29 November 2020

Unggahan Facebook di Masa Lalu

November 29, 2020 0
Omong-omong, saya punya dua facebook. Yang terakhir dibuat karena yang pertama nama alaynya nggak bisa diganti. Facebook yang pertama dibuat ketika saya masih sekolah, berkali-kali ganti nama dengan nama aneh-aneh bin alay (pada saat itu) sampai akhirnya tersadar pengen ganti nama pake nama asli saja tapi ternyata sudah tidak bisa. Akhirnya di akhir masa sekolah, saya bikin facebook baru dengan nama lengkap asli saya. Postingan yang saya unggah juga nggak seaneh-aneh dulu lagi, terlihat lebih tidak alay normal. 

pic from google 

Beberapa bulan yang lalu, saya berencana menghapus facebook secara permanen, salah satu alasannya karena jarang digunakan. Tapi setelah lihat postingan dan catatan jaman dulu kok jadi sayang ya kalau mau dihapus. Rasanya geli-geli zizik kalau baca updatean status jaman dulu. Dulu mikir apa sih, waktu nulis kayak begitu. Dulu lagi kenapa sih kok bisa update kayak gitu, haha

Tapi demi menjaga eksistensi jejak digital kealayan saya, maka saya akan post beberapa screenshoots dari status facebook di zaman old, here we go ~

1. BAHASA ALIEN 
Saya nggak nemu status yang saya bikin dengan bahasa ini, jadi saya pake pesan dinding dari temen saya. Saya juga nggak tahu ini namanya apa, tapi ingat nonton reality show korea ada yang ngomong kayak gini, terus menamakannya bahasa alien. 



2. HURUF BESAR KECIL ATAU KOMBINASI ANGKA DAN HURUF 
Saking gabutnya sampai mencari perhatian di dunia maya dengan status kayak gini. Hmmm ...


Bersyukur, bukan hanya saya yang seperti ini. Saya memang alay, karena teman-teman yang lain juga alay, kan nggak enak kalau sendirian yang normal, yeay :)

 

3.  SOMETHING CRINGE 


And the answer too ~ Terima kasih teman-teman sekolahku, yang mewarnai masa alayku dengan kealayan pula, wkwkwk

4. LAGI GALAU 
Seingat saya, status ini saya buat ketika galau soal tugas pelajaran yang susah ketemu jawabannya, bukan karena galau soal tjinta ~

Lupa di film atau di buku apa, tapi kemungkinan besar ini adalah kutipan, bukan kalimat yang saya buat sendiri. Pernah denger soalnya dimana gitu ~ 


5. KORBAN FILM 
Awal-awal ketika warnet deket rumah menyediakan film-film yang tinggal di copy paste.
 



Setahunan ini saya suka bikin ig story tentang tinjauan film yang sudah saya tonton. Kebanyakan film korea sih. Rasanya seneng aja waktu ada temen yang ikutan komen atau sekedar tanya bagus atau enggak tentang film ini, hehe 

Melihat saya yang sekarang yang suka review film dan saya yang dulu suka update status kalau nonton film jadi mikir seperti ada benang merah kesukaan saya dulu dan sekarang, dan itu bikin happy :) 

6. MOTIFASHIONEL 
Punya sosial media tidak lengkap rasanya kalau nggak update status yang memotivasi dengan sebangsa kata-kata mutiara atau quote ~



Dahlah itu dulu, sejujurnya masih banyak tapi akan kepanjangan kalau diposting disini juga, Mungkin saya bakal bikin part duanya, tapi nggak janji, kalau pengen dan mood aja. Muahaha

Rumah, 29 November 2020 | Isman Day 3 | Sekian lama mengendap di draft akhirnya rilis juga XD | K

10 Oktober 2020

PIKNIK DUA RIBU SEMBILAN BELAS

Oktober 10, 2020 0

Salah satu hal yang dirindukan selama pandemi adalah bisa bebas berpergian tanpa khawatir akan tertular fairus korona. Saya pribadi bukan tipe orang yang sering jalan-jalan. Kalau ada kesempatan dan ada yang ngajak piknik ya ayo aja. 

Pandemi ini mengingatkan saya bahwa waktu yang saya habiskan di tahun lalu ketika bisa bebas pergi kemana saja adalah suatu hal yang berharga. Di tahun lalu saya berkesempatan piknik ke beberapa tempat. Tidak terlalu jauh hanya sekitaran Yogyakarta dan Jawa Tengah. 

Mengawali tahun dua ribu sembilan belas, saya ikut rombongan tamasya teman-teman ibuk. Sudah lebih dari satu kali saya ikut rombongan para sepuh ini. Rasanya ikut rombongan piknik bapak-ibu yang telah purna tugas ini senang sekaligus trenyuh. Senengnya karena bisa jalan-jalan dan menikmati pemandangan. Trenyuhnya karena melihat wajah mereka yang tak lagi muda, melihat guratan keriput tanda dimakan usia, membuat saya membayangkan kelak bagaimana saya diposisi mereka. 

Perpaduan tebing dengan langit biru (dok pribadi)

Melihat bagaimana mereka menikmati perjalanan tapi juga kerepotan ketika naik-turun tangga, atau ribet dengan barang sendiri, atau riweh karena menunggu kawan sesama sepuh yang jalannya lambat atau berlama-lama disuatu tempat, hal ini membuat saya bertanya-tanya kira-kira apa yang ada dibenak para beliau ini ya? Apakah mereka jadi membayangkan masa muda mereka? Apakah mereka menyesali atau mensyukuri pengalaman di masa muda mereka? Hmmm saya tidak pernah tahu. 

Tepatnya bulan Februari tanggal sembilan, rombongan kami menuju ke Tebing Breksi dan Air Terjun Sri Gethuk. Salah satu hal yang saya syukuri bisa ikut piknik bersama mereka adalah bisa mengunjungi tempat yang dulu semasa kuliah belum pernah saya kunjungi, meskipun waktu tempuhnya hanya sekitar 45 menit sampai 1 jam-an saja. 
Hiasan atap Keraton Kasunanan Surakarta yang ngehits (dok pribadi)


Bulan September di tahun yang sama, saya ikut piknik rombongan ini lagi. Kami berkunjung ke Keraton Kasunanan Surakarta. Pertama kali kesini waktu saya masih SMP, saya tidak terlalu menikmati perjalanan dan waktu itu belum mengenal sejarah keraton yang didirikan oleh Susuhan Pakubuwana II ini. Kali kedua kesini, saya lebih menikmati dan mengamati lebih dalam kearifan keraton dan tentu saja mengambil foto lebih banyak. 

Jembatan Kerangka di Musium Sangiran Sragen (dok pribadi)

Dari sekian tempat yang dikunjungi bersama rombongan purna tugas ini, yang paling berkesan adalah perjalanan ke Musium Manusia Purba di Sangiran, Sragen. Berangkat dari Pasar Klewer Solo setelah melaksanakan sholat Dhuhur, kami harus muter-muter dulu dijalanan karena si sopir sepertinya belum berpengalaman dengan arah jalan ke lokasi. Rombongan terdiri atas dua bis, bis pertama sudah sampai ke lokasi lebih dulu. Kami sampai ke lokasi ketika musium sudah tutup, kami tiba sekitar 30 menit setelah jam kunjungan musium berakhir. 

Saya kecewa karena tidak bisa masuk musium. Sebenarnya waktu saya tahu kami akan mengunjungi Musium Sangiran saya heboh sekali, karena sudah sejak saya sekolah pengen kesana. Saya ingat dulu waktu membahas manusia purba ketika pelajaran Sejarah, saya bilang ke diri sendiri, suatu saat pengen ke Musium Sangiran, dan keinginan tersebut terwujud setelah beberapa tahun kemudian. 

Beruntung berkat lobi koordinator rombongan dengan pihak musium, kami diijinkan masuk sebentar. Yeay. Kami masuk dipandu beberapa satpam, mungkin biar kami gak terlalu lama berhenti untuk foto-foto atau baca informasi sejarah tentang manusia purba. Karena kami datang ketika musium sudah tutup, jadi kami menikmati tour dalam musium sekadarnya dan cukup terburu-buru. Yah, setidaknya keinginan saya semasa sekolah bisa tercapai hari itu :) 

Paruh tahun dua ribu sembilan belas, saya bersama keluarga besar dari bapak jalan-jalan ke Ambarawa. Kata bapak, wisata ini sebenarnya untuk melunasi janji kepada orang tua bapak. Sebelum mbah uti dan kakung meninggal, mbah uti pernah bilang kalau beliau pengen jalan-jalan ke tempat wisata yang banyak airnya. Tapi belum kesampean beliau berdua sudah berpulang duluan. Omong-omong kakung dan mbah uti meninggalnya hanya selang tiga hari, bagi saya mereka adalah sosok nyata kisah cinta sejati yang bisa saya saksikan secara langsung :)

Stasiun Ambarawa dan langit biru (dokumen pribadi)

Pertama kami berkunjung ke Musium Kereta Api Ambarawa. Disana kami melihat sejarah perkembangan kereta api, miniatur kereta api, ada juga paket wisata naik kereta api uap dari Ambarawa ke Tuntang/Jambu. Selanjutnya kami menuju ke Rawa Pening, namun karena saat itu sedang direovasi jadi kami balik arah ke daerah wisata Kampung Rawa. Tadinya saya sempat kecewa karena jadi nggak bisa naik perahu di Rawa Pening, tapi bersyukur di Kampung Rawa bisa terobati. 

Siang yang cerah di Empat Agustus Dua Ribu Sembilan Belas (dokumen pribadi)

Satu hal yang saya sukai ketika berwisata dengan perahu adalah bisa melepaskan penat pikir, bisa melamun sepuasnya, mikir sesuatu tapi kayak nggak mikir, tenang aman damai sentosa gitu rasanya. :)

Dua bulan kemudian, bersama teman-teman kantor kami piknik ke Umbul Ponggok, akhirnya keinginan waktu kuliah untuk bisa foto di dalam air kesampaian juga. Tahun 2019 tuh kayaknya banyak banget keinginan waktu kuliah yang belum tercapai akhirnya bisa terwujud. Alhamdulillah yaa ~ 

Itu juga pertama kalinya saya piknik bersama mereka setelah tujuh bulan bekerja disana dan saya mulai merasa nyaman disana. Walaupun pernah ada drama dan kegemeshan yang bikin kesel tapi kejadian itu membuat saya bisa mengenal lebih dekat sisi lain dari beberapa teman saya :)

Ada yang lagi lihat hasil swafoto dalam air, ada yang lagi ketakukan gak bisa renang terus yang satu megangin, dan ada yang entah lagi ngapain XD 

Foto diatas saat kami memcoba berenang dengan pelampung. Saya dan temen saya pernah ditegur gegara ketawa keras saat nontonin foto-foto waktu piknik ini. Aneh banget pake pelampungnya kayak kursi ngambang. wkwkw 

Setelah dari Umbul Ponggok, kami makan-makan rumah salah satu Pak TA yang juga mewawancarai saya saat seleksi kerja. Selanjutnya kami menuju Malioboro sebagai tujuan terakhir sebelum pulang kerumah. Saya dan dua temen terdekat gak ke Malioboro soalnya udah sering (halah) kami hanya foto-foto di sekitar 0 KM dan Bank BI. Sore yang cerah dan langit masih biru membuat saya kagum sama gedung Bank Indonesia yang aesthetic, kolonial vibe-nya terasa dan megah wah ~

De Javasche Bank dan langit biru sore kala itu (dok pribadi)

Salah satu hal yang paling saya syukuri di tahun lalu adalah bertemu dengan orang-orang keren dalam frame dibawah ini. Saya tidak menyangka bisa bekerja di tempat yang pada tahun sebelumnya ketika saya ikut seleksi disini saya tidak diterima. Setahun berselang, pagi menjelang siap, saat saya sedang siap-siap kerja, saya di telpon oleh seorang ibu-ibu yang langsung to do point menanyakan kesanggupan untuk wawancara. 

Foto bersama rombongan wisata dispermades (dok pribadi)

Dari sekian orang keren yang saya temui, ada salah dua yang kalau ketemu masih suka heboh. Cocok aja ngobrol dan main dengan mereka, seru pokoknya XD 

Saya kerja di kantor itu hanya sembilan bulan, setelah itu melahirkan, saya harus cara kerja di tempat lain, karena program kerja yang saya kontraki sudah habis. Kadang kalau udah janjian saya suka mampir, saya merasa agak canggung aja kalau pas main ke sana tapi nggak ada dua orang ini, hehe. Yah, walaupun sekarang saya sudah jarang mampir sih, huhu . . .

Dua orang berbaju ungu yang kalau saya ketemu mereka jadi majelis rasan-rasan, bonus nyempil satu ibu berkerudung oren yang foto dalam airnya selalu bikin ngakak, ampun ya bu, semoga pahalanya ngalir terus :)

Sekian cerita kali ini, see yaaw ~

Borobudur, 10 - 10 - 2020 | Hari sabtu yang kuisi dengan banyak rebahan dan bermalas-malasan | K 

07 Oktober 2020

NOSTALGIA MASA KECIL

Oktober 07, 2020 0
Sependek ingatan saya, masa kecil saya cukup menyenangkan. Saya tumbuh di keluarga yang amat sangat sederhana, rumah yang saya tempati dulu masih berdinding bambu dengan lantai semen kasar dan atap rumah yang sering bocor. Rumah saya dulu memiliki halaman depan yang tidak terlalu luas namun tidak juga sempit. Cukup untuk main gobak sodor atau kejar-kejar dengan teman sepermainan. Tidak lama saya tinggal dirumah itu, hanya sampai kelas dua sekolah dasar, karena suatu hal saya harus pindah. Tapi kurun waktu sekitar tujuh tahun tersebut cukup memberikan kenangan yang masih saya ingat sampai hari ini.

Saya ingat dulu sama Mbak Tata,  tetangga yang rumahnya cuma beda blok sering main masa-masakan, kalau dulu namanya pasaran, kemudian diider keliling rumah sambil bermain peran penjual dan pembeli.

Saya juga ingat dulu saya malu kalau mau gabung main sama anak-anak tetangga belakang rumah yang udah pada kumpul duluan, saya selalu mlipir jongkok dideket pohon titian, disamping rumah tetangga itu. Niatnya biar mereka lihat terus saya diajak main. Yah walaupun kadang saya harus kecewa kalau mereka gak ngajakin, haha Kalau nggak main sama anak-anak belakang rumah, saya kadang main dengan temen cowok, rumahnya seberang mushola gak jauh dari rumah saya. Kami sok-sok-an jadi manusia super dan bermain perang-perangan. Sejujurnya saya nggak mudeng tokoh apa yang diperankan jadi saya cuma ikut-ikutan.

Saya nggak punya kenangan tentang lomba 17 Agustusan, karena saya nggak pernah mau ikut lomba. Alasannya karena selain takut kalah, saya juga takut sama orang-orang yang nglihatin dan nyorak-nyorakin. Nggak tahu ya kenapa, tapi rasanya tuh kayak beban hidup banget dilihatin orang-orang tuh.Saya pernah penasaran sama rasa buah jarak, jadi saya makan dan berakhir dengan keluarnya semua nasi yang sudah saya makan. Saya pernah diam-diam ambil pisau didapur, terus pas nglewatin Ibuk yang sedang potong kain si ruang depan, tangan yang pegang pisau saya sembunyikan ke samping supaya nggak ketahuan.

Saya jalan ke kebun samping rumah, mau motong daun pisang yang pohonnya gak terlalu tinggi. Tapi bukan batangnya yang kepotong malah jari manis tangan kiri saya yang keiris. Mungkin itu akibat karena saya nggak mendengarkan nasihat Ibuk, soalnya Ibuk pernah wanti-wanti jangan main pisau, tapi karena sepengalaman saya sebelum kejadian ini saya masih aman-aman saja, yaudah lanjut dong. Bekas lukanya masih ada sampai sekarang, dan lucu aja kalau diingat-ingat, haha

Saya pernah bikin Ibuk jengkel gegara saya cuci beras persediaan rumah. Beras yang saya cuci bukan hanya sekaleng atau secukupnya kalau mau masak beras, tapi seember penampungan beras saya masukin air semua. Kalau dipikir-pikir, alasan kenapa saya cuci beras seember adalah karena selalu lihat Ibuk nyuci beras. Jadi supaya Ibuk gak perlu repot-repot nyuci lagi, bukankah lebih baik dicuci semuanya dan tinggal masak ya? Begitu pikirku. Saya nggak tahu nasib beras seember tersebut bagaimana, yang saya ingat adalah nasib saya setelah ketahuan ibuk adalah sebuah sandal meli warna biru melayang, wkwkw Sekian dulu tulisan flashback masa kecil, sebenarnya masih banyak tapi karena nggak terlalu mood nulis panjang-panjang itu dulu aja deh. See you ~

Kota Mungkid, 28 September 2020 | K | Numpang komputer kantor lagi  

18 Mei 2020

Garda Depan Penakluk Pagi

Mei 18, 2020 0
Bagian terakhir tentang tiga hal yang dilakukan seolah-olah itu adalah kesempatan terakhir. Setelah sekian purnama, akhirnya meneruskan kembali cerita ini. 

Pin Oren terakhir untuk gardep angkatan kami. Terima kasih teman-teman dan para pendahulu peraih pin oren atas tips dan trik untuk mendapatkannya ~ 
(cr foto : dokumen pribadi)

Kalau kalian sempat baca yang bagian pertama, ini adalah cerita ketika aku akan daftar kerja part time sebagai gardep di Dagadu. Sedangkan yang sekarang ini adalah cerita  salah satu momen di akhir masa kerja sebagai gardep 56. 

Setiap awal bulan, sebelum masuk shift, ada evaluasi bulanan yang dihadiri oleh semua gardep, SPV, tim marketing, kadang sama desainer, dan karyawan bagian lain. Tujuannya selain untuk mengetahui kinerja para pegawai, tiap bulan ada reward atau penghargaan untuk gardep yang berprestasi atau gardep yang menunjukkan performa kinerja yang baik. Jenis penghargaannya ada 6, aku tulis berdasarkan tingkatan dari kasta tertinggi ke terendah.


Enam pin yang sering diperebutkan oleh para gardep, yang tengah kastanya paling tinggi.
(cr foto : foto profil grup gardep 5657)


0. Gardep Djempolan 
Penghargaan yang hanya diberikan saat wisuda kelulusan gardep. Reward ini diberikan secara sepasang kepada gardep laki-laki dan perempuan yang selama masa kontrak kerja atau on duty selalu menunjukkan kualitas kerja yang baik dan terus berkembang. Bisa dikatakan ini adalah raja dari segala raja pin-nya gardep.

1. Gardep of The Month (GOM) 
Penghargaan ini diberikan kepada gardep yang kinerja bulanannya paling baik diantara yang baik. Perfomnya baik, penampilannya oke, pelayanan terhadap konsumennya memuaskan, paham mengenai stock, improvisasi tentang stock, dan berangkatnya tertib, nggak mepet jam masuk kerja.
Ohya, satu lagi, menurut temen yang udah pernah dapat pin GOM, mininal dia  udah pernah dapat pin reward sebelumnya. Jadi biasanya gardep yang dapat pin GOM, pinnya double. Salah satu jalan ninja untuk memperoleh pin Gardep Djempolan adalah dengan mendapatkan pin GOM ini.

2. Excellent of The Month
Pin penghargaan yang disematkan kepada gardep yang berdasarkan pengamatan SPV punya pelayanan terbaik kepada konsumen. Denger-denger sih katanya (dan sudah terbukti), untuk bisa mendapatkan pin ini harus sering jadi askas (asisten kasir). Dari situ bisa kelihatan secara langsung oleh SPV atau kasir bagaimana pelayanan kita terhadap konsumen.

3. Improve of The Month
Reward yang diberikan kepada gardep yang pandai dalam improvisasi mengenai stock. Tips untuk mendapatkan pin improve ini adalah dengan sering-sering ke gudang supaya paham gimana kondisi gudang, sering-sering juga cek stock, dan pas evaluasi shift, sering-sering melaporkan gimana kondisi stock, insya Allah bisa dapat pin ini.

4. Perform of The Month
Reward yang diberikan kepada gardep yang penampilannya kece. Biasanya oleh SPV akan dilihat selama satu bulan penuh siapa yang penampilannya selalu baik dan rapi, pokoknya yang konsisten menjaga penampilan supaya tetap segar dipandang mata.

5. Cheers of The Month
Salah satu tugas gardep adalah sebagai Entertainer, artinya sebagai gardep harus memiliki kemampuan yang menghibur atau membawa keceriaan di gerai. Gardep yang dapat pin Cheers ini adalah gardep yang dianggap paling menghibur, paling lucu, atau paling lawak kalau di gerai.

dan yang terakhir adalah

6. Gardep Penakluk  Pagi
Satu-satunya pin reward yang nggak ada Bahasa Inggrisnya. Kalo diinget-inget, dari awal masuk pas dikenalin sama macam-macam reward di atas, sejujurnya aku pernah mbatin, suatu saat nanti aku bisa dapat yang oren. Iya, sederhana aja keinginanku pengen dapat pin oren, soalnya selain cara mendapatkannya bisa dijangkau dan nggak harus dapat banyak attention dari supervisor, tinggal berangkat paling pagi aja, hehehe

Diawal masa kerja, aku sempat niat pengen dapetin pin itu. Tapi karena beberapa hal akhirnya aku malas dan melupakan keinginan itu. Beberapa alasan diantaranya karena aku merasa kinerjaku disana masih kurang, terus aku juga masih nggak nyaman kerja dilihatin kasir atau supervisor, pokoknya kalau giliran askas (asisten kasir) atau asaskas (asistennya asisten kasir), aku milih nggak sering-sering deh mending melayani konsu aja.

Lalu waktu itu, aku juga masih nyusup skripsi dan skripsiku sempat berhenti karena daftar gardep itu butuh banyak perhatian. Tahapannya banyak dan membutuhkan waktu untuk belajar memahami seluk beluk kegardepan.

Seingatku lima bulan pertama, aku fokus ngurus skripsi, yudisium, dan wisuda jadi aku hanya ambil minimal shift dan sering banget tukar jadwal atau kadang lelang shift supaya nggak bentrok sama jadwal bimbingan. Kelihatannya ribet dan bikin repot tapi hal itu yang bikin rindu masa-masa itu :"

Setelah wisuda aku mulai berani ambil banyak shift. Mulai lebih fokus ke pekerjaan, dan mungkin mulai nyaman juga disana, sudah lumayan paham bagaimana karakter sesama gardep, supervisor atau kasir. Di tambah lagi, gardep angkatanku udah jadi senior dan punya adek angkatan baru.

Waktu itu pernah diadakan sesi curhat gardep ke supervisor, intinya sih untuk mengetahui sejauh apa kinerja para gardep dan kesulitan apa yang dialami selama kerja. Dijadwal satu per satu, kebetulan aku dapat supervisor yang menurutku kalem, nggak galak, nggak banyak ngomong, tapi tetep keren dan berwibawa. (fangirl mode on) wkwkwk

Bulan diadakannya sesi itu kayaknya pas banget sama aku yang sedang berada dititik jenuh. Aku bosen dan rasanya kalau berangkat kerja pengen cepet-cepet pulang, begitu inti curhatanku kepada beliau. Terus beliau cerita tentang perjalanan karir beliau di Dadagu dari jaman gardep sampai akhirnya jadi supervisor. Intinya sih beliau memberikan nasihat kalau kita nggak tahu atau nggak punya tujuan pengen apa  emang bisa bikin hidup jadi membosankan. Ibaratnya nggak punya target kedepan mau ngapain ya jadinya begini-begini aja.

Sesi itu kalo nggak salah diadakan pada bulan Oktober, satu bulan sebelum bulan terakhir gardep angkatanku off duty. Dibulan terakhir masa kontrak gardep, yaitu bulan November. Aku ingat lagi keinginan awal buat dapetin pin oren itu.

Maka diawal November, bulan favoritku, dan bulan terakhirku bekerja di Dagadu, aku memutuskan untuk bisa mendapatkan pin oren. Entah gimana caranya pokoknya pengen dapat dan harus dapat. Jiwa ambisku berkoar-koar, hehe

Aku mulai berangkat lebih awal, biasanya satu jam sebelum jam kedatangan. Misal jam kedatangan itu 08.30 nah aku berangkatnya pukul 07.30. Awal-awal, beberapa temen nggak curiga aku ngejar apa, tapi setelah beberapa kali ketika presensi aku datang pertama terus, temen-temen mulai tahu aku ngejar apaan. Dan bersyukurnya banyak yang ngasih tips begini begitu buat dapetin pin oren. Ada juga sih yang malah jadi saingan, jadi kadang kalo seshift sama temen yang juga ngejar pin oren, kita berangkat gasik-gasikan, atau kalau khawatir saingan kita datang lebih dulu mending ganti jadwal supaya nggak satu shift sama temen saingan ini. Dan itu sering terjadi. Wqwqw

Tipsnya untuk mendapatkan pin oren alias Pin GPP ini sebenarnya mudah. Tapi setelah aku jalani ternyata ya nggak gampang juga, soalnya butuh konsistensi dan istiqomah. Setiap hari atau setiap berangkat shift harus jadi gardep yang pertama kali datang. Jadi harus berangkat paliiing awal. Selain itu punya shift lebih banyak dari minimal, lumayan berpengaruh juga, semakin banyak shift semakin banyak kesempatan kita untuk berangkat paling awal.

Tapi punya banyak shift kalo lembur shift 1 dan 2 atau shift 2 dan 3 juga sama aja. Jadi setiap aku dapat shift lembut, shift itu aku ganti jadi boci alias shift 1 dan 3 supaya ada jeda. Jeda itu berguna untuk menentukan siapa yang akan ijin on duty pertama pas shift 3 dimulai.

Jadi kalo shift 1 dikatakan gardep penakluk pagi (GPP) jika dia berangkat paling awal dihitung dari jam kedatangannya. Kalo shift 2 atau shift 3 dikatakan GPP jika dia ijin on duty paling pertama. Ijin on duty itu maksudnya dengan salaman ke semua warga gerai (kasir, SPV, gardep) sambil ngomong "permisi, aku on duty dulu ya" Begitu ~

Kemudian masalah datang di minggu ketiga bulan November. Ibukku jatuh sakit, asam uratnya tinggi yang menyebabkan beliau tidak bisa jalan. Aku pun harus pulang ke rumah, beberapa shift yang sudah kudapatkan ku ganti di akhir bulan. Waktu itu udah hampir pasrah kalo nggak dapat pin oren nggak papa deh, karena kesehatan ibuk lebih penting. Tapi dalam hati kecil juga masih berharap pengen dapetin pin itu, di akhir masa tugas gardepku. :"

Dan Alhamdulillah, sampai di minggu keempat, keadaan ibu mulai membaik, aku bisa berangkat ke Jogja lagi untuk mengejar shift-shift yang tertunda. Tinggal beberapa hari lagi sampai tanggal terakhir November, masih ada sedikit harapan. Keinginan itu aku bawa seolah-olah ini eh bukan seolah-olah sih, jelas-jelas ini adalah kesempatan terakhir buat dapatin pin oren itu. Karena bulan besoknya angkatan kami sudah wisuda, dan kalau aku melewatkan kesempatan ini mungkin aku akan menyesal dikemudian hari. Walaupun kelihatannya itu hanya sekedar pin biasa tapi bagiku itu penuh makna :)

Empat Desember Dua Ribu Enam Belas adalah hari wisuda bagi Garda Depan Dagadu angkatan 56. Saat itu hasil membuktikan bahwa ia tidak mengkhianati proses. Hmmm... kadang drama kerempongan-kerempongan itu bikin kangen sama aku yang dulu  :")


Selesai ditulis 18 Mei 2020 | Ramadhan ke 24 | Quarrantine Days banyak dan mencoba berdamai dengan Cororong | K 























21 April 2020

Mendefinisikan ‘Bahagia Dengan Caraku Sendiri’ Adalah Sebuah Hal Yang Membingungkan

April 21, 2020 0
Ketik hapus ketik hapus ketik hapus, itu yang aku lakukan saat memulai tulisan ini. Tenggat waktu untuk ikut serta dalam Lomba Blog Satu Persen tinggal satu hari lagi. OMG, aku bingung mau nulis apa. Mengawali tulisan dalam sebuah blog adalah salah satu hal yang membingungkan, yah seperti ini karena aku bingung makanya kumulai pembukaan tulisan dengan tema “Bahagia Dengan Caraku Sendiri” ini dengan mendefinisikan apa yang aku bingungkan.


Bahagia

Apa itu Bahagia?

Aku jarang memikirkan apa itu bahagia karena lebih sering merasakannya bukan mendefiniskannya. Jadi kalau disuruh mencari tahu arti bahagia secara terminologi atau etimologi bisa temen-temen cari tahu di google yaa.

Menurut Wikipedia, para filsuf dan pemikir agama mengemukakan bahwa kebahagiaan tidak hanya sekadar emosi tapi juga berhubungan dengan teori kebaikan dalam hidup. Yaps, aku setuju.

Menurutku salah satu cara menjadi bahagia adalah dengan berbagi. Berbagi dalam bentuk materi maupun non materi. Yang aku rasaian ketika bisa berbagi dengan orang lain adalah ada perasaan hangat yang didada, kayak hati hati kita tuh jadi penuh gitu, senang lihat orang lain juga senang karena apa yang kita bagi ke mereka.

‘Bahagia dengan caraku sendiri’ yang kedua adalah dengan menjadi simple. Kata guru kelas onlineku, kejujuran adalah kunci untuk menjalani hidup yang simple, no ribet-ribet klub. Menjadi simple dengan cara sesederhana kalo lapar ya makan bukan update status, kalau capek ya istirahat, kalau kesel ya sambat, kalau marah ya dilampiaskan (tapi sewajarnya), kalau iri sama postingan temen ya di skip atau di mute, kalau hati rasanya gondok ya curhat, kalau curhat ya nggak ada temen ya nulis diari, kalau males nulis diari ya ngomong sendiri, kalau sedih ya nangis aja dan lain sebagainya.

Menjadi simple dengan cara menyampaikan secara jujur apa yang kita rasakan, apa yang kita khawatirkan, apa yang kita pikirkan, apa yang  kita takutkan, apa yang kita bingungkan, dan apa-apa yang membuat kita bertanya-tanya. Pun menjadi simple tidak hanya dengan menyampaikan secara lisan tapi bisa dituliskan, dengan mendefinisikan apa yang kita rasakan atau pikirkan tadi.

Intinya menjadi simple untuk bahagia adalah dengan sebuah kejujuran tentang apa yang kita rasakan atau pikirkan jadi hati dan hidup ini lebih nyaman, lebih tenang, dan tidak perang batin. Begitu ferguso ~

Cara terakhir untuk bahagia versi aku adalah dengan menikmati waktu untuk mengerjakan hal-hal yang aku suka. Nonton drama korea, nonton film, nonton video lucu, nonton youtube yang insightful, dengerin musik atau baca buku-buku yang seru.


sumber gambar

Tapi kadang hal-hal yang kulakukan ini juga bisa bikin bosen bahkan kadang bikin merasa “kok aku kayaknya buang-buang waktu ya?” atau “kok kayaknya kegiatan yang aku lakukan ini nggak bermanfaat ya?” Perasaan itu ada ketika aku rasa, aku sudah terlalu lama melakukan hal-hal itu dan terjadi berulang, terus kayak nggak ada sesuatu yang baru walaupun mungkin info yang aku dapat baru tapi kegiatannya itu-itu aja.

Aku jadi ingat salah satu video Satu Persen yang  judulnya “Berhenti Cari-Cari Kebahagiaan” karena divideo itu dijelaskan bahagia hanyalah emosi sesaat. Jadi kalau aku udah merasa useless atau bosan dengan kegiatan yang aku lakukan meskipun aku suka kegiatan itu yaudah terima aja, telan aja, dan nikmati kebosanan-kebosanan itu.

Jadi intinya, cara untuk tetap bahagia meskipun sudah tidak bahagia dengan kegiatan yang kita lakukan karena bosan atau malas adalah dengan menerima ketidak bahagiaan itu menjadi bagian dalam hidup kita.


sumber gambar 

Tidak perlu bingung untuk memikirkan bagaimana cara bahagia, karena pada akhirnya bahagia itu dirasakan bukan didefinisikan.

Semangat pagi !!

Magelang, 21 April 2020 | Keken 

25 Februari 2020

Mendefinisikan Rindu

Februari 25, 2020 0
Memakai ilustrasi dari poster Spring Day BTS karena lirik lagunya ada kata-kata bogoshipda artinya aku rindu


Tulisan ini saya dedikasikan untuk orang –orang baik yang saya temui di tahun dua ribu sembilan belas.

Ohya disclaimer dulu, “kata ganti orang pertama tunggal” di pikiran saya lagi agak roaming, jadi ditulisan ini mungkin bakalan campur aduk antara “saya” dengan “aku”.

Sebuah suara berkata : apakah itu menjadi masalah?
Aku : IYA, Masalah banget, heuheu (-.-)”

Lanjut ~

Kalau salah satu ukuran untuk mengapresiasi sebuah moment pertemuan adalah dengan membagikan foto-foto atau video kebersamaan dengan keluarga, teman, atau orang-orang yang ditemui di lini masa, saya menyadari bahwa saya kurang dalam hal itu. Saya amat menyadari bahwa saya jarang sekali membagikan momen saya dengan keluarga, teman-teman, atau orang-orang yang saya temui. Dan saya juga menyadari bahwa yang seperti saya kayak gini juga gak sedikit, tapi yang berkebalikan juga lebih banyak.

Tadi siang, untuk pertama kalinya saya install aplikasi facebook di hape saya. Install doang karena penasaran dan ada niat pengen promosi gambar disana tapi urung karena berbagai alasan dan saya uninstall lagi, hehe – gak niat –

Waktu scrolling beranda, saya nggak sengaja lihat postingan foto saya dengan Mbak saya di tempat kerja yang dulu, beserta captionnya.  Salah satu kalimatnya bilang “Orang yang nggak pernah kangen ke aku, padahal aku kangen -_-“ dari tulisan itu terus aku jadi mikir, sebenarnya kangen itu yang gimana sih?

Sebenarnya semenjak saya tahu rasanya patah hati (hilih pitih hiti) saya jadi belajar untuk tidak terlalu menggantungkan perasaan saya pada orang lain, termasuk pada keluarga ataupun teman-teman. Sederhananya, saya harus punya cadangan hati buat siap-siap kecewa dalam berhubungan sama orang. Entah itu hubungan pertemanan, perbucinan, bahkan persaudaraan. Terus apa hubungannya sama Kangen?

Kolerasinya sama hal perkangenan, mungkin hal tersebut yang membuat saya jadi jarang kangen sama temen-temen. Saya bukan yang nggak pernah kebayang momen saat bersama mereka, tetap kebayang tapi yaudah. Pengen balik ke masa-masa itu? hmm, mikir dulu kali yaa , hehe

Pernah salah satu sisterfillah saya tanya di chat WhatsApp “Kangen nggak sama aku?” terus saya jawab “Enggak, hehe”. Karena emang nggak ngrasa kangen, tapi kan kenangan bersama sista nggak hilang.

Jadi sampai saya nulis ini pun saya nggak tahu harus mendefiniskan kangen itu seperti apa, yang jelas salah satu tujuan saya menulis ini adalah untuk mengabadikan moment bersama orang-orang yang saya temui di tahun dua ribu sembilan belas. Supaya kelak, ketika saya membaca tulisan ini di kemudian hari, cerita-cerita bersama mereka tetap ada dan abadi. :)   

Mereka adalah rekan kerja saya selama sembilan bulan sampai akhir Desember kemarin. Alhamdulillah pada bulan April 2019 saya mendapat kesempatan untuk bekerja disalah satu instansi yang letaknya tidak jauh dari rumah saya. Untuk pertama kalinya saya kerja dekat dengan rumah. T.T

Pertemuan dengan beliau-beliau ini membuat saya banyak belajar, tidak hanya tentang pekerjaan namun juga tentang sisi lain kehidupan. Jhaaaa ~

Ada salah dua mbak-mbak (eh, yang satunya lebih muda ding, tapi w manggilnya tetep pake mbak, wkwk) yang sering banget jadi temen diskusi. Mulai dari buku, film, webtoon,berita, dan relationship, eyaa ~

Orang-orang baru yang saya temui tidak hanya dari mereka yang bekerja di instansi tersebut, tetapi juga dari masyakakat luar yang menjadi pendamping desa yang menghubungkan dengan instansi tempat saya bekerja. Dari mereka saya juga banyak belajar.

Ada satu momen yang membuat saya bersyukur dan trenyuh atas kebesaranNya, adalah ketika saat pertemuan koordinasi hari terakhir yang ditutup dengan acara karaoke bareng. Saya yang pada saat itu sedang mengalami krisis toleransi karena sebuah "nasihat" terhadap pilihan yang saya sukai dan ingin saya jalani, entah dapat ilham dari mana saya jadi mikir dan trenyuh saat melihat bapak-bapak dan ibu-ibu ini begitu menikmati acara karaoke tersebut. Saya menjadi semakin kagum pada kebesaranNya yang telah menganugrahkan beranekaragam cara untuk menghibur diri.

Saya tidak tahu masalah apa yang mereka hadapi atau kegelisahan apa yang mereka cemaskan. Tapi melihat mimik wajah mereka yang begitu lepas menikmati setiap irama lagu, saya jadi percaya bahwa mungkin ini salah satu cara Tuhan menganugrahkan kesenangan kepada para beliau ini.


Dan untuk momen-momen yang lainnya.

Saya ndak akan lupa bagaimana rasanya gabut di awal-awal masuk kerja.

Saya ndak akan lupa gimana ribetnya bantuin bikin laporan pertanggungjawaban, rasanya kayak mengulang masa-masa waktu ikut PKM, ternyata ribetnya dulu jaman kuliah berguna juga di keribetan yang ini, wkwkw

Saya ndak akan lupa gimana kami sampai malem nungguin orang-orang yang mau ngumpulin laporan, atau nunggu tanda tangan Bapak yang paling berwenang, yang padahal aslinya biasa aja, cuma karena saya gampang cemas jadi mau minta tangan aja drama dulu ~ heuheu

Dan tentu saja momen saat kami piknik bersama ke Klaten atau Pantai, terima kasih akhirnya saya bisa  foto di dalam air, haha

Kata ini akan selalu berulang lagi dan lagi, untuk kerja samanya, untuk suka-dukanya, untuk keribetannya, untuk dramanya, untuk ilmunya, untuk sharing pengalamannya, dan untuk ceritanya TERIMA KASIH banyak.

Big Love.


Kantor baru, 25 Februari 2020 | di luar hujan deras | K

credit photo : google

22 Januari 2020

Married is A Prank

Januari 22, 2020 0
DISCLAIMER : semua yang di tulis disini hanyalah pendapat pribadi, kalau tidak setuju tidak masalah, kalau mau memberi saran dan kritik silakan di kolom komentar, enjoy (^o^)'

Ini menurutku aja sih, pernikahan adalah sebuah prank yang kamu ciptakan sendiri. Kata mbak di tempat kerjaku, meskipun sudah bertahun-tahun pacaran, sifat asli pasangan itu benar-benar akan ketahuan setelah menikah. Ibaratnya waktu pacaran itu 40% yang kelihatan, nah 60% -nya itu waktu udah menikah.


Rencananya mau foto tangan aku sama kamu tapi aku sadar diri kamu-nya belum ada :)


Makanya, seperti yang aku bilang diawal, pernikahan itu ibarat sebuah prank yang kamu ciptakan sendiri, dimana kamu “menjebak” orang untuk ikut masuk dalam permainan itu. Jebakannya seaneka ragam sifat dan perilakumu atau sifat dan perilaku dia yang  tersembunyi.

Pada akhirnya, permainan saling menjebak itu akan berakhir menyenangkan atau mengenaskan, yang bisa merasakan hanya mereka.

Dulu, waktu masih jadi bucin, pengen banget nikah terus merasakan kehidupan pernikahan yang lovely dovey, punya anak yang lucu, gemes, imut-imut. Tapi setelah nggak jadi bucin, mulai banyak cari tahu, banyak baca, dan banyak bertanya, aku penasaran, orang-orang tuh ada ketakutan buat nikah nggak sih? Atau lebih takut kalo nggak nikah? Iya sama sih, aku juga lebih takut yang kedua. Tapi kalo dipikir lagi, lebih horor menikah padahal sadar diri ini belum siap, terus terjebak dalam pernikahan yang bikin hidup nggak tenang, dan malah jadi batin war seumur hidup. Naudzubillah ~

Aku belajar untuk mendefinisikan apa yang membuatku belum siap untuk menikah, ketakutan dan kekhawatiran apa yang aku rasakan kalau mengambil keputusan seumur hidup itu dan bagaimana cara mengatasinya. Dan aku rasa, hal tersebut membantu ku untuk bisa tahu apa yang aku mau.

Baca Q & A  tentang relationship di beberapa KOL instagram  bikin nambah ilmu tentang apa-apa yang harus dipersiapkan dan harus ditanyakan sebelum membangun rumah tangga. Makanya, aku terinspirasi juga buat bikin daftar pertanyaan apa saja yang bakal aku tanyain kalau misal udah ketemu jodoh, muehehe

Kalo dilihat, kayaknya ribet banget ya? Ih, ntar malah bikin ruwet terus nggak jadi nikah gimana? Nah, justru itu, dari pada malah ribet setelah menikah, malah ruwet setelah nikah? Masak mau di CTRL + Z? Aku udah tanya sama beberapa mbak yang sudah menikah, dan memang hal-hal yang mengusik di hati maupun di pikiran tentang pasangan, keluarga pasangan, pendapat pasangan tentang kita kalau kita gini atau gitu, dan lain-lain itu sangat perlu di tanyakan dan didiskusikan dalam proses menuju mahligai pernikahan.

BHAY, dari aku yang belum nikah tapi sotoy ~


Rumah, 21 Januari 2019 | Hujan menjelang ashar | K

credit foto : google

Demi Kesehatan Mental dalam Bersosial Media

Januari 22, 2020 0
Pertengahan tahun 2018, sekitar bulan Agustus,  aku mengalami sedikit masalah antara diriku dan sosial media. Baru dibulan Januari tahun ini aku tahu, bahwa yang aku alami satu setengah tahun yang lalu adalah Social Media Comparasion. Membanding-bandingkan diriku dengan orang-orang yang ada disosial media. Orang-orang itu tentu saja teman-teman yang menjadi following atau followerku di Instagram pada saat itu.


credit foto 



Pada saat itu aku merasa ada yang salah dengan diriku. Aku jadi malas, nggak mood mau ngapa-ngapain, merasa useless, nggak bisa tidur. Aku sebenarnya tahu bahwa yang aku lakukan dengan scrolling instagram itu menambah ketidakperdayaanku untuk terus membanding-bandingkan pencapaian-pencapaian itu, tapi tetap saja aku melakukannya. Rasanya aku nggak pengen  kehilangan info updatean dari teman-teman.

Sampai akhirnya aku sadar, kalau aku begini terus, aku nggak akan maju, nggak akan sembuh dari krisis diri ini. Kurang lebih tiga minggu, aku memutuskan untuk meng-unfollow semua teman-teman yang aku ikuti. Hanya satu-dua yang masih aku ikuti. Itupun bukan teman yang aku kenal dekat, aku tetap menfollownya karena postingannya tidak ada masalah denganku, bahkan kadang memberiku inspirasi.

Tahu apa yang kurasakan setelah membersihkan hampir semua followingku, dan memutuskan untuk hanya menfollow akun yang tidak membuatku menbanding-bandingkan?

Lega

Lega banget rasanya.

Hidup lebih tenang ketika nggak melihat apa-apa yang sudah dicapai orang  lain. Hehe

Ditahun 2019, aku mulai belajar sedikit demi sedikt soal kesehatan mental. Mengurangi penggunaan instagram personal. Aku punya dua instagram yang satu kugunakan untuk posting karya atau jualan. Di instagram yang lama aku mulai follow lagi teman-teman, tapi notifikasi postingan dan story mereka sebagian aku mute. WKWKW

Kalo ada yang bilang, ya fungsinya sosial media kan buat posting apa yang ingin kita posting. Iya, itu benar sekali, dan kita juga punya hak untuk tidak melihat apa yang orang lain posting. Chills ~


Rumah, 19 Januari 2019 | K

21 Januari 2020

Menggambar, Mental Issue, dan Menikah

Januari 21, 2020 0
Di tahun 2019, persoalan mengenai menggambar, mental issue, dan menikah memberikan cukup banyak ilmu dan sudut pandang baru. Ketiga hal tersebut yang juga kadang menghiasi masa kegalauan ku. Supaya lebih mudah, ku akan menjelaskan kedalam tiga bagian

MENGGAMBAR

Diawali dengan kegalauan perihal menggambar. Sejujurnya, di tahun 2018 aku melihat sebuah postingan “dakwah” yang menurutku menakutkan, membuatkan ku berpikir ulang apakah aku akan meneruskan kegemaranku untuk menggambar. Seiring berjalannya waktu, setelah mencari lebih dalam mengenai “dakwah” tersebut, perasaan ini sedikit lebih lega. Pelan-pelan, ku bangun lagi kepercayaan diri untuk menggambar.

Kemudian di awal tahun 2019, salah seorang teman dekat yang sudah “hijrah” bercerita padaku kalau dia habis mendengarkan ceramah tentang gambar-menggambar. Nasihatnya tak jauh berbeda dengan apa yang pernah aku dengar dulu. Mungkin karena aku belum memiliki pondasi prinsip yang kuat untuk mempertahankan keinginanku untuk tetap menggambar, jadi aku kembali merenungi nasib hobi menggambarku. Galau menggambar istilah untuk diriku saat itu.

Aku pikir aku sudah tidak akan galau lagi, nyatanya  keresahan itu hanya terdistrasi oleh rutinitas, tidak benar-benar menyembuhkan.

Kembali, aku pun mencari tahu lebih banyak lagi kali ini. Yah, bisa dikatakan aku mencari pembenaran, mencari validasi yang mendukung bahwa menggambar apa yang aku ingin gambar adalah tidak apa-apa.

Bagaimana aku tidak galau, nasihat atau ceramah yang disajikan padaku mengenai menggambar apa yang ingin aku , dijelaskan disana ancamannya adalah neraka. Haaahhh ~

Sampai akhirnya, aku memutuskan bahwa yang aku lakukan adalah tidak apa-apa.  Lebih dari menggambar, aku menemukan banyak hal baru mengenai keyakinan yang selama hidup aku anut. Aku mulai lebih menaruh rasa ingin tahu pada agama yang selama ini aku yakini.

Lebih dari menggambar, aku mulai mencari tahu tentang toleransi yang pada saat itu – mungkin hingga saat ini – bahkan masih sering diperdebatkan. Aku mulai mencari tahu tentang apa-apa yang disalahpahami dari agamaku. Aku mulai mencari tahu mengenai keberhijrahan. Aku mulai mencari tahu tentang agamaku yang mudah tapi sangat indah ini.

Sampai pada sebuah kesimpulan. Apa yang disampaikan  kawanku adalah pilihannya untuk menjalani apa yang dia yakini. Apa yang aku kerjakan saat ini adalah pilihanku untuk menjalani apa yang aku yakini. Cheers       ~


Rumah, 19 Januari 2019 | K

17 September 2019

Kutipan Buku Bulan Mei Juni Juli Agustus

September 17, 2019 2
MELANGKAH SEARAH – AJI NUR AFIFAH

Menikahlah dengan seseorang yang juga mau menikahi mimpi-mimpimu. Yang matanya berbinar ketika citamu berbinar. Yang senyumnya ikut terkembang ketika asamu terkembang.
Dalam menikah kosakata yang dikenal tidak hanya ‘manis’ dan ‘romantis’, tapi ada juga ‘adaptasi’, ‘kompromi’, dan ‘penerimaan’.

40 hari Tanpa Bertengkar
“Pik, nanti kalau kamu sudah menikah, 40 hari pertama enggak boleh berantem. Enggak boleh marahan sama sekali.”
“Sama sekali. Meskipun kamu harus menangis-nangis menahan emosi, tahan. Jangan diluapkan. Jangan sampai kamu berkata-kata yang enggak baik, jangan sampai ribut-ribut. Diam saja, tahan. Sampai 40 hari.”
“Memangnya kenapa, Bu?”
“Nanti kamu akan terbiasa untuk meredam ego dan emosi. Ibu dulu juga diberi pesan begitu sama teman Ibu yang menikah duluan. Kata beliau, 40 hari pertama itu sedikit demi sedikit mulai terbuka kelebihan dan kelemahan pasangan, jadi harus banyak bersabar.”
“Terus kalau ingin marah gimana?”
“Jangan sampai marah, didinginkan dulu, baru diungkapkan.”

Melakukan hal yang tidak penting bersama-sama itu penting dalam merawat hubungan. Menceritakan hal yang tidak penting juga penting. Seberapa pentingnya orang tersebut bisa juga diukur lewat ketidakpentingan yang dibagi bersama.

Seni berumah tangga, sederhanakan ekspetasi, tinggikan sabar, sempitkan ego,  luaskan syukur, berhenti menuntut hak, mulailah memenuhi kewajiban. Bumikan ikhtiar terbaik kita, langitkan niat karena-Nya.


LAKI-LAKI YANG TAK BERHENTI MENANGIS – RUSDI MATHARI

Tidak pula ada larangan untuk berbeda keyakinan, karena Islam adalah agama yang merahmati seluruh alam

Islam adalah agama yang membenarkan ajaran-ajaran Taurat, Zabur, dan Injil

Tidakkah selain kelahiran, salah satu perayaan terbesar manusia adalah kematian

Andai Allah menghendaki maka segala sesuatunya niscaya akan dibuat sama dan seragam


ALLAH TIDAK CEREWET SEPERTI KITA – EMHA AINUN NADJIB

Salah stau bentuk membangun kebencian adalah suka menyesat-nyesatkan orang. Menuduh orang sesat, tapi tidak menunjukkan jalannya.

Jangan terlalu cemas menghadapi hidup. Kita pahami hidup seluas-luasnya, supaya tetap bisa bergembira agar anda tidak membenci orang yang menyakiti anda.

Jangan terlalu memikirkan hal yang seharusnya bukan tugas anda untuk memikirkannya. Jangan mengkhawatirkan hal-hal yang sudah dijamin oleh Allah, Al Rahman Al Rahim

Semakin tinggi kecerdasan dalam bersyukur, semakin  indah hidup ini. Sesuatu yang awalnya terasa tidak enak akan jadi indah jika dimaknai dengan rasa syukur.

Tanda kedewasaan dan kependekaran adalah kalau seseorang sudah rela melakukan sesuatu yang dia tidak sukai atau rela tidak melakukan sesuatu yang dia sukai.

Ketika kita mempersepsikan bahwa belajar itu harus dalam institusi resmi, itu sama artinya dengan kita membatasi diri sendiri.

Sumber kesehatan nomor satu adalah tidak berpikir curang. Orang yang sehat akan berpikir jujur. Begitu curang, saraf anda jadi kacau dan susunannya jadi rusak.

Kalau tidak ingin mati, gampang, tidak usah hidup. Kalau tidak hidup anda bebas dari kematian.

Orang Islam itu omongan dan tindakannya membuat semua orang merasa aman. Itulah orang Islam.

Allah itu melihat hatimu, tidak melihat kebenaranmu. Kebenaran anda tidak bisa menemukan kebenaran sesungguhnya. Maka, jangan anda mempertengkarkan kebenaran.

Kebenaran letaknya bukan pada perilaku, tapi dalam diri kita. Output kebenaran adalah kasih sayang dan akhlak yang baik – akhlakul karimah. 

Hidup adalah mengalahkan diri sendiri

Yang bikin kita sakit, sedih, atau cemasitu karena kita menuntut.


MERASA PINTAR, BODOH SAJA TIDAK PUNYA – RUSDI MATHARI

“Sebulan yang lalu? Setahun yang lalu? Sejak mulai kamu lahir, kamu ingat berapa kali kamu berak dan kencing?”
“Sampean juga nggak ingat toh Cak?”
“Seperti itulah ikhlas”

Wahai Sulaiman, menangkap dan memenjarakan iblis tidak akan mendatangkan kebaikan pada manusia, karena manusia menjadi tidak bergairah beribadah dan mencari nafkah.

Salatmu dan sebagainya adalah urusanmu dengan Allah, tapi Sarkum yang yatim dan ibunya yang kere mestinya adalah urusan kita semua.

Lewat musibah, mereka seharusnya menyadari, diri mereka fakir. Tidak punya apa-apa. tidak punya daya kekuatan apa pun di hadapan Allah.

“Semua keinginanmu itu pada dasarnya nafsu, Gus. Ia meletup-letup di dadamu. Marah. Dengki. Dendam. Malas. Bosan. Ingin berbuat baik. Ingin beribadah. Dan sebagainya semuanya nafsu, Gus.”
“Kok beribadah nafsu, Gus?”
“Ya, bila kamu tak tahu untuk apa dan siapa ibadahmu. Bila kamu hanya ingin pamer dan dipuji, termasuk dipuji oleh dirimu sendiri yang orang lain tidak mengetahuinya kecuali dirimu sendiri.”

Manusia diminta mematikan terlebih dulu nasfu-nafsu mereka sebelum jasab mereka mati. Setidaknya agara nafsu mereka pernah merasakan kematian.

Benar, kalian mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, tapi justru karena kesulitan itulah sedekah kalian menjadi luar biasa. Sangat istimewa.

Berwudu yang sebenarnya adalah memberi maaf. Memadamkan api kemarahan dan kebencian. Percuma kalian berwudu seribu kali, tapi hati kalian tidak memaafkan. Hanya muka kalian saja yang merasa sejuk, tapi hati kalian terus merasakan panas didera kebencian.

Sekian

Borobudur, 16 September 2019 | K