Aku kepikiran untuk membuat pages ini setelah baca tulisan Masgun dalam buku Menentukan Arah karya beliau dengan istrinya. Tulisan itu jadi bikin aku sadar diri bahwa untuk menuju fase tersebut diperlukan persiapan fisik dan psikis, dan ilmuku tentang fase itu masih jauh dari kata cukup. Jadi sembari mengisi hari-hari jombloku supaya lebih berfaedah, pages ini bertujuan sebagai ladang untuk belajar tentang fase dua insan yang menjalin kasih. Mungkin kedepannya akan ada beberapa tulisan yang so uwu dan bikin baper. So, untuk mengawalinya, sebuah tulisan yang aku rewrite dari buku Menentukan Arah karya Kurniawan Gunadi dan Aji Nur Afifah dengan judul Saya.
Pasangan akan menjadi orang yang mengetahui, paling dekat, paling lama bersama, juga paling intim. Pasangan akan menjadi belahan jiwa, menjadi orang pertama yang ditemui setiap hari. Menjadi rekan dalam berjuang, menjadi sahabat, dan mungkin juga menjadi rival. Pasangan adalah orang asing yang dijadikan dekat melalui pernikahan, ditakdirkan menjadi satu keluarga.
SAYA
Saya mau belajar untuk menjadi orang yang bisa mengendalikan diri, mengendalikan ego. Menjadi orang yang bersedia mendengarkan dan berbagi. Karena pernikahan bukanlah tentang bagaimana saya bisa mendapatkan yang terbaik, melainkan memberi yang terbaik.
Saya menyaksikan begitu banyak pernikahan di sekitar saya, juga begitu banyak orang yang menikah dan berkeluarga. Sejak kecil, sejak saya belum begitu memahami tentang pernikahan, tujuannya, dan mengapa banyak orang menikah.
Saya melihat, setiap pasangan itu memberikan makna-makna yang berbeda. Saya memiliki pemaknaan bahwa kita (termasuk saya) tidak pernah menikahi orang yang terbaik, terbaik dalam artian bahwa orang yang dinikahi adalah orang yang telah selesai dengan segalanya, ia bukanlah orang yang telah mencapai titik-titik terbaik dalam hidupnya. Saya berusaha untuk terus memahami dan menyadari itu sehingga apabila nanti saya menemukan ada kekurangan dalam diri pasangan, saya tidak perlu menjadikan kekurangan itu sebagai sesuatu yang membebani atau menjadi masalah dalam rumah tangga. Kesadaran yang benar-benar ingin saya tanamkan bahwa saya menikah bukan dengan orang yang benar-benar sempurna dalam segala hal. Kesadaran yang semoga bisa membuat ruang penerimaan dan pemaafan saya selalu lapang, selalu demikian hingga kami harus terpisah karena kematian.
Saya berusaha menanamkan keyakinan dan menjaga keyakinan saya bahwa pasangan saya adalah bentuk nikmat dan karunia Allah yang harus saya syukuri. Rasa syukur yang semoga bisa membuat saya terus menjaga dan merawatnya, mensyukuri segala hal yang ada dalam dirinya, sehingga Allah menambahkan kenikmatan dan karunia itu dalam dirinya.
Rasa syukur yang semoga selalu menjaga mata saya agar tidak melihat ke yang lain, menjaga hati saya tidak cenderung ke yang lain, membuat kaki saya tidak berjalan ke rumah yang lain. Rasa syukur yang saya yakini bisa membuat saya lebih terang dalam melihat segala kebaikan yang ada dalam dirinya.
Setelah membaca tulisan ini aku jadi mikir, sebenarnya dalam hal jodoh menjodoh salah satu hal utama yang dibutuhkan adalah penerimaan satu sama lain. Tapi ya nggak hanya stuck disitu saja, dumeh pasangan kita menerima segala kekurangan yang ada dalam diri ini lalu kita jadi enggan belajar. Mari berbenah, beranjak lebih baik bersama-sama ~
Borobudur | Saturdate 30 Maret 2019
Ps. Tulisan diatas murni karya Aji Nur Afifah dan Kurniawan Gunadi yang bisa kamu temukan di buku Menentukan Arah.
Komentar
Posting Komentar