul banget ini Swing Entertainment, fanmeet rasa konser ~


Fanmeeting Sungwoon, Jihoon, Ong, dan Jisung


Poster fanmeeting Guanlin, Jaehwan, dan Jinyoung



PICTORICAL PHOTOSHOOT 
Pictorical photoshoot atau pemotretan sebagai model majalah menjadi langkah awal mengawali agendo solo beberapa member ex-Wanna One. Tanpa banyak tulis, biar foto-foto dibawah ini saja yang menjelaskan.


Pemotretan Hasung, Jinyoung, dan Jaehwan untuk majalah Allure Korea


Cover Majalah Star dan Singles oleh Jisung dan Jihoon


Pictorical oleh Ong, Daniel, Jisung, dan Minhyun untuk majalah Elle Korea


Pictorical untuk beberapa majalah seperti Bazzar China. Dazed, Vogue, The Star, dan Grazia Korea
oleh Guanlin, Daehwi, Jihoon, Hasung, dan Jinyoung



FANDOM 
Setelah lulus dari Wanna One dan memulai karir individu sebagai solois ataupun grup, tentu saja mereka tidak lepas dari sebuah nama fandom. Ketika masih bersebelas sebagai Wanna One nama fandom mereka adalah Wannable  yang berasal dari kata Wanna + Able, artinya kurang lebih adalah para member dan penggemar diharapkan dapat saling diandalakan dalam mendukung satu sama lain.


Wannable - Wanna One (sumber gambar)


Sekarang setelah beraktivitas solo, beberapa member sudah memiliki nama fandom sendiri. Seperti Jihoon nama fandomnya MAY. Jisung nama fandomnya BABAL yang kalau diterjemahkan artinya butiran nasi, dipilih nama fandom ini mengingat Yoon leader yang suka makan. Fandom Kim Jaehwan namanya WIN:D dan fandomnya Hasung namanya Hanuel. 



ALBUM SOLO
Sebelum Wanna One resmi bubar, beberapa berita memprediksi siapa saja yang akan menjalani aktivitas sebagai solois, antara lain seperti Kang Daniel, Jihoon, Jisung, Ong, Baejin, dan sisanya debut sebagai grup. Beberapa ada yang benar memang. 

Tapi ternyata kabar debut solo pertama datang dari Hasung yang sebelumnya diprediksi akan kembali ke grup pertamanya Hotshoot. Satu hari setelah konser final Wanna One hari terakhir, tepatnya tanggal 28 Januari 2019, Hasung mengeluarkan single yang berjudul Dont Forget ft Park Jihoon. Selain itu dia juga merilis mini album pertamanya yang berjudul My Moment dengan lagu utama yang berjudul Bird. 
Kabar solo selanjutnya datang dari Jisung dengan album solo berjudul Aside, yang juga menjadi tema fanmeetingnya. Lagu utama di album ini adalah In The Rain. 

Selanjutnya kabar debut sebagai solois juga datang dari Jihoon dengan album O’Clock lagu utamanya adalah L.O.V.E yang berhasil memenangkan posisi pertama di Music Bank padahal dia sama sekali tidak melakukan promosi di berbagai acara music show. Emang selain Kang Daniel, member terpopuler Jihoon sih, so can relate ~

Dan inilah yang kutunggu-tunggu akhirnya C9 Entertaiment mengabarkan bahwa Bae Jin Young akan merilis single album. Huuwoooo ~~


ini MOOD waktu tahu Jinyoung mau rilis album solo ~ huwooooo (sumber gif)

Sebelumnya para penggemar berpikir bahwa Baejin tidak akan mengeluarkan album solo, mengingat kabar bahwa dia akan debut sebagai grup di paruh kedua tahun 2019. Tapi kalo menurutku C9 ini emang suka ngasih kabarnya tiba-tiba, nggak seperti agensi member yang lain yang sebelumnya udah ada desas desus dulu gitu, kalau C9 ini kayaknya teko-teko teko gitu, haha


Kiri - Kanan : Poster single Jinyoung, Minhyun, Jihoon, dan Hasung


Poster album unit Guanlin X Wonseok dan Jisung 



DEBUT GRUP
Sebenarnya kalau untuk Minhyun tidak bisa dibilang debut grup baru, karena dia sebelum debut sebagai Wanna One sudah terlebih dulu debut sebagai member NUEST. Akhirnya setelah masa promosi Wanna One habis, dia kembali ke grup asalnya. NUEST kembali populer setelah empat membernya mengikuti ajang Produce 101 season 2, kalau dihitung dari awal debut mereka sudah 7 tahun saat ini, tapi emang baru populer banget setelah tahun 2017.  NUEST juga akan menggelar konser solo perdananya dengan formasi full member setelah Minhyun kembali.


sumber gambar google search

Seperti yang telah diprediksikan, bahwa Woojin dan Daehwi yang berasal dari agensi sama yaitu BNMusic. Nama grup mereka sudah dikonfirmasi yaitu AB6IX (read : ei-bi-six-seu) yang terdiri dari lima anggota yaitu Youngmin dan Donghyun yang sebelumnya adalah anggota MXM, Daehwi, Woojin dan Secret Hyung (ini aku lupa namanya siapa dan males nyari tahu, soalnya nggak minat mencari tahu juga, hehe).


C9Boyz debut line : Jinyoung, Yonghee, Hyunsuk, BX, dan Seunghun

Kemudian kabar mengejutkan selanjutnya datang dari C9. Jadi awalnya para penggemar mengira kalau Jinyoung akan debut sebagai solois, mengingat dia sudah memiliki akun fancafe dan merekrut official member yang berbayar. Mereka juga udah ngumpulin nama fandom buat Jinyoung, tapi ternyata bulan Februari lalu, Baejin dikabarkan akan debut grup C9Boyz setelah dari pihak agensi membuat beberapa akun sosial media atas nama C9Boyz dan memperkenalkan Bae Jin Young sebagai anggota pertama mereka. Hal ini sempat menjadi bahan pergunjingan dikalangan penggemar, karena mereka merasa dibohongi terutama bagi pengguna fancafe yang sudah membayar sejumlah uang untuk menjadi official fanclub Jinyoung. Tapi beberapa saat kemudian, syukurnya dari C9 memberikan klarifikasi terkait dengan debutnya Baejin. Agensi C9 bilang kalau mereka akan mendebutkan Baejin sebagai solois semester awal tahun 2019 dan mendebutkan dia sebagai grup di tahun paruh kedua. Dan terbukti, bulan April ini Baejin akan mengeluarkan album solo. Akhirnya satu album suara dia semuaaaa ~ haha



INDIVIDUAL ACTIVITY
Bubarnya Wanna One memang sangat disayangkan sekali, tapi hal itu tidak menjadikan pamor member Wanna One menjadi turun. Dibeberapa kesempatan ex-member sudah memulai aktivitas solonya. Pertanyaan  yang  berhubungan dengan rasanya setelah bubar dari Wanna One pun masih sering ditanyakan oleh pencari berita ketika wawancara. Untuk kegiatan ex member ini aku urutin dari member yang tertua yaa ~

Yoon Jisung, selain debut sebagai solois dia juga debut sebagai aktor dalam drama musikal berjudul “The Days”. Tiket pertunjukannya juga sold out hanya dalam hitungan menit. Selain itu selama masa promosi album single, dia juga menjadi bintang tamu di acara reality show.

Poster Jisung untuk drama musikal The Days (sumber google)


Ha Sungwoon, kegiatan Hasung selain mengeluarkan single, menjadi bintang tamu acara televisi, pictorical majalah, atau fanmeeting, dia juga diundang di sebuah acara peluncuran brand. Hasung ini salah satu member yang sering update kegiatannya dengan ex member setelah mereka bubar. Ada foto saat nonton konser bareng Jinyoung dan makan bareng Ong atau Woojin. 

Hwang Minhyun, sekembalinya dia ke NUEST dia disibukkan dengan persiapan comeback grup pendahulunya. Dia juga diundang di acara Milan Fashion Week dengan membawa brand Moncler.


Minhyun di acara Milan Fashion Week (sumber google)


Ong Seung Woo, dikonfirmasi untuk membintangi drama yang berjudul Eighteen Moment, berita ini sudah muncul sebelum Wanna One bubar dan akhirnya dibenarkan oleh agensinya. 

Kim Jaehwan, adalah satu-satunya ex-member yang tetap bernaung dibawah agensi Swing. Dibeberapa kesempatan, dia menjadi tamu undangan untuk acara London Fashion Week dan mengadakan acara fanmeet pada White’s Day (Hari Valentine-nya Korea). Jaehwan juga datang ke acara fanmeet Jisung dan Jihoon.


Jaehwan di acara mini fanmeet ketika White Days


Kang Daniel, saat ini dia adalah satu-satu member yang status aktivitas kedepannya masih belum jelas, karena saat tulisan ini ditulis dia masih terlibat konflik dengan agensi barunya yaitu LM Entertaiment. Diawal tahun dia dikabarkan akan debut pada bulan April, tapi ternyata ada masalah dengan perjanjian kontrak antara Daniel dengan agensi. Fighting uri Niel-ah ~

Park Jihoon, album solo – udah, fanmeeting – udah, pictorical majalah – sold out, bintang tamu – udah, CF – oke. Menurutku, setelah Wanna One bubar, dia ex-member yang paling populer dengan kegiatan solonya. Dia juga dikonfirmasi akan membintangi drama, berperan sebagai seorang fashionista. Bahkan saat solo albumnya rilis, tanpa promosi dia berhasil menduduki peringkat satu di acara musik.  No comment deh, he’s Jihoon for nothing :”)))

Park Woojin, selain Niel, orang satu ini juga lumayan susah nyari updatetannya. Selain dikabarkan akan debut sebagai boygrup, dia juga menjadi bintang tamu acara Law Of Jungle yang akan tayang bulan Mei. Dia juga pernah menjadi tamu undangan disebuah peluncuran brand dan ketemu Hasung disana. 

Bae Jinyoung, setelah lulus dari Wanna One, Jinyoung yang kelas tiga di Lila Art High School juga lulus sekolah. Di hari kelulusannya dia mendapatkan penghargaan dari sekolah atas kontribusinya dalam membawa nama baik sekolah. Jinyoung juga diundang ke acara brand Uniqlo, lalu pergi ke Jepang untuk pemotretan photobooknya, dan kata dia di vlive dia juga ikut kelas vokal. Jinyoung juga membintangi CF sebuah make up bersama dengan Jihoon. Dia datang saat acara fanmeet Jihoon di Seoul bersama Jaehwan dan Jisung. Meskipun waktu di Wanna One, karakter Jinyoung terkesang dingin dan cuek, tapi dia jadi member yang paling sering ngirim bunga ke ex-member yang sedang mengadakan first fanmeeting di Seoul.

Baejin ketika acara Uniqlo Korea


Lee Daehwi, cita-citanya untuk menjadi MC tetap di acara musik show akhirnya terkabul. Minggu lalu dia kabarkan menjadi MC tetap di M Countdown acara musik milik Mnet. Daehwi yang pandai mengkomposisikan lagu juga memberikan beberapa lagu ciptaannya untuk ex-member seperti Jihoon dan Jisung.

Daehwi ketika masih magang MC wkwkw


Lai Guanlin, kalau Jihoon ex member yang paling populer di Korea, kalau yang ini paling populer di negeri tirai bambu. Di sana dia menjadi beberapa brand ambassador untuk beberapa mereka terkenal, selain itu dia juga merilis album duet dengan rekan seagensi, dan juga mengadakan fanmeeting.

Lai Gunalin untuk CF L'Oreal China



Menurutku, sebenarnya ada baiknya juga setelah Wanna One bubar. Masing-masing member bisa menunjukkan image yang tersembunyi dan berbeda ketika mereka masih di grup. Memang dalam satu grup dengan sebelas orang, meskipun semuanya populer tapi pasti ada satu dua yang yang paling menonjol,  tapi dengan bubarnya Wanna One, para ex-member bisa menunjukkan sisi lain mereka yang tidak pernah mereka tampilkan sebelumnya diaktivitas barunya. Yippie ~ 

Sekian 


Selasa, 9 April 2019 | K

05 April 2019

Mukadimah untuk Menu Amor

April 05, 2019 0
Aku kepikiran untuk membuat pages ini setelah baca tulisan Masgun dalam buku Menentukan Arah karya beliau dengan istrinya. Tulisan itu jadi bikin aku sadar diri bahwa untuk menuju fase tersebut diperlukan persiapan fisik dan psikis, dan ilmuku tentang fase itu masih jauh dari kata cukup.  Jadi sembari mengisi hari-hari jombloku supaya lebih berfaedah, pages ini bertujuan sebagai ladang untuk belajar tentang fase dua insan yang menjalin kasih. Mungkin kedepannya akan ada beberapa tulisan yang so uwu dan bikin baper. So, untuk mengawalinya, sebuah tulisan yang aku rewrite dari buku Menentukan Arah karya Kurniawan Gunadi dan Aji Nur Afifah dengan judul Saya.

Pasangan akan menjadi orang yang mengetahui, paling dekat, paling lama bersama, juga paling intim. Pasangan akan menjadi belahan jiwa, menjadi orang pertama yang ditemui setiap hari. Menjadi rekan dalam berjuang, menjadi sahabat, dan mungkin juga menjadi rival. Pasangan adalah orang asing yang dijadikan dekat melalui pernikahan, ditakdirkan menjadi satu keluarga. 

SAYA

Saya mau belajar untuk menjadi orang yang bisa mengendalikan diri, mengendalikan ego. Menjadi orang yang bersedia mendengarkan dan berbagi. Karena pernikahan bukanlah tentang bagaimana saya bisa mendapatkan yang terbaik, melainkan memberi yang terbaik. 

Saya menyaksikan begitu banyak pernikahan di sekitar saya, juga begitu banyak orang yang menikah dan berkeluarga. Sejak kecil, sejak saya belum begitu memahami tentang pernikahan, tujuannya, dan mengapa banyak orang menikah. 

Saya melihat, setiap pasangan itu memberikan makna-makna yang berbeda. Saya memiliki pemaknaan bahwa kita (termasuk saya) tidak pernah menikahi orang yang terbaik, terbaik dalam artian bahwa orang yang dinikahi adalah orang yang telah selesai dengan segalanya, ia bukanlah orang yang telah mencapai titik-titik terbaik dalam hidupnya. Saya berusaha untuk terus memahami dan menyadari itu sehingga apabila nanti saya menemukan ada kekurangan dalam diri pasangan, saya tidak perlu menjadikan kekurangan itu sebagai sesuatu yang membebani atau menjadi masalah dalam rumah tangga. Kesadaran yang benar-benar ingin saya tanamkan bahwa saya menikah bukan dengan orang yang benar-benar sempurna dalam segala hal. Kesadaran  yang semoga bisa membuat ruang penerimaan dan pemaafan saya selalu lapang, selalu demikian hingga kami harus terpisah karena kematian. 

Saya berusaha menanamkan keyakinan dan menjaga keyakinan saya bahwa pasangan saya adalah bentuk nikmat dan karunia Allah yang harus saya syukuri. Rasa syukur yang semoga bisa membuat saya terus menjaga dan merawatnya, mensyukuri segala hal yang ada dalam dirinya, sehingga Allah menambahkan kenikmatan dan karunia itu dalam dirinya. 

Rasa syukur yang semoga selalu menjaga mata saya agar tidak melihat ke yang lain, menjaga hati saya tidak cenderung ke yang lain, membuat kaki saya tidak berjalan ke rumah yang lain. Rasa syukur yang saya yakini bisa membuat saya lebih terang dalam melihat segala kebaikan yang ada dalam dirinya. 

Setelah membaca tulisan ini aku jadi mikir, sebenarnya dalam hal jodoh menjodoh salah satu hal utama yang dibutuhkan adalah penerimaan satu sama lain. Tapi ya nggak hanya stuck disitu saja, dumeh pasangan kita menerima segala kekurangan yang ada dalam diri ini lalu kita jadi enggan belajar. Mari berbenah, beranjak lebih baik bersama-sama ~


Borobudur | Saturdate 30 Maret 2019

Ps. Tulisan diatas murni karya Aji Nur Afifah dan Kurniawan Gunadi yang bisa kamu temukan di buku Menentukan Arah. 

Sidang Skripsi - Moment of Last Chance Part 2

April 05, 2019 0


Kedua, tentang Sidang Skripsi. Tulisan ini dibuat setelah tak sengaja melihat sticky notes yang ada dilaptop yang masih setiap menghiasi desktop. Notes ini bertuliskan :

Notes nya nggak aku hapus dari dulu ~

“bismillahirahmanirahim, INGET !! JANGAN seneng-seneng dulu sebelum skrispi di ACC buat sidang . bismillah semoga besok jumat 10 juni di acc yaa.. amin amin amin ya Allah” 

Kalau nggak salah aku nulis notes ini beberapa hari sebelum tanggal 10, sembari mengerjakan revisian yang tak kunjung mendapat acc. Dan Alhamdulillah, bagai doa yang mujarab, harapan ini akhirnya tercapai. Di lembar persetujuan skripsi ada tanda tanggan Pak dosen pembimbingku. 

Ini bermula ketika aku sudah vakum mengerjakan skripsi kurang lebih dua bulan karena keasyikanku untuk kerja part time. Kadang heran sama diri sendiri, disaat suatu hal butuh dikerjakan secara serius, mendalam, dan butuh penelitian macam skripsi ini, aku malah nyari sambilan yang lain yang jelas-jelas akan menyita waktu untuk mengerjakan skripsi. Yaa tapi gimana ya, daripada mati penasaran karena belum pernah kerja part time, biar nggak stress nggarap skripsian terus yaa mending cari tambahan duit, haha 

Selama tidak mengerjakan skripsi itu aku melihat beberapa teman sudah ada yang sampai pada penyusunan bab empat atau lima, bahkan ada yang sudah mengajukan sidang sehingga bisa mengerja untuk wisuda bulan Mei. 

Melihat itu semua seakan ada dorongan semangat buat ngerjain skripsi lagi. Jujur, kadang sebel kalau lihat ada temen yang update di status BBM  (dulu BBM masih jaya, wkwk) soal ngerjain skripsi, padahal aku juga sering update tentang itu sih , hehe (dasar nggak sadar diri). Bahkan aku denger, ada temen yang sampai ngehiden status BBM ku gegara updatetanku tentang skripsi, wkwk. Padahalkan disisi lain itu adalah bentuk pelampiasanku sebagai penghiburan diri, biar nyemangatin diri sendiri. 

Sidang skripsi kuanggap sebagai moment of last chance karena proses untuk mendapatkan tanda tangan dosbing tidak mudah. Lebih dari lima kali pak dosen memintaku untuk merevisi kembali Bab 4 dan Bab 5. Aku sempet nangis karena bab 4 empatku kayaknya kurang terus di mata beliau. Kapan hari sempat sembari mengerjakan revisian, air mata ini jatuh dipipi. Mikir, kok nyusun skripsi begini banget ya. Aku sadar bahwa mungkin diluar sana ada yang jauh lebih susah ngerjain skripsinya, tingkat sulit orang lain kan beda-beda, relatif sekali, hehe

But its okay to cry, right? 

Kurang lebih tiga sampai di bulan Mei sampai Juni berkutat dengan Bab 4 dan Bab 5 beserta tetek bengek revisiannya. Tiap pagi sebelum sampai kampus pasti mampir dulu ke Mitra Kampus, tempat fotokopian langganan. Kalau temen-temen kampus nyebutnya Pak Sahabat. Ohya, selama skripsian ini, tiap kali ngeprint atau fotokopi aku selalu minta nota, kukumpulin jadi satu, supaya nanti kalau udah kelar skripsian bisa tahu total biaya yang aku habiskan selama ngerjain skripsi, haha

nota selama persekripsian XD

Sampai dikampus, ke ruang dosen, nggak langsung ketemu sama orangnya juga. Kadang harus nunggu sampai jam berapa, kadang harus ke gedung pascasarjana soalnya beliau juga ngajar disana, atau kadang juga malah nggak jadi ketemu soalnya bapaknya sibuk ada acara di luar. Aku dulu sempat ditegur sama dosbingku gara-gara tiap ketemu aku kayak mburu-buru beliau. Yha namanya juga dosen pembimbing, resikolah dikejar-kejar mahasiswa yang punya keinginan supaya lulus tepat target (waktu itu aku menargetkannya Agustus udah wisuda, hehe)

Sampai akhirnya tiba di minggu pertama bulan Juni. Saat itu aku lebih sering ke kampus, shift kerjaan part time-ku beberapa ada yang aku ganti ada pula yang aku lelang buat ngurangin, supaya bisa fokus revisian. Seminggu pertama sebelum tanggal 10 Juni tiap hari aku datang ke kampus, entah ketemu dosen atau nyari bahan tambahan di perpus. Seminggu itu, setelah konsultasi skripsi dengan hasil skripsiku dicoret-coret, sepulangnya ke kos langsung aku revisi. Aku hanya ingin lulus pak T.T ~

Besoknya datang ke kantor beliau, nunggu lagi, merenung di pinggir koridor sambil berdoa, berharap bapaknya ada, bapaknya lagi nggak sibuk, dan bapaknya mau kasih tanda tangan acc.

Waktu itu, pikiranku sama seperti waktu terlambat user interview di Gardep. Menganggap bahwa ini adalah kesempatan terakhir aku supaya bisa ngejar yudisium bulan Juli. Saat itu aku juga udah sering tanya ke TU soal jadwal ruang ujian yang dipakai. Dan yang tersisa waktu itu tinggal di akhir-akhir bulan sekitar tanggal 20-an ke atas. Kalau aku nggak bisa sidang bulan Juni, aku khawatir jadi nggak bisa ikut yudisum bulan Juli. Soalnya bulan Juli juga kepotong puasa yang ada hari libur, otomatis jadwal konsultasi skripsi juga berkurang, waktu ku semakin menipis.

Dan Alhamdulillah, Allah Maha Baik. Hari itu, hari Jumat tanggal 10 Juni 2016 di ruang kerja Dosen Pembimbingku, gedung F04 (kalau nggak salah), Bapak dengan baik hati membubuhkan tanda tangannya dilembar persetujuan yang tiap kali aku konsultasi selalu aku ganti tanggalnya, siapa tahu hari itu di-acc, wkwk

acc ~~~~


Tapi perjuangan tidak sampai situ yorobun  ~

Jalan penuh liku masih menghadang ternyata. Setelah selesai mengurus adminitrasi pendaftaran sidang dan memperoleh dosen penguji, kini saatnya bernegosiasi soal jadwal ujian dengan para dosen penguji. Selama proses negosiasi itu, seperti teman-teman yang pernah merasakan, kita/aku bolak-balik ruang TU – ruang dosen penguji utama – ruang dosen pembimbing skripsi – ruang dosen sekretasi penguji. Nggak seberapa sih, ku  yakin pasti ada yang lebih syulit :”

Sempat waktu itu udah mau fix, tanggal 27 atau 28 Juni untuk sidang. Eh tapi ternyata dosen penguji utamaku sudah ada jadwal nguji juga, dan kata beliau nggak bisa double. Lalu akupun harus ganti jadwal lagi, ke ruang TU lagi nyari jadwal kosong, lalu ke ruang dosen penguji utama, lalu ke ruang dosbing, lalu ke ruang dosen sekretaris penguji. Dan Allhamduillah, sekali lagi Allah Maha Baik, tanggal 29 Juni itulah hari dimana akhirnya aku bisa Sidang Ujian Skripsi yeaaahhh ~

Moment of last chance ini ternyata nggak hanya sampai sidang skripsi. Hari dimana aku ujian itu adalah minggu terakhir sebelum liburan puasa dan lebaran, sekitar empat atau tiga hari sebelum liburan. Otomatis jadwal untuk bimbingan setelah sidang jadi semakin sedikit. Aku pun kembali gelisah, gundah, gulana, galau ~

Kalau nggak salah (soalnya aku lupa) untuk bisa ikut yudisium bulan itu, paling enggak tiga atau tujuh hari sebelum hari yudisium udah daftar. Itu artinya, setelah liburan lebaran, aku hanya punya waktu sekitar dua minggu untuk mengurus revisian, minta tanda tangan, dan ngeprint hard file-nya ditambah harus kerja juga biar ~ wkwkw

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, dulu itu hectic tapi seru. Dulu aku sering kali bilang sama diri sendiri tiap kali sedang merasa tertekan dengan tugas-tugas kuliah, “keadaan hectic kayak gini, moment kayak gini, suasana nuga ribet kayaknya, pasti besok-besok bakal dikangenin” dan itu ternyata benar  ~ I miss that old days :”

Dan sekali lagi, Allah Maha Baik. After through many revision with those two lecturers, on July the nineteenth, I got their signature. Akhirnya ku bisa yudisium bulan Juli !!

Proses tidak akan mengkhianati hasil ~

Monday, March 11, 2019 | K | merasa tertekan karena nulis ini nggak kelar-kelar, hehe

23 Maret 2019

Buku Bulan Maret

Maret 23, 2019 0
Bulan maret ini lebih banyak baca e-book, tepatnya aku kebanyakan baca fanfic dari wattpad, ( soalnya lagi nggak mood baca buku fisik. Ini moodnya lagi suka cerita yang halu bin unfaedah, daripada cerita dari buku-buku yang 'lebih kelihatan' berfaedah. 

Fanfiction adalah fiksi penggemar, yang mana penulisnya menggunakan tokoh-tokoh idola sebagai karakter dalam cerita yang ditulis. Kebanyakan yang aku baca tokohnya adalah idol kpop, tapi ada juga yang dari dalam negeri atau dari barat, tergantung kesukaan, bebaaass ~ 

Namanya juga fanfiction, ceritanya jelas fiktif atau tidak nyata alias halu semata dan jelas tidak masuk akal. Bagi penggemar komik atau manga jepang mungkin tahu dengan istilah Yaoi, Fujoshi, Uke, dan Seme, yah fanfic juga nggak jauh-jauh dari istilah-istilah diatas. 

Sejujurnya aku agak takut nulis tentang ini, takut sama pandangan orang yang bakal bilang “Wih, nggak nyangka, dia bacaannya kayak gini” atau “Wah, blablabla... Hehehe XD

Tapi karena tuntutan pekerjaan (nggak ding), karena ini dipikiran udah numpuk, dari pada nanti aku stress lalu feeling useless, demi kesehatan mental yang haqiqi, dengan langkah setengah berani, kutulislah review buku bulan ini.

Let’s read ~ 


His Mistress – XarekXX

Salah satu cerita dengan aliran Yaoi yang bukunya aku tertarik untuk baca adalah karya dari author ini. Kedepan nama authornya aku sensor, khawatirnya kalau ada yang penasaran terus  download aplikasinya, lalu baca cerita ini. Duh >.<

Kebanyakan author ini menelurkan karya dengan ciri khas M-preg alias Male Pregnan, dimana karakter utamanya adalah laki-laki berpasangan dengan laki-laki yang punya kelebihan bisa hamil. Yap, sampai disini sudah punya gambaran apa itu Yaoi?? 

Yah, meskipun dikehidupan nyata, aku juga masih nggak paham sama orang-orang yang bisa punya hubungan spesial dengan sesama jenisnya. Mungkin aku butuh baca tentang psikologi lgbt kali ya, atau mungkin ada yang mau ngasih pencerahan biar aku terbuka gitu wawasannya ~ 

Back to His Mistress.

Karater dalam cerita His Mistress ini kebanyakan disukai oleh hardshipper JinHwi. Orang-orang yang suka melihat kedekatan atau bromace diantara Lee Dae Hwi dan Bae Jin Young. Dalam cerita ini Jinyoung sebagai seorang seme yang  yang sudah memiliki istri bernama Park Jihoon seorang uke. Dua orang ini sudah lama menikah tapi belum dikaruniai anak, sehingga Mrs. Bae, ibunya Jinyoung alias mertuanya Jihoon, meminta Jinyoung untuk memiliki seorang Mistress atau nyonya yang rahimnya disewa untuk melahirkan anak dengan garis keturunan marga Bae. 

Disinilah tokoh Daehwi yang juga seorang uke bertugas menjadi Mistress-nya Jinyoung. Daehwi ini adalah seorang pria special yang memiliki rahim. Daehwi dipilih langsung oleh Mrs. Bae karena beliau tahu bahwa Daehwi bisa hamil, alasan lainnya karena Jinyoung adalah seorang homoseksual yang hanya mau berhubungan dengan sesama jenisnya. Jadi dengan terpaksa, Jinyoung menerima Daehwi sebagai Mistress-nya, kenapa terpaksa? Soalnya Jinyoung cinta banget sama Jihoon. Jihoon tahu kalau mertuanya mau mencarikan mistress, tapi dia tahunya mistress-nya adalah seorang wanita bukan pria. Jadi meskipun Daehwi dan Jihoon sering bertemu karena Daehwi kerja di kafe yang sering didatangi Jihoon, Jinyoung dan Daehwi tetap merahasiakan hubungan mereka. 

Sampai akhirnya setelah beberapa kali Jinyoung dan Daehwi bertemu, muncullah benih-benih asmara diantara mereka. Namun disaat itu pula, muncul keajaiban bagi Jihoon, akhirnya dia bisa hamil. Nah lho, terus gimana nasib Daehwi? 

Sebenarnya saat berita kehamilan Jihoon, Daehwi juga sudah hamil, cuma dia nggak mau ngasih tahu Jinyoung. Akhirnya dia bilang kalau lebih baik, Jinyoung kembali ke Jihoon, karena Jihoon lebih membutuhkan Jinyoung daripada dia. Karakter Daehwi disini seperti macam tokoh protagonis yang gemar mengalah –orang-orang yang suka bilang “aku nggak papa kok”- 

Nah disinilah Jinyoung mulai galau. Jujur sebenarnya perasaan dia ke Jihoon udah nggak sama dulu lagi. Rasa yang pernah ada kini telah tiada, perasaan cintanya lebih besar ke Daehwi, tapi di satu sisi dia nggak mau ninggalin Jihoon, soalnya dia sadar udah banyak ninggalin Jihoon juga. 

Sampai pada suatu hari, Jinyoung memutuskan untuk tetap bersama Jihoon, tapi dia tetap nggak bisa hidup tanpa Daehwi, hatinya udah jadi milik Daehwi. Dengan terpaksa, pada hari itu mereka berdua berpisah. 

Diakhir cerita Jinyoung dan Daehwi akhirnya bisa bertemu, tapi itu bukan pertemuan yang menyenangkan karena akhirnya Jinyoung meninggal dunia. Jadi selama ini, dia hidup seperti zombie. Sejak perpisahannya dengan Daehwi, memang dia kembali hidup dengan Jihoon tapi dia nggak bahagia. Jihoon yang akhirnya tahu penyebabnya adalah Daehwi pun, nggak bisa berbuat banyak, soalnya disatu sisi dia juga nggak mau kehilangan Jinyoung. 

His Mistress adalah cerita bersequel. Authornya sengaja mengakhiri buku ini dengan ending yang nggantung soalnya dia bikin buku lanjutannya dengan judul His Comfort. Dibuku kedua ini akan dijelaskan kejanggalan-kejanggalan dari cerita sebelumnya. 

Review ini aku hanya menuliskan garis besar ceritanya saja, didalam sebenarnya masih banyak konflik nggak hanya antara Jihoon, Jinyoung, dan Daehwi tapi konflik dengan tokoh-tokoh lainnya. Penulisnya ini menurutku pintar dalam mempermainkan perasaan para pembaca, ceritanya sering membuat mood naik turun, dan nggak jarang banyak pembaca yang berkomentar menebak kelanjutan dari ceritanya.

Ciri khas dari penulis ini, selain hobi bikin M-preg, unsur dalam ceritanya sering banget mengandung unsur abusive dan harassment. Tapi bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris, jadi segala sesuatu yang berbau kata kasar, bagiku nggak terlalu familiar tapi masih bisa dipahami. Karya-karya dia jadi salah satu favorit aku kalau lagi buka wattpad, soalnya bisa sekalian belajar nambah vocab, hehehe ~




How Come? – AsXXXX

Buku kedua masih tentang fanfic, tapi kali ini lebih normal. Karena pemeran dalam cerita ini sesuai dengan kodratnya. Yah, walaupun masih halu karena pemeran laki-lakinya pakai tokoh BTS Park Jimin, sedangkan pemeran perempuannya adalah Ryu Keira, kalau sama penulisnya, tokoh Ryu Keira ini divisualisakan oleh model korea yang aku nggak tahu namanya. Mungkin mbak-mbak ulzzang ~ 

How come bercerita tentang dua orang yang menikah karena suatu motif tertentu, bukan karena cinta atau kasih sayang tapi karena kebutuhan yang mendesak yang menyebabkan mereka harus menikah. Ceritanya Keira datang ke dokter, setelah diperiksa ternyata dia mengidap penyakit tumor entah kanker payudara, yang menyebabkan dia harus operasi, tapi penyakitnya masih belum parah jadi kemungkinan bisa sembuh. Tapi juga nggak jamin, bibitnya tidak akan tumbuh lagi. Sehingga si dokter yang bernama Dokter Ae, menyarankan agar setelah operasi, Keira segera menikah dan punya anak. Soalnya dengan menyusui, itu bisa mencegah pertumbuhan sel-sel penyakit tersebut. Dokter Ae pun bahkan menawarkan calon suami bagi Keira. 

TMI : Kata si penulis, ide cerita tentang penyakit ini terinspirasi dari kerabatnya yang ngalamin hal yang serupa. Lalu aku cari di google tentang benar atau enggaknya. Dan ternyata memang ada penelitian yang bilang kalau dengan menyusui bisa menurunkan resiko kanker payudara, salah satunya adalah dengan menyusui artinya sel-sel payudara memproduksi susu setiap waktu sehingga membatasi kemampuan sel-sel payudara untuk berbuat menyimpang. Info selengkapnya di hellosehat.com (klik disini untuk membaca)

Batinku, wah aku menemukan kefaedahan dalam cerita yang tidak berfaedah, wkwkw  

Keira bingung harus gimana, soalnya belum ingin menikah. Dia masih 23 tahun dan merasa masih muda, masih banyak yang ingin dia kejar, tapi dia juga mikir tentang masalah kesehatannya. Kemudian saat dokter dan pasien ini sedang berdiskusi, datanglah Park Jimin yang tak lain adalah putra Dokter Ae yang ternyata dia yang akan dikenalkan pada Keira. 
Dari situ keduanya mulai muncul rasa ketertarikan. Dan akhirnya mereka menikah. End







Nggak ding ~ hehe

Konfliknya bukan disitu. Masalah utama ada dalam keterbukaan diantara dua pasang ini. Tak butuh waktu lama untuk mereka saling jatuh cinta meskipun dengan pernikahan yang sedikit “dipaksakan”, karena siapa yang mampu menolak pesona seorang Park Jimin.

Masalah muncul ketika seorang kawan Keira bilang kalau dia mengenal Jimin karena dia pernah magang atau bekerja di perusahaan game yang dipimpin oleh Jimin. Jadi kalau tadi belum aku ceritakan, pekerjaan Jimin adalah seorang pembuat game yang sangat populer dan beberapa kali memenangkan penghargaan.

Teman Keira ini bilang kalau orang-orang di perusahaan game ini ikut sebuah komunitas rahasia, yang mana dalam komunitas ini orang-orangnya akan saling bertaruh dalam sebuah permainan yang bernama “How Come”. Keuntungannya apa sih yang didapat dari taruhan ini? Tantangan dan Kepuasan. Katanya kalau udah masuk dalam permainan ini, orang-orang didalamnya akan ketagihan dan nggak mau berhenti bermain.

Yang membuat Keira ini menjadi mempertanyakan pernikahannya dengan Jimin adalah karena teman Keira ini bilang, kalau para developer game dalam komunitas ini rela melakukan apa aja demi gamenya. Misal dia ingin bikin game tentang pernikahan, ya dia bela-belain buat nikah untuk bisa mendalami seluk beluk pernikahan yang nantinya akan diaplikasikan pada game buatannya. Dan itulah yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga Keira.

Awalnya Jimin nggak mau terbuka ketika masalah ini terkuak, tapi karena keduanya saling mencintainya akhirnya terbongkarlah rahasia Jimin. Hal yang dipertaruhkan pun membuat Keira syok dan tidak menyangka Jimin akan melakukan ini. Ada tiga hal yang dipertaruhkan dalam permainan How Come ini, yaitu Benda kesayangan paling berharga, Saham perusahaan, dan Nyawa orang yang paling dicintai. Dan tak lain tak bukan, Jimin mempertaruhkan nyawa istrinya sendiri kedalam permainan ini. Apakah Jimin berhasil dalam permainan taruhan ini? Atau Keira akan mati?

Endingnya? Tidak terlalu menyedihkan tapi bagiku juga nggak terlalu menyenangkan. Bagiku ceritanya ini berakhir dengan sedikit membingungkan. Kok bisa ya? Bagaimana bisa berakhir seperti itu. Mirip judulnya, How Come?



Voyager – VioXXX

Fanfic yang ini menjadi salah satu favoritku, soalnya si penulis bikin cerita ini berdasarkan buku ilmiah tentang pesawat ruang angkasa tanpa awak yang namanya Voyager. Sebuah pesawat ruang angkasa yang diluncurkan pada 5 September 1977. Kalau berdasarkan info yang aku baca dari wikipedia, pesawat ini masih beroperasi sampai sekarang dan merupakan benda buatan manusia yang bisa mencapai jarak jauh di luar angkasa. Pesawat ini sudah sampai di orbit planet Jupiter-Saturnus. Lebih lengkapnya silakan baca di wikipedia tentang Voyager.

Cast dalam fanfic ini bersifat genderswicth (GS). Kalau dalam dunia per-wattpad-an,  pemeran dalam ceritanya ini memiliki jenis kelamin yang berkebalikan dengan jenis kelaminnya didunia nyata. Gampangnya, didunia nyata kamu itu perempuan tapi didunia fanfic sama penulisnya kamu dibikin jadi laki-laki, begitu.

Pemeran GS nya adalah Daehwi dan pasangannya adalah Jinyoung. Keduanya sama-sama bekerja di lembaga NASA, dan ditempatkan khusus untuk mengamati, meneliti, dan mencatat perkembangan dari pesawat Voyager ini. Jinyoung bertugas sebagai kepala divisi, sedangkan Daehwi sebagai sekretaris yang bertugas untuk mencatat setiap perkembangan pesawat voyager.

Format cerita ini seperti buku harian si Daehwi. Jadi disamping dia mencatat tentang perkembangan pesawat voyager ini, dia juga nulis curhatan tentang Bae Jinyoung. Misal :

Hari ke 676 setelah peluncuran 
Pesawat voyager akhirnya berhasil mengunjungi saturnus, dengan posisi terdekat jarak 124.000 kilometer dari puncak awan saturnus, dan seterusnya. Setelah beberapa minggu aku tidak menemukan roti dan susu dari si pengirim rahasia, akhirnya hari ini aku mendapatkannya lagi di atas mejaku. Masih ada sticky note dengan pesan singkat yang terasa hangat, tapi kali ini isinya membuatku berdegub kencang. Malam ini aku akan tahu siapa si pengirim rahasia ini. 

Bagian cerita yang bikin baper dalam buku ini yaitu di antara Daehwi dan Jinyoung, keduanya menyimpan rasa suka sejak awal kuliah tapi karena suatu hal atau mungkin keduanya juga masih ambisius mengejar mimpi makanya nggak ada yang mengungkapkan satu sama lain. Sampai akhirnya keduanya bertemu kembali di dunia kerja dan bahkan satu divisi.

Buku ini memakai sudut pandang dari Daehwi. Dalam buku hariannya dia menceritakan bagaimana awalnya bertemu dengan Jinyoung, bagaimana dia bisa suka kepada seniornya ini, bagaimana dia tidak bisa menahan untuk tidak senang saat tahu dia bekerja satu divisi dengan orang yang dia suka, dan bagaimana dia ingin melupakan Jinyoung karena beberapa minggu belakangan ada orang lain yang mengganggu hatinya yaitu si pengirim roti rahasia itu.

Sampai akhirnya Daehwi dan si pengirim roti rahasia ini bertemu. Ceritanya sesuai dengan ekspetasi para JinHwi shipper yang mengharap Happy Ending ~ Heart-eu Pyong <3



Dia Adalah Kakakku – Tere Liye [discontinue]

Baru baca beberapa bab, lalu tersadar karena seperti pernah baca atau nonton cerita yang seperti ini. Lalu aku buka lembar terakhir, dan dugaanku ternyata benar, buku ini adalah tampilan baru dari buku Bidadari-Bidadari Surga, hanya diganti judul saja. Karena dulu aku udah pernah nonton filmnya, otomatis aku udah tahu jalan ceritanya seperti apa. Yah, meskipun mungkin ceritanya yang dibuku lebih seru dari pada di film, tapi karena udah tahu akhir ceritanya seperti apa, makanya nggak aku terusin, huehue ~ 


Malam Minggu, 23 Maret 2019 | After the day with carelessness 

13 Maret 2019

My Stupidty -Moment of Last Chance Part 1

Maret 13, 2019 0
Seingatku ada tiga hal yang benar-benar aku lakukan dengan sepenuh hati dan bersungguh-sungguh seolah-olah itu adalah kesempatan terakhir. Seolah-olah nggak akan ada hari esok. Tiga hal itu adalah Pendaftaran Garda Depan 56 (Gardep), Sidang Skripsi, dan GPP. 

Pertama tentang pendaftaran Garda Depan 56. Sebenarnya aku tahu tentang kerja part time ini sejak semester empat. Waktu itu baru wacana ingin doang belum ada actionnya. Lalu saat aku semester enam, aku lihat pendaftaran Gardep 54. Karena penasaran, iseng-iseng aku daftar dengan mengisi form online yang telah disediakan. Tapi saat itu, aku seperti masih antara ingin - nggak ingin kerja part time, mengingat saat itu aku juga akan KKN. 

Setelah iseng-iseng daftar, harusnya menyerahkan berkas-berkas pendukung ke kantor Yogyatorium (Ytr) tapi karena saat itu keinginan masih ngambang, berkas-berkas itu nggak aku kumpulkan. Dan tentu saja pengalaman untuk menjadi Gardep 54 lewat begitu saja. Terhempas, terlupakan bersama kegiatan KKN yang kujalani.

Satu tahun berlalu, tepatnya tahun 2016 dimana aku mulai menjalani kehidupan sebagai mahasiswa semester akhir dengan segala kegalauan soal skripsi, aku lihat pengumuman pendaftaran Gardep 56. Saat itu judulnya pendaftarannya 5E6ORO AMARTO. Lalu keinginan untuk kerja part time itu muncul lagi, karena rasa penasaran yang masih terhauskan.

Selanjutnya dengan penuh kemantapkan aku coba daftar online lagi. Kali ini lebih serius, lebih bersungguh-sungguh, dan rasanya deg-degan , nggak seperti waktu pertama kali masih coba-coba agak lebih santai. Kali ini benar-benar aku persiapkan segalanya. Aku juga mengumpulkan berkas-berkas pendukung ke Ytr yang sebenarnya tempat itu beberapa kali sudah aku lewati. 

Flashback ~ dulu dulu tiap kali lewat jalan gedong kuning (sebelum mengenal istilah Ytr) penasaran sama bangunan Ytr yang menurutku cukup unik, ada spiral-spiralnya haha. Jadi dulu sempet mbatin, suatu saat mungkin bisa masuk bangunan itu. Dan Allah Maha Baik, Dia mengabulkan ke-mbatinan-ku, hihi 

Tahap seleski berkas dan front interview telah aku lewati, selanjutnya tahap tes tulis, FGD, dept interview juga berhasil membuatku lolos. Tahap selanjutnya adalah User Interview. Kalau tahap-tahap sebelumnya itu diseleksi oleh tim khusus dibawah HRD yaitu OT (Oblong Training). Ditahap user interview cagardep (calon garda depan) akan diwawancarai langsung oleh manager atau hrd. 

Nah disinilah letak kecerobohan, kebodohan, dan kekonyolanku. Rasanya kalau inget kejadian sebelum user interview, geli-geli menyedihkan. Jadi setelah diumumkan siapa saja yang lolos di tahap user, cagardep ini dibagi kebeberapa hari dengan beberapa jam interview yang berbeda. Dan lokasi interviewnya bukan di Ytr. Tapi karena aku kurang teliti saat baca pengumuman dengan pede-nya, pada hari-H setengah jam sebelum jadwalku untuk interview, aku datang ke Ytr. 

Sampai di Ytr, loh kok sepi. Mana nih, OT-OT yang biasanya lalu lalang ngurus cagardep. Aku sempat menduga jangan-jangan udah selesai atau jangan-jangan aku salah tempat. Aku duduk nunggu sekitar 10 menit, dengan harapan ada OT yang mempersilakan masuk untuk interview, tapi yang ada hanya mas-mas gardep yang lagi istirahat. Terus aku tanya ke mas-masnya, tempat buat user interview dimana, masnya jawab nggak tahu terus ngomong sesuatu yang aku nggak jelas dengarnya apa. Bener kan dugaan keduaku. Langsung deh aku pergi dari Ytr, dijalan mikir aku harus gimana, aku nggak tahu tempatnya interviewnya dimana. Ditambah, waktu itu aku masih pakai HP Nokia yang ulekan soalnya androidnya lagi rusak. Jadi akses internet buat baca pengumuman  lebih telit juga nggak bisa. Dan disaat itu pula aku ingat, kalau dipengumuman itu ada peta lokasi untuk tempat interviewnya, dan begonya aku pede-pede aja yakin kalau itu di Ytr padahal bukan. 

Disaat manusia ini kepepet, ada Allah Yang Maha Lapang. Aku ingat ditikungan jalan setelah bangjo dari Ytr itu ada warnet. Masih ada kesempatan buat nyari tahu lebih detail soal pengumuman itu. Sampai diwarnet langsung buka pengumuman, dan bener kan ada shareloc-nya. Lokasinya di kantor pusat, di Jalan Sonopakis. Dan itu artinya aku harus ngurut dalan dari  Yogya bagian Timur ke Yogya bagian Barat, dan itu butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk menembus macetnya Yogya, apalagi saat itu jam-jam sore, orang-orang banyak yang pulang kerja, lalu lintas padat dan cuaca sedang hujan. Lengkap sudah rasanya aku pengen mundur saja. 

Setelah merenung sejenak di dalam bilik warnet, aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ini. Batinku bilang coba aja, nanggung, udah sampai sini, udah tahu pula lokasinya, coba aja, coba terus.

Diperjalanan menuju kantor pusat, ditengah hiruk-pikuk raungan kuda besi jalanan, dan ditengah derasnya hujan yang tembus sampai kedalam mantol, aku melaju sambil merenung sembari merutuki kebodohanku. Makanya kalo baca yang teliti !!

Didalam batin sedang terjadi pergulatan, antara maju terus dengan konsekuensi terlambat dan mungkin saja nggak diijinkan untuk ikut interview atau mundur saja dengan konsekuensi aku nggak akan bisa ikut seleksi gardep lagi karena ini kesempatan terakhir untuk mahasiswa semester delapan. Karena kesel, bingung, jengkel terutama sama diri sendiri, mau nggak mau dibawah rintik hujan tapi ketutupan helm, aku nangis, huhuhu ~ 

Dalam pergulatan itu aku mikir, aku udah jauh-jauh sampai sini, udah capek-capek lolos ditahap-tahap sebelumnya, udah mampir warnet buat nyari tahu peta lokasinya, udah hujan-hujan pula sampai sini, udah semeter delapan pula, besok-besok nggak kalaupun emang dapat kerja part time ditempat lain tapi aku jadi nggak bisa tahu gimana rasanya kerja sebagai gardep yang emang dari dulu udah bikin aku penasaran, pikirku besok-besok udah nggak ada lagi kesempatan buat daftar, pikirku bisa jadi ini kesempatan terakhirku buat ngrasain kerja part time di akhir masa periodeku sebagai mahasiswa.  Pokoknya saat itu aku jadi mikir, there’s no way back. Udah sampai sini, kalau mundur, nanti bakal nyesel, dan perjalanan ini udah kepalang tanggung. Jadi maju terussss ~ 

Aku ingat saat itu, lampu merah setelah Jalan Kusumanegara, ada sms dari OT, kenapa belum datang? Aku jawab alasannya karena nyasar, saat itu aku jadi mikir apa yang pihak user pikirkan kalau aku bilang nyasar, mungkin mereka bakal mikir , nih anak nggak teliti baca pengumuman atau gimana, tapi mikirnya itupun setelah kukirim balasan sms itu. Hmmm yaudah pasrah aja aku mah, yang penting coba dulu. 

Sekali lagi, Allah Maha Pemberi Rizki. Aku masih disambut dengan baik buat ikut user interview. Segala prasangka saat diperjalanan seketika pudar saat mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kesanggupanku untuk kerja sebagai gardep. 

Jadi point dalam cerita ini yang ingin aku share dan aku tekankan pada diri sendiri adalah saat diperjalanan ke kantor pusat, aku mikirnya nggak akan ada kesempatan lagi untuk jadi gardep karena aku udah semester delapan dan itu semester paling akhir untuk jadi gardep. Padahal kalaupun aku memilih mundur, aku juga punya kesempatan untuk daftar kerja part time ditempat lain. Tapi pikiran itu nggak datang saat aku merenung dijalan tadi. Mungkin karena aku juga mikir, bahwa perjuangan untuk bisa lolos ditahap-tahap sebelum user interview juga nggak gampang. Jadi aku pikir kalau kesempatan ini nggak diambil mungkin dimasa yang akan datang aku akan menyesal. :”) 


Sunday, 3 Maret 2019 | Ditulis sembari mengingat kebodohanku, malam ini hujan deras juga | K

25 Februari 2019

Buku Bulan Februari

Februari 25, 2019 0

Yeay, konten Bulan Buku memasuki bulan kedua. Tapi seperti yang sudah aku duga setiap kali diawal aku selalu semangat buat bikin ini itu, baru masuk bulan kedua semangat itu sudah kendor karena saking toleransinya sama diri sendiri. Kadang suka heran sama diri ini. 

Tapi demi kelancaran blog ini, demi menjaga komitmen dengan konten bulan buku – review tipis ala-ala, maka dengan besar hati kutulislah beberapa tentang buku (yang belum sepenuhnya selesai dibaca) bulan ini ~
Check it out ~



BERTUMBUH – SATRIA DKK (BAGIAN 1) 
Penulis buku ini ada lima orang yaitu Satria Maulana, Kurniawan Gunadi, Iqbal Hariadi, Mutia Prawitasari, Novie Ocktaviane Mufti. Buku ketiga yang aku beli dari seorang penulis yang aku tahu dari tumblr. Buku ketiga yang aku beli dari Langit-Langit Creative, kadang aku ngrasa kayak bucin kalau distributor ini ngeluarin buku, bawaannya pengen punya ~ heuheu

TIM : Bulan ini aja aku beli dua buku dari Langit-langit, salah satu alasannya karena ada buku yang tidak akan dicetak lagi, kan sayang kalau nggak punya. Apalagi kubaca di goodreads isi bukunya bagus (but I dont want to put too much expectation, wkwkw). Mungkin bulan depan kalau udah mood baca dan nulis ku tulis disini.  

Buku ini adalah kumpulan cerita dan curhatan para penulis tentang perjalanan dan perjuangan hidup mereka dalam menghadapi proses bertumbuh. Sebenarnya nggak hanya mereka saja sih yang ngalamin proses ini, kita semua, makhluk hidup yang punya akal, pikiran, dan perasaan ini juga mengalami proses ini. 

TMI : Sebenarnya hewan dan tumbuhan juga bertumbuh sih. Tapi, sependek pengetahuanku tentang mereka, selain bertambah tinggi, bertambah berat, punya insting buat cari makan sampai cari pasangan (kalau hewan), aku belum tahu apakah mereka juga mengalami quater life crisis juga atau tidak, haha

Buku ini dibagi menjadi 5 Bab, dan disetiap bab punya lebih dari 20 cerita dengan judul yang berbeda. Dari sekian bagian cerita it, punya kesimpulan masing-masing yang akan menjadi inti dari permasalahan yang dibahas dibuku ini, yaitu tentang bertumbuh. Ciri-ciri orang yang bertumbuh menurut buku ini adalah : 
1.Bangun pagi 
2.Fokus pada tujuan hidupnya 
3.Tidak iri dengan pertumbuhan hidup orang lain
4.Banyak bersedekah 
5.Semakin bertambah keimanan, ketaqwaan, dan rasa syukur 

Kalau dibilang buku ini tentang agama, enggak kok. Persoalan tentang agama dalam buku ini sangat tersirat jadi buku ini bisa dinikmati oleh semua kalangan yang punya paham hidup yang berbeda. 

Dari sekian banyak cerita ada beberapa yang paling mengena dihati. Meminjam kalimatnya masgun “semacam ditampar pakai kata-kata”. Tulisan itu berjudul Sereceh Komitmen (klik disini untuk membaca) dan Berprasangka yang Baik (klik disini untuk membaca). 

Sebenarnya buku ini belum selesai aku baca, karena bacanya butuh mikir, wkwkw Sedangkan kapasitas otak bulan ini lagi nggak mood buat mikir yang berat-berat, jadi biar ilmunya nggak hanya lewat bacanya dilanjutin kapan-kapan kalau udah mood lagi hahaha XD 


AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG – TERE LIYE 
Another story from salah satu penulis yang bikin kobam pengen punya bukunya terus. Istilah dari benci jadi cinta itu memang ada, dulu nggak suka dan memandang remeh karya-karya Tere Liye, tapi setelah baca novel Pulang-nya beliau jadi ketagihan pengen ngoleksi semuanya~ 

Buku ini berkisah tentang hubungan Ayah dan anak. Sang Ayah adalah sosok yang gemar bercerita, menyampaikan nasihat-nasihat lewat cerita, mengisahkan pengalaman hidupnya lewat cerita, yang entah itu nyata terjadi atau hanya fiktif belaka. Si Anak, Dam adalah sosok yang selalu ingin tahu, selalu semangat mendengarkan cerita-cerita Ayahnya. Dam tumbuh dengan baik, namun menginjak umur kepala dua dia mulai tidak percaya akan cerita-cerita Ayahnya. Ketika menikah dan memiliki anak, Dam tidak ingin membesarkan anak-anaknya lewat cerita fantasi seperti yang Ayahnya lakukan. Padahal tanpa Dam sadari, dia bisa tumbuh dengan baik, memiliki pemahaman hidup yang baik, hingga memiliki karir yang sangat memuaskan juga hasil dari imanjinasi dan nasihat tersirat dalam kisah-kisah yang dia dengar dari Ayahnya. 

Hubungan Dam dengan Ayah mulai merenggang sejak Dam tahu bahwa si Ibu sakit keras hingga akhirnya meninggal. Dam selama ini menyalahkan Ayahnya karena tidak mau terbuka soal penyakit ibu, menganggap si Ayah tidak berusaha keras untuk membujuk Ibu agar mau di terapi tahun-tahun sebelum sakit Ibu kian parah. 

Dam juga menganggap bahwa, selama ini Ibu tidak pernah bahagia, dan yang lebih parah Dam menganggap bahwa cerita sang Ayah hanyalah kebohongan, namun Ayah tidak pernah mau mengakuinya. Bisa jadi karena cerita-cerita yang Ayah kisahkan untuk Dam memang benar adanya. Mungkin cerita Ayah sama tidak masuk akalnya dengan Akademi Gajah tempat Dam bersekolah. Akademi Gajah adalah sebuah institusi pendidikan dengan sistem belajar yang membebaskan murid-muridnya untuk mengeksplore apa saja. Sekolah ini bahkan tidak memerlukan ujian untuk bisa lulus. Lulusan terbaik dari Akademi Gajah adalah orang-orang yang paham akan makna hakikat hidup ini. 

Kebencian Dam akan cerita-cerita Ayahnya akhirnya sirna, tak kala sang Ayah harus menghembuskan nafas terakhir setelah sebelumnya menceritakan kisah pamungkas yang membuat Dam mengetahui jawaban-jawaban atas rasa penasaran yang selama ini menghantui hidupnya. Penasaran atas benar tidaknya cerita-cerita Ayahnya, penasaran tentang bahagia atau tidaknya hidup si Ibu, dan sebagainya. 

Jadi untuk menyimpulkan cerita dalam buku ini, akan kutuliskan beberapa kalimat dari buku ini tentang hakikat kebahagian. 
“Kebahagian itu datang dari hati sendiri, bukan dari orang lain, harta benda, ketenaran, apalagi kekuasaan.” 
“Kalau kau punya hati yang lapang, hati yang dalam, mata air kebahagiaan itu akan mengucur deras. Tidak ada kesedihan yang bisa merusaknya, termasuk kesedihan karena cemburu, iri, atau dengki dengan kebahagiaan orang lain. sebaliknya, kebahagiaan atas gelar hebat, pangkat tinggi, kekuasaan, harta benda, itu semua tidak akan menambah sedikit pun beningnya kebahagiaan yang kau miliki” 

Sekian 

Ps. Jadi setelah bulan kemarin koar-koar mau baca minimal tiga atau empat buku satu bulan, ternyata bulan ini tidak berhasil yorobun ~ -_- shame on me. Eh tapi kalau buku di wattpad juga ikut dihitung kayaknya lebih dari empat deh. Tapi karena yang di wattpad itu yang banyak mengandung unsur halu, mature, NC, dan sebagainya jadi ku tidak bisa dan tidak mau menuliskannya disini, hehehe 

24 Februari 2019 | K

24 Februari 2019

Berprasangka yang Baik

Februari 24, 2019 0
Oleh : Mutia Prawitasari dalam buku Bertumbuh
Tulisan pendukung Buku Bulan Februari

Pernahkan kamu merasa risih atas sesuatu yang dikatakan (dan tidak dikatakan) oleh orang lain? Atas sesuatu yang dilakukan (dan tidak dilakukan) oleh orang lain? Bahkan, atas sesuatu yang dituliskan (dan tidak dituliskan) oleh orang lain? 

Mereka bertanya apa kabar, kamu pikir mereka riya dan pamer. Mereka bertanya kapan lulus, kerja dimana, kapan menikah, sudah hamil atau belum, kapan punya adik lagi, dan sederet pertanyaan lain, kamu pikir mereka mengintimidasimu. Mereka menulis sesuatu yang berbeda pendapat denganmu, kamu pikir mereka menyindir bahkan menyudutkanmu. 

Pernahkan kamu merasa malu karena ternyata semua itu belum tentu benar? Yang menanyakan kabarmu, bagaimana kalau dia memang peduli denganmu? Yang bercerita tentang kebahagiaan, bagaimana kalau dia sedang belajar mensyukuri hidupnya? Yang bertanya kapan lulus, kerja dimana, dan seterusnya, bagaimana kalau dia hanya mencari cara untuk membuka obrolan kembali denganmu? Yang menulis suatu hal yang berbeda pendapatnya denganmu , bagaimana kalau dia sedang menulis untuk dirinya sendiri?

Kamu saja, mungkin yang seperti itu. Kamu saja mungkin yang kalau bertanya apa kabar, sedang ada maunya. Kamu saja mungkin yang kalau bercerita tentang kehidupan bahagiamu, sedang riya dan pamer. Kamu saja mungkin, orang lain tidak. 

Sering kali apa yang kita duga diniatkan dan dipikirkan oleh orang lain sejatinya merupakan niatan dan pikiran kita sendiri. Semakin buruk kita berprasangka kepada orang lain, seburuk itu pulalah kita tercermin. Malu kan? 

Saat kamu berharap-berprasangka terlalu baik kepada seseorang- kerap yang kamu dapatkan adalah kecewa. Namun, saat kamu berprasangka buruk, kerap yang kamu dapatkan adalah rasa malu. Dua-duanya, percayalah, salahnya bukan ada di luar, melainkan ada di dalam dirimu sendiri. Akarnya? Hanya satu, ketiadaan syukur. 

Coba periksa prasangkamu. Periksa harapmu. Periksa syukurmu. Kamu saja mungkin, yang kurang bersyukur, orang lain tidak. 

23 Februari 2019 | K

Sereceh Komitmen

Februari 24, 2019 0
Oleh : Novie Ocktaviane M dalam buku Bertumbuh
Tulisan pendukung Buku Bulan Februari

Apakah yang pertama kali muncul di benakmu ketika mendengar kata komitmen? Apakah itu harus selalu berkaitan dengan perjanjian yang dilakukan oleh dua orang dalam situasi formal, dengan pembubuhan tanda tangan hitam diatas putih? Apakah itu harus selalu berkaitan dengan suatu perjanjian yang dimiliki oleh dua orang yang memilih untuk memutuskan hidup bersama dalam bahtera bernama keluarga?

Tentunya, komitmen tidak harus melulu berkaitan dengan hal-hal besar semacam itu. Secara umum, komitmen diartikan sebagai perjanjian untuk melakukan sesuatu. Ini berarti bahwa komitemn bermakna sangat luas. Tidak hanya melakukan perjanjian dengan orang lain, tetapi juga dengan diri sendiri. Tidak hanya tentang perjanjian mahapenting, tetapi juga tentang perjanjian-perjanjian kecil dalam kehidupan sehari-hari. 

Contoh paling sederhana dari sebuah komitmen adalah janji temu, semisal dua orang yang saling berjanji untuk bertemu di sebuah tempat pada waktu tertentu yang telh mereka sepakati. Berkaitan dengan contoh ini, ada hal menarik yang sering kali terjadi tanpa disadari kedua orang tersebut. mereka seolah tahu sama tahu bahwa masing0masing akan melakukan pelanggaran. Ah, datang 30 menit lagi ajah deh! Dia juga pasti telat, kok!

Terlalu seringna hal ini terjadi membuat pelanggaran-pelanggaran serupa terasa berat sehingga menjadi pemakluman dan dianggap wajar. Mengapa komitmen berakhir menjadi seperti barang recehan? 

Saya pernah memiliki janji temu untuk menghadiri sebuah kegiatan. Sebelumnya, saya dan seorang senior yang akan saya temui berkomitmen untuk bertemu pada pukul 15.00. Aktivitas hari itu cukup menyita waktu dan perhatian sehingga membuat saya tertidur tanpa sengaja, setengah jam sebelum waktu pertemuan yang ditentukan. Saya pun bangun dengan terburu-buru dan langsung bergegas pergi. Dengan anggapan bahwa terlambat adalah hal yang biasa, saya sedikit lega. Tenanglah, orang Indonesia kan pasti telat, paling juga dia belum datang, batin saya. Tanpa diduga, ternyata senior saya datang tepat waktu. Saya jadi malu dan langsung meminta maaf atas keterlambatan saya itu.

Apa yang dikatakan senior saya sore itu? Beliau berkata “Iya, lo telat 11 menit. Mana komitmen lo untuk datang ke sini jam 3 sore? Jangan kira karena terlambat adalah hal yang biasa terus lo melakukannya juga. Tuh lihat, temen-temen lo udah stand by di dalam. Mereka bisa menepati komitmen untuk hadir tepat waktu, kenapa lo enggak? Eh, ini sama sekali bukan tentang gue marah atau apa ya. Gue cuma mau lo belajar. Telat itu bukan pilihan. Melanggar komitemn itu pilihan. Lo sadari aja keseharian lo selama ini, berapa banyak hal baik yang lo lewatkan hanya karena lo telat dan lebih memilih untuk berkomitmen sama sikap lo yang suka santai dan menunda-nunda waktu? Berapa banyak? Dengan begini, lo sebenarnya juga lagi berkomitmen kok. Bukan sama tepat waktunya, tapi sama pemikiran lo yang menganggap bahwa janji temu itu remeh, receh!

Saya jadi bertanya-tanya pada diri sendiri. Mengapa saya begitu menganggap komitmen sebagai barang murahan hanya karena dia tidak bersanding dengan hal besar? Sejak saat itu dan sampai saat ini, saya belajar untuk menghargai komitmen. Caranya? Tentunya dengan tidak sembarangan mengatakan tanpa pertimbangan serta berusaha untuk tetap mengupayakan pembuktiannya agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Satu hal yang saya pahami adalah bahwa penyikapan seseorang terhadap komitmen kecil sedikit banyak bisa menggambarkan bagaimana penyikapannya terhadap komitmen besar. 

Pada dasarnya, setiap orang yang berjanji itu memegang komitmennya masing-masing, yang membedakan adalah pada hal apa dia menaruh komitmen. Ada yang berkomitmen pada janji temu sehingga dia mengupayakan untuk hadir tepat waktu, ada juga yang berkomitmen pada rasa malas, menunda, dan membiarkan orang lain menunggu. Ada yang  berkomitmen untuk menepati janji pada diri sendiri, ada juga yang berkomitmen pada sikapnya yang terlalu sering menganggap enteng hal-hal besar. Kamu, mau pilih yang mana? 


23 Februari 2019 | K 

15 Februari 2019

Point of View

Februari 15, 2019 0
Mendapatkan ide untuk menulis ini setelah melihat begitu banyak fancam Konser Wanna One Therefore hari keempat alias hari terakhir, akhirnya masa promosi Wanna One telah selesai, para member kembali ke agensi masing-masing.

Tapi tulisan kali ini nggak akan membahas tentang Wanna One, hanya saja kadang inspirasi itu datangnya nggak diduga-duga. Ini tentang ketakutan dan keresahan saya akan sudut pandang atau asumsi-asumsi yang entah itu nyata atau hanya bayangan semata. 

(Btw di tulisan ini aku pakai kata ganti “SAYA”, udah nulis pakai “Aku” tapi jatohnya kok wagu.)

Pernah tidak? Kalian melihat status, caption, atau story orang lain yang isinya keluhan mereka tentang kerjaan atau makanan atau bahkan tentang hidup , lalu kalian tetiba berpikir “nih orang kok ngeluh sih, pokoknya aku nggak mau ngeluh kayak dia, mengeluh tuh nular, aku kudu lebih semangat dari dia!” begitu kata dalam hati. Pernah nggak? Saya? Pernah. 

Bermula ketika pagi ini saya scrolling story WA di daftar kontak, saya menemukan sebuah status dari seorang kawan dengan  foto dia sedang berkerja lalu diberi gift animasi “Mondays are Hard” tiba-tiba muncul dipikiran saya, “Ini orang pagi-pagi udah ngeluh, masih mending punya kerjaan.” Setelah berpikir seperti itu lalu saya merasa bersalah, kenapa saya harus berpikir seperti itu, saya tahu bagaimana perjalanan hidup dia saja tidak, apa yang menyebabkan saya harus berasumsi seperti itu.

Perasaan bersalah lainnya muncul ketika ada temen yang membuat status tentang keluh kesahnya di WA atau instagram lalu membuat saya berpikir bahwa saya tidak ingin membuat status keluhan seperti mereka, seakan-akan keluhan mereka adalah semangat bagi saya untuk tidak membuat status keluhan. Seakan-akan kalau saya bikin status tentang kesemangatan membuat saya lebih baik dari mereka. Tidak sama sekali. 

Mungkin keresahan ini adalah beberapa persen pengaruh dari buku-buku self improvement yang saya baca. Tadinya saya pikir, buku-buku macam ini akan membuat motivasi hidup saya menjadi lebih baik. Seringkali saya langsung setuju dengan pemaparan-pemaparan penulis tentang pandangan hidup mereka. Sampai akhirnya saya sadar, bahwa jalan hidup yang saya jalani dengan para penulis itu berbeda. Saya jadi makin sadar, sesungguhnya bukan motivasi yang saya dapatkan dari buku self improvement, tapi sudut pandang orang lain yang berbeda dengan sudut pandang kita.

Saya pikir saya dengan mudah berpikir demikian, berasumsi demikian, karena saya kurang dalam memahami sudut pandang hidup orang lain. Saya tidak tahu bagaimana latar belakang mereka, saya tidak tahu bagaimana lingkungan mereka, saya tidak benar-benar mengenal bagaimana hidup mereka, dan lagi saya tidak tahu bagaimana perjalanan hidup mereka. Ketidaktahuan saya membuat saya dengan mudah  berasumsi bahwa keluhan-keluhan yang mereka tuliskan di sosial media adalah sesuatu yang tidak penting. 

Padahal bisa jadi hal itu penting bagi mereka, sekedar menuliskan keluhan di sosial media mungkin bisa memberi kelegaan bagi mereka setelah mengeluarkan unek-unek mereka. Lalu tentang celotehan bahwa “mengeluh itu menular”, menurut saya itu tergantung kepribadian masing-masing orang. Ada orang yang biasa-biasa saja, ada orang yang jadi ikutan mengeluh atau apapun, semua tergantung mindset atau sudut pandang dalam memandang hal itu. 

Terakhir menurut saya, cara agar kita saya tidak mudah berasumsi terhadap hal-hal yang kurang menyenangkan adalah dengan memperkaya sudut pandang. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan cara banyak membaca dan setiap kali tiba-tiba muncul pikiran untuk berasumsi yang tidak-tidak saya memcoba membayangkan bagaimana posisi saya kalau hidup seperti orang lain tersebut. 

Sekian 

29 Januari 2019 | Ulang Tahun Lee Daehwi | 2 hari pasca Wanna One disband | K